Information

Cara Membuat Hipotesis Penelitian dalam 5 Langkah

Memahami bagaimana cara membuat hipotesis penelitian adalah hal yang penting bagi seorang peneliti karena peneliti perlu merumuskan hipotesis. 

Hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari peneliti didasarkan pada teori-teori yang dikaji. Hipotesis ini bersifat sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya dalam penelitian yang dilakukan. 

Pada akhirnya, hipotesis bisa bertahan karena hasil penelitian menunjukan kesesuaian dengan hipotesis tersebut. Namun, bisa juga peneliti harus mendiskualifikasi hipotesis yang dirumuskan karena hasil penelitian berbeda (berlawanan). Berikut penjelasan detailnya. 

Hipotesis Penelitian

Membahas mengenai tata cara membuat hipotesis penelitian tentu perlu diawali dari definisi. Dikutip melalui Repository UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana), hipotesis adalah  jawaban (dugaan) sementara dari masalah suatu penelitian. 

Hipotesis penting dalam sebuah penelitian, karena bisa menjadi peta jalan sekaligus pembuktian atas dugaan sementara yang dimiliki peneliti. Merumuskan hipotesis tentu tidak dari proses tafsir mimpi atau membaca kartu tarot. 

Secara umum, perumusan hipotesis didasarkan pada teori-teori hasil penelitian sebelumnya. Kemudian memunculkan dugaan sementara tersebut yang perlu dibuktikan peneliti melalui penelitian yang akan dilakukan atau dilaksanakan. 

Terdapat macam hipotesis dalam penelitian, temukan penjelasan lengkapnya dalam Hipotesis Penelitian: Pengertian, Jenis, Contoh Lengkap.

Isi Hipotesis Penelitian

Melalui penjelasan sebelumnya, maka bisa dipahami apa saja isi dari hipotesis dalam penelitian. Yakni dugaan yang bersifat sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan peneliti. 

Dugaan sementara ini bisa positif atau menunjukan dugaan hasil yang positif. Namun bisa juga sebaliknya. Sehingga dalam cara membuat hipotesis penelitian, peneliti bisa merumuskan hipotesis nol maupun hipotesis alternatif. 

Secara sederhana, hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh atas suatu teori maupun teknologi yang diteliti. Sehingga hipotesis ini bersifat negatif. Misalnya dugaan teknologi A tidak berdampak signifikan usai diterapkan. 

Sementara hipotesis alternatif adalah kebalikan hipotesis nol. Dimana menyatakan dugaan bahwa hasil penelitian punya dampak signifikan dan cenderung positif. Misalnya penerapan teknologi A membantu meminimalkan dampak polusi di daerah B. 

Secara umum, peneliti akan menyusun dua jenis hipotesis tersebut. Yakni hipotesis nol sekaligus hipotesis alternatif. Sehingga bisa dibuktikan, hipotesis mana yang sesuai dengan hasil penelitian yang akan dilakukan. 

Syarat dalam Merumuskan Hipotesis Penelitian

Dalam bagaimana cara membuat hipotesis penelitian, peneliti harus mengikuti aturan yang berlaku. Menurut Soesilo (2015) terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian. Yaitu: 

1. Berbentuk Kalimat Pernyataan

Syarat atau kriteria yang pertama dari hipotesis dalam penelitian adalah berbentuk kalimat pernyataan atau declarative statement. Sehingga isinya menyatakan suatu dugaan atau opini mengenai hasil penelitian yang akan didapatkan. 

Jika hipotesis disusun dalam kalimat selain kalimat pernyataan, misalnya kalimat pertanyaan. Maka hipotesis tersebut belum memenuhi kriteria untuk disebut hipotesis yang baik dalam penelitian. 

2. Konsisten

Syarat yang kedua dalam membuat hipotesis penelitian harus konsisten atau tidak berubah-ubah. Hipotesis yang dirumuskan harus tetap bentuk pernyataannya dan tidak mengalami perubahan karena suatu faktor. 

Oleh sebab itu, dalam tata cara membuat hipotesis penelitian perlu dilakukan kajian yang mendalam pada teori-teori yang relevan dengan topik penelitian. Tujuannya agar hipotesis yang dirumuskan bisa konsisten karena punya dasar yang kuat dan jelas. 

