Daftar Isi
Ada banyak upaya dan teknik bisa dilakukan untuk menghindari plagiarisme, salah satunya dengan melakukan parafrase. Pastikan, Anda sudah paham betul bagaimana cara memparafrase kutipan.
Sebab, kutipan di dalam karya tulis ilmiah sangat jamak dan lumrah dijumpai. Hanya saja mencantumkan terlalu banyak kutipan, terutama kutipan langsung berpotensi meningkatkan similarity index sehingga diduga melakukan plagiarisme.
Maka parafrase perlu dilakukan ketika mencantumkan kutipan dari referensi yang digunakan. Tujuannya agar similarity index berkurang dan resiko dianggap plagiat menurun. Namun, seperti apa sebenarnya cara melakukan parafrase pada kutipan yang benar?
Membahas mengenai bagaimana cara memparafrase kutipan tidak bisa dilepaskan dari pembahasan mengenai definisi parafrase itu sendiri. Sebab melakukan sesuatu tentu perlu diawali dengan memahami sesuatu tersebut agar hasil optimal dan minimal kendala.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parafrase didefinisikan sebagai pengungkapan kembali pada suatu tuturan dari sebuah tingkatan ataupun beragam bahasa menjadi tuturan lain tanpa mengubah pengertian aslinya.
Secara sederhana, parafrase bisa diartikan sebagai upaya menuliskan atau menjelaskan ulang suatu kalimat dengan memakai bahasa sendiri. Sehingga seseorang bisa menjelaskan dengan bahasa lebih sederhana atau secara lebih detail sesuai kebutuhan.
Parafrase sangat familiar di dunia kepenulisan, terutama dalam menulis karya tulis ilmiah dan melakukan terjemahan pada suatu karya. Sehingga jika Anda aktif menulis karya ilmiah atau menerjemahkan suatu naskah, maka wajib memahami apa itu parafrase dan bagaimana melakukannya.
Jika suatu kutipan boleh ditulis apa adanya dalam naskah, kenapa harus repot melakukan parafrase? Beberapa dari Anda mungkin akan menanyakan mengenai hal ini. Jadi, parafrase bukan sekedar pemanis dan bukan sekedar aktivitas untuk mengisi waktu luang.
Dilakukannya parafrase memiliki sejumlah tujuan, dan karena tujuan ini pada beberapa kondisi parafrase menjadi wajib untuk dilakukan seorang penulis. Tujuan dari melakukan parafrase ada dua, yaitu:
Tujuan pertama dan bisa disebut sebagai yang utama dari melakukan parafrase pada kutipan adalah menghindari plagiarisme. Kutipan langsung bisa dibuat dengan prinsip copy paste, sehingga tidak merubah struktur dari sumber.
Namun, ketika naskah yang Anda susun memiliki terlalu banyak kutipan langsung. Maka ketika dilakukan pengecekan, misal dengan Turnitin, maka akan diperoleh skor similarity index tinggi sehingga diduga ada praktik plagiarisme.
Atas alasan inilah, dalam dunia kepenulisan parafrase menjadi penting untuk mencegah similarity index kelewat tinggi. Sehingga benar-benar terhindar dari plagiarisme dan bisa dibuktikan dari hasil cek Turnitin tadi.
Baca selengkapnya:
Tujuan kedua dari penerapan cara memparafrase kutipan adalah menjelaskan gagasan agar lebih mudah dipahami. Ada kalanya, penjelasan dari referensi yang Anda gunakan dirasa terlalu kaku, butuh penjelasan tambahan, dll.
Kondisi ini membuat pilihan menuliskan kutipan langsung perlu dijadikan pilihan paling akhir. Sebab memang perlu di parafrase agar lebih sesuai. Anda kemudian bisa menjelaskan kutipan dari referensi dengan lebih mudah dipahami oleh pembaca karya Anda.
Baca Juga:
Melalui penjelasan sebelumnya, maka bisa dipahami bahwa parafrase bisa menjadi solusi untuk menghindari plagiarisme yang kemudian bisa menjadi wajib untuk dilakukan. Terutama jika berhadapan dengan kutipan langsung yang dicantumkan ke naskah.
