Daftar Isi
Bagi seorang pengajar atau dosen, cara membuat buku ajar adalah hal yang harus dikuasai untuk jangka panjang. Selain bermanfaat untuk memudahkan dosen dalam membuat buku ajar pada mata kuliah yang diampu, kemampuan dari cara membuat buku ajar ini juga bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Dengan memiliki kemampuan untuk membuat buku ajar, maka dosen mampu membantu mahasiswa untuk dapat memahami materinya dengan lebih mudah dna juga terarah serta dosen dapat memiliki prinsip dasar dalam mengajar dan juga membuat buku dan menggabungkan keduanya sehingga proses pembelajaran menjadi teratur dan sistematis.
Maka dari itu, bagi dosen yang baru ingin memulai membuat buku ajar, perlu dipahami lebih dahulu bagaimana cara membuat buku ajar, akan di kemudian hari buku ajar yang ditulis bermanfaat tak hanya bagi mahasiswanya sendiri tapi diterima banyak orang dan juga bermanfaat untuk khalayak umum.
Di bawah ini akan dijelaskan berbagai hal mengenai cara membuat buku ajar sehingga dosen akan lebih mudah dalam proses membuat buku ajar.
Dalam membuat buku ajar, cara membuat buku ajar yang pertama dan penting untuk diperhatikan adalah bagaimana penulis atau dosen mampu menulis buku ajar dengan hasil penelitian dan bagaimana cara penulisan yang digunakannya. Pastikan Anda menulis buku ajar menggunakan bahasa Anda sendiri atau menggunakan gaya bahasa sendiri.
Dengan menulis menggunakan bahasa atau gaya bahasanya sendiri dari hasil pemikiran sang penulis, maka penulisan akan lebih mudah, lebih mengalir, dan jelas arah dan tujuannya. Selain itu, hasil tulisan juga akan lebih mampu dipahami karena informasi yang dimuat disampaikan dengan gaya bahasa yang dimiliki dosen tersebut.
Cara menggunakan bahasa sendiri dalam menulis buku ajar ini dapat dimulai dengan mengumpulkan berbagai informasi yang akan dimuat ke dalam buku ajar dan kemudian penulis harus mampu memahami maksud informasi tersebut, baru kemudian lakukanlah kontemplasi dan kolaborasi pengertian-pengertian.
Setelah itu, tuangkan semua hal yang sudah dilakukan tadi ke dalam bentuk tulisan. Gunakan bahasa yang biasa Anda gunakan atau gaya bahasa khas Anda. Meski menggunakan gaya bahasa sendiri, pastikan bahasa yang digunakan jelas dan tidak berbelit-belit agar mudah dipahami oleh pembaca.
Selain itu, menulis menggunakan gaya bahasa sendiri ini sebagai asumsi bahwa dosen atau pengajar sebagai penulis sudah dianggap menjadi pakar pada bidang yang ditulisnya. Artinya, dosen dianggap sudah memiliki kemampuan untuk menulis bahkan kemampuan dalam hal memahami kebutuhan siswa dan juga pembacanya.
Oleh sebab itu sebelum menulis buku ajar, dosen dianjurkan untuk menulis dan menyusun secara berkelompok mengenai beberapa hal tentang bidang keahlian yang sama dengan dosen yang lain atau peer group. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan dan menjaga kualitas tulisan dan juga pengayaan ide dalam cara menulis buku ajar.
Sehingga ketika gaya bahasa atau bahasa yang digunakan di dalam buku ajar tersebut jelas dan mudah dimengerti, maka mahasiswa juga akan lebih mudah dalam memahami dan mengerti maksud, tujuan, dan juga informasi dari buku tersebut sehingga mampu dengan mudah mempelajari bidang yang ada di dalamnya.
Baca Juga:
4 Elemen Pengukur Buku Ajar yang Berkualitas
Cara Mudah Membuat Outline Buku Ajar
Selain menggunakan gaya bahasa masing-masing atau bahasa sendiri, cara menulis buku ajar juga harus memperhatikan pemilihan diksi yang digunakan. Pemilihan diksi juga disebut sebagai pemilihan kata yang pas dan tepat dalam kalimat atau bahasa yang digunakan.
Perlu diketahui bahwa diksi yang baik adalah diksi yang dipilih dan disampaikan menggunakan pilihan kata yang sederhana sehingga mudah dimengerti. Sebaiknya, penulis buku ajar maupun buku apapun harus menghindari penggunaan bahasa yang terlalu sempurna atau terlalu tinggi.
Menulis buku dengan menggunakan pilihan bahasa yang terlalu tinggi atau terlalu ilmiah akhirnya akan melebar karena akan menimbulkan kesulitan bagi pembacanya untuk memahami informasi dan juga tujuan yang ingin disampaikan di dalam buku tersebut. Oleh sebab itu, pemilihan diksi harus dipilih sesederhana mungkin.
Selain itu, diksi juga harus dipilih sesuai dengan usia atau segmen pembaca. Misalnya bagi pembaca yang merupakan mahasiswa program studi hukum, maka harus menggunakan diksi yang sesuai dengan program studi atau pembahasan mengenai bidang hukum, jangan menggunakan bahasa Inggris yang berlebihan sehingga sulit dipahami mahasiswa.