3. Harus Bisa Diuji

Syarat ketiga dalam merumuskan hipotesis adalah hipotesis tersebut harus bisa diuji atau testable. Hipotesis yang dirumuskan idealnya bisa dibuktikan kebenarannya melalui proses penelitian. Maka hipotesis tersebut harus bisa diuji. 

Oleh sebab itu, merumuskan hipotesis tidak bisa asal-asalan. Melainkan memang punya dasar yang kuat dan jelas. Sebab hipotesis yang berdasar dijamin bisa diuji kebenarannya. Lain halnya jika dirumuskan tanpa dasar. 

4. Terdapat Dua Variabel

Syarat yang terakhir dari hipotesis yang dirumuskan adalah terdapat dua variabel. Hipotesis biasanya terdapat di dalam penelitian eksperimental. Sehingga ada pengujian hubungan antara dua variabel yang berbeda. 

Maka hipotesis yang dirumuskan juga harus mengandung atau mencantumkan hubungan dua variabel tersebut. Misalnya seperti contoh sebelumnya, variabel penerapan teknologi dengan dampak yang ditimbulkan kepada subjek maupun objek penelitian. 

Baca Juga: Hipotesis Statistik: Pengertian, Macam-macam, dan Contoh

Mengapa Hipotesis Sangat Penting Bagi Suatu Penelitian?

Secara umum, nyaris semua penelitian perlu dirumuskan hipotesis. Sehingga semua peneliti perlu memahami tata cara membuat hipotesis penelitian. Namun, ada beberapa kondisi dimana suatu penelitian disimpulkan tidak perlu dan tidak bisa di rumuskan hipotesisnya. 

Dikutip melalui website magnastatistika.com, terdapat dua pendapat terkait perlu tidaknya hipotesis dirumuskan peneliti. Pendapat pertama, menjelaskan bahwa semua penelitian wajib dibuat hipotesis yang perlu diuji kebenarannya. 

Pada pendapat kedua, dijelaskan ada beberapa kondisi suatu penelitian wajib dibuat hipotesis. Namun, dalam beberapa kondisi yang lain justru sebaliknya. Pada penelitian yang melibatkan dua variabel, maka hipotesis wajib dirumuskan peneliti. 

Namun, jika salah satu variabel dalam penelitian tersebut bersifat deskriptif. Maka hipotesis tidak perlu disusun atau dirumuskan. Kondisi lain, adalah ketika penelitian eksploratif dilakukan. 

Dimana jawaban sementara atas penelitian masih samar dan terlalu luas cakupannya. Maka hipotesis menjadi tidak perlu disusun. Adanya dua pendapat ini, kemudian membebaskan peneliti untuk memilih pendapat yang mana. 

Hanya saja, menerapkan cara membuat hipotesis penelitian tentu perlu diprioritaskan. Sebab, seperti dikutip dari website Universitas Raharja hipotesis memiliki fungsi penting yang beragam. Fungsi ini yang menjadi alasan kenapa perlu dirumuskan, diantaranya adalah: 

1. Menguji Teori

Alasan yang pertama kenapa hipotesis dalam penelitian perlu dirumuskan adalah untuk membantu menguji teori. Teori dalam ilmu pengetahuan biasanya dirumuskan dari hasil penelitian. 

Meskipun dirumuskan secara ilmiah, akan tetapi ada saja teori yang berhasil dipatahkan oleh penelitian terbaru. Penyebabnya beragam, dimana ada kemungkinan terjadi kesalahan pada penelitian terdahulu. Bisa juga karena sebab lain. 

Oleh sebab itu, keberadaan teori dalam suatu bidang keilmuan tidak melulu bisa ditelan mentah-mentah. Melainkan perlu diuji dulu dalam penelitian yang dilandaskan pada teori lain yang mungkin bisa mematahkan teori tersebut. 

2. Mendorong Teori Baru

Alasan yang kedua kenapa cara membuat hipotesis penelitian perlu dipahami dan diterapkan adalah untuk mendorong terciptanya teori baru. Teori yang didapatkan dari penelitian di masa sekarang bisa menggantikan teori dari penelitian terdahulu. 

