Dalam mencari referensi penulisan buku berkualitas, sudah tentu membutuhkan referensi yang berkualitas juga. Ada banyak cara mencari referensi, salah satunya melalui database Scopus. Sudahkah memahami tata cara mencari referensi di Scopus?
Sebab aktualnya, di Scopus ada banyak pilihan jurnal dan buku ilmiah bisa dijadikan referensi. Namun, banyaknya pilihan referensi terkadang memberi PR tersendiri. Misalnya kebingungan memilih referensi yang paling tepat dan yang punya kualitas terbaik.
Jika Anda mengalami situasi serupa, Anda perlu memahami bagaimana proses mencari referensi yang tepat di database bereputasi tersebut. Dengan demikian, proses mencari referensi bisa lebih efektif dan efisien. Berikut penjelasannya.
Salah satu tahapan penting dalam menulis buku adalah mencari referensi. Secara umum, referensi akan dipilih dengan kualitas dan kredibilitas tinggi karena kualitas dan kredibilitas referensi akan mempengaruhi kualitas dan kredibilitas buku yang disusun.
Inilah alasan kenapa para penulis buku ilmiah, seperti kalangan dosen, sangat selektif dalam memilih sumber referensi. Salah satu sumber referensi yang banyak dituju adalah Scopus. Dikutip melalui blog pribadi milik Eric Kunto Aribowo, Scopus adalah database bibliometrik yang dirilis pada tahun 2004 oleh Elsevier.
Meski terbilang baru karena dirilis di tahun 2000-an, Scopus dikelola dan dinaungi publisher besar sekelas Elsevier yang koleksi database ini cukup berlimpah (banyak). Setidaknya ada lebih dari 76 juta dokumen yang meliputi jurnal ilmiah, konferensi, dan literatur lainnya bisa ditemukan di database ini.
Namun, Scopus tentu bukan satu-satunya sumber referensi penulisan buku ilmiah. Masih banyak sumber referensi lain yang juga tidak kalah kredibel. Lalu, kenapa harus memilih database Scopus?
Dikutip dari berbagai sumber, mencari referensi melalui Scopus memberi banyak keuntungan. Berikut alasan kenapa database Scopus bisa Anda jadikan sumber refensi:
Seperti yang dijelaskan sekilas sebelumnya, database Scopus dinaungi oleh publisher besar dan merangkum banyak publikasi ilmiah. Ada puluhan juta publikasi ilmiah dalam bentuk jurnal maupun prosiding bisa ditemukan disini.
Banyaknya koleksi ini tentu menjadi bahan pertimbangan para penulis dalam mencari referensi sebab bisa memperbesar peluang menemukan referensi paling relevan dengan kebutuhan tanpa harus masuk ke database lain.
Jadi, bagi para penulis yang ingin memaksimalkan efisiensi waktu dalam mencari referensi ilmiah. Biasanya akan menuju database dengan koleksi paling banyak, salah satu Scopus.
Baca Juga: 3 Perbedaan Scopus dan ScienceDirect, Cari Referensi Dimana?
Alasan kedua kenapa Scopus menjadi pilihan utama para penulis buku ilmiah adalah cakupannya luas. Jumlah publikasi ilmiah yang terindeks tidak hanya banyak, tapi juga berasal dari berbagai bidang keilmuan.
Jadi, topik apapun dari buku yang sedang disusun dan dari bidang keilmuan apapun. Sangat besar kemungkinan bisa menemukan referensi yang relevan di Scopus karena cakupan bidang keilmuannya sangat luas.
Mulai dari ilmu sosial, ilmu alam, kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kelengkapan bidang keilmuan ini yang menjadikan Scopus sebagai database pertama yang dikunjungi penulis saat mencari referensi.
Alasan ketiga kenapa penulis perlu tahu cara mencari referensi di Scopus adalah karena kualitas dan kredibilitas terjamin. Scopus diketahui memiliki standar tinggi dalam menyaring publikasi ilmiah yang masuk ke dalam databasenya.
Hal ini penting untuk memastikan semua publikasi yang terindeks memang berkualitas dan bukan jurnal predator. Sehingga, Scopus bisa memberi referensi yang berkualitas bagi pengguna jasanya dan menghasilkan tulisan dengan kualitas sama baiknya.
Bahkan secara berkala, Scopus akan melakukan evaluasi pada kinerja semua publikasi yang terindeks sehingga dirilis daftar jurnal yang dihapus (discontinued) karena menunjukkan indikasi menjadi jurnal predator.
Kebijakan-kebijakan yang luar biasa ini membuat database Scopus hanya menyajikan referensi dengan kualitas dan kredibilitas tinggi. Hal ini tentu menjadi kebutuhan semua penulis agar terhindar dari referensi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan isinya.