Namun, melakukan parafrase ternyata tidak semudah ketika diucapkan. Sebab aktualnya, parafrase butuh pemahaman maksimal terhadap bagian referensi atau bagian yang akan dikutip.
Sekaligus perlu menguasai kosakata yang beragam agar tidak bingung saat menulis ulang kutipan tersebut. Jika selama ini, Anda merasa melakukan parafrase luar biasa susah. Berikut cara memparafrase kutipan:
Tahap pertama dalam memparafrase kutipan dari referensi adalah membaca bagian yang akan dikutip sampai beberapa kali. Melakukan parafrase tidak bisa dilakukan asal-asalan, sebab wajib makna dari hasil parafrase tidak merubah makna teks asli.
Maka untuk bisa meraih hal tersebut, perlu memahami dulu bagian dari referensi yang akan dikutip. Jika sudah paham maka akan lebih mudah menjelaskannya kembali dengan bahasa sendiri dan dengan kosakata yang dipilih sendiri.
Salah satu cara paling sederhana dan paling sering digunakan untuk memahami bagian yang akan dikutip adalah dengan membacanya. Jika membaca sekali kurang paham, ulangi lagi, dan lagi sampai benar-benar paham.
Baca Juga: 3 Perbedaan Parafrase dan Ringkasan, Beserta Contoh
Tahap kedua dalam cara memparafrase kutipan adalah mencatat konsep utama dari bagian teks yang akan dikutip. Artinya, Anda harus memahami ide atau gagasan utama apa yang ingin disampaikan penulis pada kalimat tersebut.
Inti pembahasan inilah yang harus dipertahankan ke dalam teks yang ditulis ulang atau diparafrase tadi. Sehingga untuk mencegah lupa maka silahkan dicatat. Setiap kali merasa sudah keluar dari inti pembahasan, silahkan dibaca ulang catatan Anda.
Tahap ketiga adalah menuliskan pemahaman Anda dari membaca bagian yang akan dikutip tadi dengan bahasa sendiri. Tuliskan apa saja yang sekiranya menjelaskan apa yang Anda pahami usai membaca bagian yang akan dikutip.
Lakukan hal ini tanpa melihat ke teks asli, sehingga apa yang Anda tulis murni dari buah pikiran Anda dengan mengandalkan pemahaman yang berhasil didapatkan. Tujuan akhirnya memastikan susunan teks berbeda dengan teks aslinya.
Salah satu kunci untuk sukses menuliskan hasil pemahaman dari kutipan adalah tidak menghafal. Jadi, pada saat membaca bagian yang akan dikutip pastikan tidak dihafalkan melainkan dipahami. Sehingga teks parafrase bisa berbeda dengan teks asli.
Apakah Anda pernah bertanya Undang-Undang Apa Boleh Diparafrase? Ini Penjelasannya
Tahap keempat dari cara memparafrase kutipan adalah membandingkan teks yang sudah Anda susun di tahap sebelumnya dengan teks aslinya. Tujuannya untuk menganalisis, apakah susunan kata sudah berbeda atau masih banyak kesamaan?
Parafrase dikatakan berhasil ketika susunan kata dalam suatu kutipan sudah berubah total. Meskipun secara makna tidak mengalami perubahan sama sekali. Memastikannya maka perlu dibandingkan.
Jika Anda bingung, menentukan sudah berhasil berbeda atau belum. Maka bisa meminta pendapat orang lain untuk membaca dan membandingkanya. Penilaian orang lain akan cenderung lebih objektif sehingga lebih tepat dijadikan patokan.
Tahap akhir adalah mencantumkan sumber kutipan dengan benar. Jadi, meskipun sukses menerapkan cara memparafrase kutipan bukan berarti tidak lagi wajib mencantumkan sumber.
Kutipan baik langsung maupun tidak langsung tetap wajib melakukan sitasi, yakni mencantumkan sumber yang menjelaskan asal dari kutipan tersebut. Mencantumkan sumber bagian dari menghindari plagiarisme.
Maka jangan sampai terlewat atau terlupa. Sebab, sengaja atau tidak ketika sudah terbukti melakukan plagiarisme maka akan dianggap sudah melakukan plagiarisme. Sanksi tetap akan diberlakukan, oleh sebab itu harus teliti dan hati-hati.