Sebaliknya, jika pembaca merupakan mahasiswa program studi lanjut atau S2 atau bahkan doktor, bahasa yang digunakan harus lebih ilmiah dan juga mencakup berbagai hal di dalamnya, termasuk menggunakan bahasa asing yang kemudian juga akan bermanfaat bagi penelitian dan juga mata kuliah yang ditempuhnya.
Mengenai pemilihan diksi yang tepat, penulis juga harus melihat antara korelasi dan keakuratan diksi yang dipilih. Apakah diksi yang dipilih sudah sesuai dengan segmen pembaca, ataukah diksi sudah sesuai dengan situasi, dan lain sebagainya. Dengan demikian, diksi yang dipilih akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh pembaca.
Pengemasan Kembali Informasi
Cara membuat buku ajar yang selanjutnya adalah proses mengemas kembali informasi yang akan disampaikan pada buku ajar. Dalam menulis buku ajar, penulis harus menulis hasil penelitian yang menarik. Selain itu, penulis harus mengemas kembali informasi tersebut dengan menarik dan juga jelas.
Cara membuat buku ajar dengan proses mengemas kembali informasi merupakan cara yang paling banyak dan paling umum digunakan para penulis dalam menulis buku ajar, apalagi jika buku ajar tersebut digunakan di jenjang perguruan tinggi. Hal ini akan berhubungan dengan mata kuliah dan penelitian yang dilakukan.
Perlu diketahui, dalam cara membuat buku ajar, dosen sebagai penulis tidak menulis isi buku dari awal atau dari nol (from nothing or from scratch). Akan tetapi, dosen hanya melakukan pengemasan kembali informasi apa yang ada dan mengemas menjadi buku baru, kemudian melakukan penyuntingan pada buku yang kemudian dijadikan acuannya.
Artinya, cara membuat buku ajar ini merupakan cara menulis berdasarkan tulisan penulis lain atau referensi atau sumber tulisan dari penulis lain yang sebelumnya sudah ada. Maka diperlukan sumber yang jelas dan akurat dalam penulisan atau cara membuat buku ajar tersebut.
Selain itu, penulis juga harus melakukan proses pengkajian terhadap berbagai buku acuan atau buku referensi yang digunakan sehingga mampu menangkap pokok pikirannya dan kemudian pokok pikiran tersebut harus dituangkan dalam bentuk tulisan yang baru dan informatif.
Salah satu teknik yang digunakan dalam pengutipan dan cara membuat buku ajar adalah mengemas kembali informasi. Biasanya cara atau model yang digunakan adalah model Horward. Dengan menggunakan teknik atau model tersebut, buku ajar akan berhasil ditulis dengan baik dan kutipannya harus tidak boleh lebih dari 10 persen dari keseluruhan isi buku.
Kemudian, pastikan tulisan benar-benar berasal dari referensi tersebut sehingga tidak terdeteksi sebagai plagiasi dalam menulis.
Selain unsur-unsur baku dan ilmiah dalam cara membuat buku ajar, penulis juga harus memerhatikan novelty yang ada di dalam informasi buku ajar tersebut. Perlu diketahui bahwa novelty merupakan unsur kebaruan atau temuan dari sebuah penelitian. Sehingga penelitian dikatakan baik apabila menemukan unsur novelty.
Akhirnya, penelitian yang mengandung unsur novelty ini memiliki kontribusi yang lebih baik bagi keilmuan atau kehidupan banyak orang ke depannya dan juga membedakan penelitian baru dengan penelitian sebelumnya yang sudah berjalan karena adanya unsur novelty di dalamnya.
Oleh sebab itu, cara membuat buku ajar juga harus menambahkan unsur novelty di dalamnya, salah satunya sebagai penentu atau tolok ukur kualitas buku. Logikanya, buku atau naskah yang pembahasannya baru, akurat, dan juga menyeluruh akan lebih menarik dibandingkan buku yang biasa-biasa saja.
Adanya unsur kebaruan atau novelty bisa menjadi bukti bahwa buku tersebut berkualitas dan juga akurat. Artinya, bidang yang dikaji atau disajikan di dalam naskah tersebut relevan dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, buku yang mengandung unsur kebaruan atau novelty juga artinya memiliki kontribusi nyata bagi kehidupan masyarakat.
Selain itu, buku ajar yang mengandung unsur kebaruan atau novelty ini biasanya ditulis berdasarkan proses penelitian atau metodologi yang benar dan tepat. Dan buku tersebut atau naskah tersebut artinya naskah baru yang tidak mengulang atau mencontoh karya sebelumnya dan ditulis dengan penuh tanggung jawab.
Dengan demikian, penulis disarankan untuk melakukan cara membuat buku ajar dengan menambahkan unsur novelty di dalamnya agar kualitas buku ajar yang ditulis baik dan terhindar dari plagiasi atau hal lainnya.