Ketahui lebih dalam apa itu jurnal discontinued:
Alasan yang keempat kenapa banyak penulis buku memilih Scopus sebagai sumber referensi utama adalah banyak fitur yang memudahkan proses pencarian. Scopus menjadi database dengan koleksi terlengkap dan fitur pencarian yang komplit.
Pengguna bisa melakukan pencarian dengan efektif dan efisien melalui fitur filter yang disediakan sehingga bisa menyaring bidang keilmuan yang sesuai, topik yang paling relevan dan spesifik, dan lain sebagainya.
Bahkan, pengguna jasanya bisa menyaring hasil pencarian hanya dari jurnal-jurnal dan prosiding yang masuk peringkat Q1 atau sesuai kebutuhan. Dengan fitur-fitur ini, proses pencarian akan menjadi lebih mudah dan cepat.
Tak hanya itu, hasil pencarian juga dijamin relevan dengan kebutuhan. Tidak heran apabila Scopus selalu menjadi hal yang dipelajari para penulis karena penulis akan mendapat kemudahan dalam mengakses referensi paling sesuai kebutuhan.
Scopus yang fokus dalam menyediakan publikasi ilmiah berkualitas tinggi juga diketahui rutin mengupdate database miliknya. Semua publikasi ilmiah baru yang dirilis di jurnal-jurnal terindeks akan selalu update.
Kondisi ini membuat publikasi di Scopus menampilkan hasil penelitian terbaru sehingga memberi referensi paling baru bagi para penulis ilmiah dan peneliti dari berbagai negara di dunia.
Saat mencari sumber referensi, penulis tentu akan mengutamakan sumber yang menyediakan referensi terkini dan masih sangat relevan untuk dijadikan acuan dalam penulisan karya ilmiah maupun penelitian.
Meskipun memiliki banyak kelebihan yang menjadi alasan Scopus dijadikan sumber referensi utama para penulis buku ilmiah. Namun, akses ke Scopus tidak gratis dan biayanya pun tinggi.
Tak hanya itu, mayoritas artikel ilmiah pada jurnal terindeks Scopus bersifat close access. Meskipun banyak juga yang open access, jumlah jurnal terindeks Scopus yang close access masih cukup banyak.
Tak harus Scopus, inilah database/sumber yang bisa Anda gunakan untuk mencari jurnal referensi:
Koleksi yang berskala besar dan dari berbagai bidang keilmuan. Tentu menuntut pengguna jasa Scopus harus jeli dalam memilih referensi ilmiah. Lalu, seperti apa cara mencari referensi di Scopus agar relevan dan tepat?
Dikutip dari berbagai sumber, ada beberapa tahapan yang bisa dilakukan penulis atau peneliti agar menemukan referensi terbaik di Scopus.
Berikut cara mencari jurnal di Scopus agar hasil relevan:
Tahap yang pertama dalam mencari referensi di Scopus yang tepat atau sesuai bidang keilmuan yang dicari adalah mengakses website Scopus itu sendiri.
Pada tahap ini, Anda bisa mengakses Scopus dan melakukan pencarian meski tidak login dan tidak berlangganan. Jika Anda memiliki akun dan berlangganan, silakan login dengan username dan password yang sesuai.
Jika sudah, tahap pencarian bisa dimulai dengan klik menu “Source” yang ada di halaman utama. Letaknya ada di sisi sebelah kanan atas dan berdekatan dengan tombol login (“Sign In”).
Jika sudah masuk di halaman “Sources”, sistem di Scopus akan menampilkan halaman khusus pencarian. Ada banyak pilihan menu yang disediakan di halaman ini dan mayoritas adalah menu filter.
Fokus utama bisa ke kategori pencarian berdasarkan bidang penelitian. Pada tahap ini, silakan klik tombol “Subject Area” dan akan muncul beberapa jenis kategori pencarian, bisa berdasarkan subject area (bidang keilmuan atau penelitian), judul (judul jurnal atau artikel ilmiah pada jurnal), nomor ISSN jurnal tujuan, dan nama publisher. Anda bebas memilih kategori yang mana.
Untuk memastikan jurnal yang direkomendasikan Scopus sesuai dengan bidang keilmuan, Anda disarankan memilih berdasarkan “Subject Area”. Lalu, letakkan kursor di kolom “Enter Subject Area” untuk memilih bidang keilmuan yang paling sesuai.
Tahap ketiga dalam tata cara mencari referensi di Scopus adalah melakukan filter pencarian. Pada sisi sebelah kiri, ada banyak pilihan menu filter yang bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan. Mulai dari penyaringan berdasarkan peringkat jurnal yang direkomendasikan Scopus hingga filter berdasarkan jumlah sitasi sampai filter berdasarkan jenis publikasi ilmiah.
Apabila hanya ingin direkomendasikan jurnal saja, buku ilmiah, prosiding, atau lainnya. Silahkan menggunakan menu filter sesuai kebutuhan. Jika sudah, klik tombol “Apply” dan tunggu sistem menampilkan hasil pencarian.