Dari tahapan atau tata cara memparafrase kutipan tersebut, tentunya Anda memiliki gambaran yang lebih jelas. Supaya lebih paham lagi, maka berikut salah satu contoh hasil parafrase memakai tahapan tersebut:
Teks asli:
“Jumlah turis asing dan domestik di Swiss naik di atas 42 juta pada 2017, meningkat 9% dan tingkat pertumbuhan paling tajam sejak 2006, badan statistik nasional CBS melaporkan pada Kamis” (EuropeNews.nl, 2018).
Hasil parafrase:
Menurut badan statistik nasional, Swiss mengalami pertumbuhan dramatis dalam jumlah wisatawan pada tahun 2017. Lebih dari 42 juta wisatawan melakukan perjalanan ke atau di dalam Swiss tahun itu, mewakili peningkatan 9% — yang paling tajam dalam 12 tahun (EuropeNews.nl, 2018).
Sebagai catatan tambahan, dalam melakukan parafrase memang merubah struktur teks memakai bahasa sendiri dan sesuai pemahaman yang dimiliki. Namun, arti atau makna dari hasil teks yang diparafrase tidak mengalami perubahan sama sekali.
Catatan penting kedua, adalah kewajiban untuk tetap mencantumkan sumber dimana kutipan tersebut didapatkan. Meskipun sudah sukses menerapkan cara memparafrase kutipan, bukan berarti kewajiban melakukan sitasi luntur.
Justru tetap diwajibkan, sebagai bagian dari menghindari plagiarisme dan bentuk penghargaan Anda kepada penulis yang karyanya sudah dijadikan referensi. Jika berhasil dilakukan dengan berpegang pada hal ini, maka parafrase berhasil dilakukan.
Membantu lebih mudah melakukan parafrase pada kutipan, maka berikut beberapa tips yang bisa diterapkan saat melakukan parafrase:
Tips yang pertama adalah menggunakan poin yang berbeda ketika memulai kalimat hasil parafrase. Jika pada referensi diawali dengan menjelaskan hasil penelitian, maka di hasil parafrase bisa menjelaskan pendapat penulis yang karyanya dijadikan referensi.
Contoh lain, jika sumber atau referensi memulai kalimat dengan penjelasan khusus. Maka Anda bisa memulai teks parafrase dengan menjelaskan hal lebih umum. Sehingga poin yang dijelaskan berbeda meski muaranya sama.
Tips kedua dalam melakukan parafrase kutipan adalah menggunakan sinonim sebanyak mungkin. Semakin banyak perbendaharaan kata yang Anda kuasai, maka tips ini semakin mudah untuk diterapkan.
Aktualnya, ada banyak istilah dan klausa maupun frasa yang bisa dijelaskan ulang dengan bentuk berbeda. Berikut beberapa contohnya:
Bagaimana jika perbendaharaan kata masih terbatas? Anda tidak perlu cemas, bisa memanfaatkan tools atau alat bantu. Misalnya dengan mencari sinonim lewat Tesaurus, sehingga dalam hitungan detik sudah menemukan sinonim.
Tips ketiga dalam melakukan parafrase kutipan adalah mengubah struktur kalimat. Misalnya mengubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif atau sebaliknya. Jadi, jika di referensi memakai kalimat pasif.
Maka di teks parafrase yang Anda susun bisa menyusun kalimat aktif. Langkah ini pada dasarnya sederhana, akan tetapi sangat efektif dalam mengubah struktur kalimat. Sehingga susunan teks berubah sementara makna masih sama persis.
Tips terakhir dalam melakukan parafrase kutipan adalah memecah kalimat yang dianggap panjang atau memang panjang. Misalnya, di referensi yang digunakan menjelaskan pokok bahasan dan memberi beberapa contoh.
Jika disusun dalam satu paragraf, maka Anda bisa memecahnya menjadi dua sampai tiga paragraf. Sehingga pokok bahasa dijelaskan dalam satu paragraf, sementara contohnya dijelaskan di paragraf baru.
Jangan lewatkan Cara Menurunkan Plagiarisme Dengan Cepat, Ini Caranya
Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan topik dalam artikel ini, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat!
Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…
Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…
Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…
Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…
Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…