Beberapa teori baru ini bisa mematahkan teori lama atau bisa juga menyempurnakannya. Supaya teori baru yang lebih valid dan lebih relevan dengan kondisi sekarang ini berhasil dirumuskan. Maka hipotesis penelitian perlu disusun. 

Berbekal hipotesis tersebut, peneliti punya motivasi menyelesaikan penelitian. Tujuannya untuk membuktikan teori lama ada kelemahan atau tidak. Sehingga hipotesis ini bisa mendorong teori baru yang dipandang lebih baik bahkan lebih sempurna. 

3. Menerangkan Fenomena Sosial

Alasan ketiga kenapa merumuskan hipotesis itu perlu adalah untuk bisa menerangkan fenomena sosial. Fenomena sosial sendiri adalah peristiwa yang terjadi diluar dari kebiasaan masyarakat. 

Sesuatu yang keluar dari kebiasaan masyarakat selama ini tentu perlu ditelusuri penyebab dan dampaknya. Hipotesis dalam penelitian membantu mencari teori yang menjelaskan fenomena tersebut. Sekaligus memberi dugaan sementara yang bisa menjelaskan fenomena sosial tersebut. 

Oleh sebab itu, hipotesis dalam penelitian penting untuk dirumuskan. Sebab bisa membantu menjelaskan suatu fenomena kepada masyarakat luas. Sehingga bisa mengetahui penyebab dan dampak yang bisa ditimbulkan. 

4. Pedoman dalam Mengarahkan Penelitian

Alasan selanjutnya kenapa cara membuat hipotesis penelitian wajib dipelajari dan dikuasai adalah untuk dijadikan peta arah dari jalannya penelitian. Penelitian yang dilakukan bisa jadi melenceng dan melebar kemana-mana. 

Hipotesis penelitian bisa menjadi peta jalan, mirip dengan roadmap penelitian. Hanya saja hipotesis dalam ruang lingkup lebih sempit dan spesifik. Adanya hipotesis membantu penelitian terfokus dan mencegah meneliti hal di luar topik. 

Oleh sebab itu, keberadaan hipotesis dipandang penting karena bisa mencegah penelitian molor. Sehingga menelan biaya lebih tinggi dan memakan durasi lebih lama dibanding rencana awal. Hal ini tentu dihindari semua peneliti. 

5. Kerangka dalam Merumuskan Kesimpulan Penelitian

Alasan yang terakhir kenapa hipotesis penting untuk ada adalah karena bisa menjadi kerangka dalam merumuskan kesimpulan penelitian. Sebagai dugaan sementara terhadap hasil penelitian, maa hipotesis bisa saja terbukti benar. 

Hipotesis yang dirumuskan kemudian akan menjadi kerangka kesimpulan penelitian. Jadi, peneliti tinggal mengembangkannya untuk menyampaikan informasi lebih detail. Hal ini akan memberi efisiensi lebih dalam menyusun laporan penelitian. 

Cara Membuat Hipotesis Penelitian

Sementara itu, dikutip melalui website katadata.co.id dijelaskan tahapan yang harus dilalui peneliti dalam merumuskan hipotesis penelitian. Berikut adalah langkah-langkah dalam tata cara membuat hipotesis penelitian secara umum: 

1. Merumuskan Hipotesis Sesuai Rumusan Masalah

Secara umum, sebelum seorang peneliti merumuskan hipotesis penelitian maka wajib menyusun dulu rumusan masalah. Rumusan masalah sendiri adalah pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian atau pengumpulan data. 

Berbeda dengan hipotesis yang berbentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah memiliki bentuk kalimat pertanyaan atau kalimat tanya. Pertanyaan inilah yang harus bisa dijawab dalam penelitian yang akan dilakukan. 

Rumusan masalah ini lantas bisa menjadi dasar bagi peneliti dalam menyusun hipotesis penelitian. Sebab pertanyaan tersebut bisa membantu peneliti memiliki pandangan terkait teori yang sesuai dan menarik kesimpulan sementara (hipotesis). 