Tahap keempat dari proses atau cara mencari referensi di Scopus yang tepat adalah mengunjungi website jurnal itu sendiri. Sebab bagian dari jurnal yang dijadikan referensi adalah artikel-artikel yang dipublikasikan jurnal tersebut sehingga perlu di cek untuk memastikan.
Mengunjungi website resmi pemilik jurnal terdapat dua cara yang bisa dilakukan.
Pertama, menggunakan mesin pencari atau browser seperti Google, Bing, Yahoo, dan sejenisnya. Cukup copy paste nama jurnal dari halaman Scopus ke kolom pencarian mesin pencari tersebut.
Lalu, tunggu sampai direkomendasikan website resmi jurnal yang dicari dan tinggal di klik. Maka, Anda akan otomatis sudah masuk ke website jurnal.
Kedua, menggunakan ScimagoJR. Pada halaman utama, silakan copy paste nama jurnal dari halaman Scopus dan tekan Enter.
Klik nama jurnal yang ditemukan sistem ScimagoJR dan baca informasi yang tercantum. Silakan klik tombol “Homepage” untuk dibantu sistem masuk ke website resmi jurnal yang dimaksud.
Menggunakan ScimagoJR saat mencari jurnal lebih dianjurkan karena ketika klik “homepage” maka dijamin langsung masuk ke website resmi jurnal yang dimaksud. Lain halnya di mesin pencari yang kadangkala akan direkomendasikan situs lain yang juga mencantumkan nama jurnal.
Mencari jurnal terkadang membutuhkan waktu lama sampai menemukan tautan yang benar menuju website resmi pengelola jurnalnya. Jika ingin lebih efisien, silakan menggunakan ScimagoJR saja atau situs dengan fungsi sejenis, misalnya DOAJ.
Tahap kelima dari mencari referensi di Scopus yang sesuai kebutuhan adalah mengecek artikel di jurnal tersebut. Pada tahap ini, ada kemungkinan menemukan jurnal bersifat close access sehingga harus membayar untuk membaca keseluruhan artikel.
Namun, jangan buru-buru membayar. Silakan cek dulu beberapa artikel yang dipublikasikan. Kemudian, silakan membaca abstrak maupun judulnya. Beberapa jurnal bahkan menawarkan bagian pendahuluan (Introduction) dan daftar pustaka.
Jadi, silakan dibaca baik-baik beberapa bagian yang bisa diakses gratis. Jika dirasa memang sudah sesuai kebutuhan dan cocok dengan topik dari naskah buku yang sedang dikerjakan. Silakan berlangganan.
Jika jurnal tersebut sama-sama dinaungi oleh Elsevier (yang juga menaungi Scopus), Anda akan diminta login menggunakan akun berbayar. Jika Anda dosen dan mahasiswa, sangat mungkin disediakan akses dari kampus. Jadi, silakan konsultasi dengan bagian operator kampus maupun pegawai perpustakaan.
Setiap jurnal yang ditemukan di Scopus, tentunya akan mempublikasikan banyak artikel. Setiap tahunnya, satu jurnal rata-rata menerbitkan satu sampai beberapa volume. Setiap volume terdiri dari beberapa artikel ilmiah.
Menariknya, beberapa jurnal per volume yang dirilis terbagi menjadi beberapa issue. Alhasil, setiap issue berisi beberapa artikel ilmiah. Kondisi ini membuat per volume memiliki banyak artikel ilmiah jika ditotal di semua issue yang dipublikasikan.
Jadi, menemukan jurnal yang sesuai pada dasarnya baru tahap awal dalam menemukan referensi paling tepat. Selanjutnya, Anda harus bisa memilih artikel paling tepat dan sesuai di jurnal tersebut.
Sebab tidak mungkin ratusan sampai ribuan artikel yang dipublikasikan akan digunakan semua sebagai referensi. Gunakan fitur pencarian di website resmi jurnal untuk mengetik kata kunci yang paling relevan dengan topik naskah yang digarap.
Seperti yang dijelaskan di atas. Saat melakukan pencarian referensi di Scopus, Anda sangat mungkin menemukan jurnal close access sehingga Anda diminta untuk membayar dulu baru bisa membaca keseluruhan artikel di dalam jurnal tersebut.
Jurnal close access ini juga sering disebut dengan istilah jurnal yang terkunci di Scopus. Lalu, bagaimana cara penulis mendapatkan kunci untuk membuka jurnal tersebut? Ada beberapa cara bisa dilakukan, mulai dari menggunakan situs black open yang tentu ilegal sampai cara yang dijamin legalitasnya jelas.
Baca selengkapnya: Cara Membuka Jurnal Terkunci Tanpa Situs Black Open Access
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…