2. Menyusun Hipotesis Pendahuluan

Tahap kedua dalam tata cara membuat hipotesis penelitian adalah menyusun hipotesis pendahuluan. Bisa disebut sebagai hipotesis awal yang bersifat sementara. Sehingga bisa dihapus atau didiskualifikasi setelah menuju tahap selanjutnya. 

Meskipun hipotesis harus konsisten. Namun keberadaan hipotesis pendahuluan bisa membantu menemukan teori utama dan mencari literatur yang sesuai atau relevan. Oleh sebab itu bisa disusun di tahap awal perumusan hipotesis. 

3. Mengumpulkan Data

Tahap ketiga dalam merumuskan hipotesis penelitian adalah mengumpulkan data. Data darimana? Tentu saja data dari publikasi ilmiah yang relevan dengan topik maupun variabel dalam penelitian. 

Pengumpulan data disini adalah proses studi literatur untuk mendalami suatu teori. Kemudian teori ini bisa dijadikan dasar dalam merumuskan hipotesis yang perlu diuji dalam penelitian. 

4. Mengolah Hipotesis

Tahap keempat adalah mengolah hipotesis. Artinya, perlu merumuskan hipotesis yang memenuhi kriteria sesuai penjelasan sebelumnya. Pastikan hipotesis disusun berdasarkan teori yang jelas dan memang relevan. 

5. Melakukan Uji Hipotesis

Tahap yang terakhir adalah melakukan uji hipotesis tersebut. Pengujian dilakukan dalam proses penelitian. Namun, dalam website Universitas Raharja dijelaskan beberapa tahapan dalam proses uji hipotesis. Yaitu: 

  1. Merumuskan hipotesis penelitian, yang bertujuan agar dapat dihitung statistik sampelnya (seperti: rata-rata, proporsi, dsb).
  2. Menentukan nilai α dan β yang akan digunakan Nilai α disebut juga kesalahan tipe 1 atau derajat kemaknaan atau significance level.
  3. Menentukan metode statistik yang digunakan
  4. Menentukan kriteria untuk menolak dan menerima hipotesis nol (H0) sesuai dengan nilai α yang telah ditentukan pada prosedur nomor 2 di atas
  5. Membuat kesimpulan sesuai dengan hasil uji statistik Seperti dijelaskan di atas, uji hipotesis tidak bertujuan untuk membuktikan kebenaran hipotesis namun hanya memutuskan apakah hipotesis ditolak atau diterima.

Contoh Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian pada dasarnya terbagi menjadi beberapa jenis. Membantu menerapkan tata cara membuat hipotesis yang sudah dijelaskan. Berikut beberapa contoh hipotesis dalam beberapa jenis tersebut: 

Contoh Hipotesis Asosiatif

Rumusan masalah asosiatif: adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang yang terjual? Kemudian hipotesis adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang terjual.

Hipotesis Nol: 

Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan. 

Hipotesis alternatif: 

Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti ada hubungan, 

ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

Contoh Hipotesis Komparatif

Rumusan masalah: bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y?  

Hipotesis Nol:

  • Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau
  • Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
  • Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar).

Hipotesis alternatif: 

  • Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan PT Y.
  • Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y. 3) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.

Mencegah hipotesis yang dirumuskan tidak sesuai kriteria dan tidak bisa diuji. Maka silahkan membaca lebih banyak contoh hipotesis. Sehingga memudahkan penerapan cara membuat hipotesis penelitian yang dijelaskan sebelumnya. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat. 

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Halaman Prancis Buku: Isi, Contoh, Bedanya dengan Halaman Judul

Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…

3 hari ago

18 Tools Pendeteksi AI untuk Karya Tulis dan Gambar

Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…

3 hari ago

Panduan Menulis Draft Buku, Bisa Tingkatkan Produktivitas!

Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…

4 hari ago

7 Hal yang Harus Diperhatikan saat Melakukan Self Editing

Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…

4 hari ago

25 Pilihan Platform AI untuk Parafrase

Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…

4 hari ago

15 Pilihan AI untuk Membuat Mind Mapping

Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…

4 hari ago