Selanjutnya, cara membuat buku ajar yang juga tak kalah penting adalah mengembangkan pembahasan yang ada di dalam buku atau referensi sebelumnya. Artinya, dosen sebagai penulis dianjurkan untuk mengembangkan hasil penelitian atau informasi yang ada pada penelitian sebelumnya atau referensi yang dipilih.
Hal ini berhubungan dengan adanya unsur novelty yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa adanya informasi terbaru dan informasi tambahan akan semakin bermanfaat dan juga membuat buku tersebut berkualitas. Dengan adanya informasi tambahan dengan mengembangkan pembahasan buku ajar, maka buku tersebut memuat informasi lebih lengkap.
Selain itu, mengembangkan informasi pada buku ajar juga menjadi cara membuat buku ajar agar isinya lebih informatif dan juga lebih bermanfaat bagi pembacanya. Mengingat seiring berjalannya waktu, akan lebih banyak ilmu-ilmu yang dipelajari dan akan banyak temuan baru yang dilakukan oleh para peneliti.
Dengan demikian, penting bahwa buku ajar ini harus terus melakukan proses pengembangan demi pengembangan selain untuk menambah informasi dan wawasan yang luas, juga agar buku ajar tersebut mampu mendukung upaya dunia pendidikan dalam mengembangkan wawasan dan juga pengetahuan.
Pembahasan yang lebih berkembang dan lebih luas di dalam buku ajar juga akan membuat informasi atau ilmu yang digunakan atau ditulis di dalam buku lebih relevan dengan yang terjadi saat ini. Karena dengan pengembangan materi atau pembahasan dalam cara membuat buku ajar, pembaca lebih dapat memahami informasi dengan mudah.
Selain itu, mengembangkan pembahasan ini juga akan bermanfaat bagi penulis atau dosen. Dengan mengembangkan pembahasan pada buku ajar, maka penulis artinya memiliki kemampuan atau skill yang lebih sehingga terus mendapatkan eksplorasi-eksplorasi ilmu baru yang bisa diterapkan di kemudian hari.
Dengan mengembangkan pembahasan, penulis juga dapat membuktikan kemampuan yang dimilikinya terhadap buku yang ditulis. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa peneliti dan penulisnya memiliki kapabilitas pada bidang kajian yang dibahas di dalam buku ilmiah tersebut.
Nantinya, penggunaan kaidah atau istilah ilmiah jadi takaran seberapa valid informasi yang disampaikan peneliti atau penulis di bidang keilmuannya yang diterapkan di dalam buku ajar tersebut.
Baca Juga:
5 Struktur Pokok Menulis Buku Ajar
Menelaah Buku Ajar yang Terstandardisasi
Cara membuat buku ajar yang selanjutnya adalah terkait bagaimana isi buku dan juga struktur buku yang tertuang di dalamnya. Sama halnya dengan buku ilmiah lainnya, buku ajar harus memiliki isi yang runtut dan juga terstruktur. Hal ini untuk memudahkan pembaca dalam menemukan informasi yang dicari.
Dalam menyusun atau cara membuat buku ajar, penyusunnya tidak boleh asal-asalan karena harus memuat informasi akademis yang berkualitas. Biasanya akan ada kriteria khusus yang harus dipenuhi dalam menulis buku ajar, misalnya alur logika, urutan keilmuan, dan juga studi secara runtut.
Oleh sebab itu, semua harus ditulis dengan sistematis dan teratur, baik dengan bab per bab hingga poin per poinnya. Lengkapi juga bab per bab tersebut dengan sub bab apabila ada informasi yang lebih detail dan berikan penjelasan yang lengkap dan juga akurat.
Penyusunan buku ajar dengan runtut juga akan memudahkan pembaca mendapatkan informasi yang ia cari atau ia butuhkan. Pembaca akan lebih terarah dalam membaca buku atau mencari informasi, sehingga tidak mengalami kebingungan saat membaca atau mencari informasi yang dimaksud.
Poin penting dalam cara membuat buku ajar adalah buku tersebut harus terbebas dari unsur plagiarisme. Seperti yang harus kita tahu, buku ajar memang dibuat berdasarkan buku terdahulu atau referensi yang pernah ada dan juga berdasarkan penelitian yang sudah ada.
Akan tetapi Anda sebagai penulis harus memastikan bahwa buku yang ditulis sudah terbebas dari plagiarisme Plagiarisme merupakan pengambilan karangan atau tulisan atau karya orang lain yang menjadikan karya tersebut seolah-olah karangan atau pendapatnya sendiri.
Sehingga buku ajar harus ditulis atau diciptakan berdasarkan kompilasi berbagai referensi atau penelitian yang telah dilakukan baik oleh penulis maupun peneliti terdahulu. Cara membuat buku ajar yang berkualitas harus disertai kutipan tidak langsung dan dapat diwujudkan dalam tiga bentuk, yakni parafrase, meringkas, atau menyusun simpulan.
Biasanya, buku ajar dilengkapi dengan catatan kaki, catatan akhir, dan daftar pustaka atau bahkan menyertakan index agar referensi buku ilmiah tersebut bisa dibuktikan dan tidak menimbulkan aspek plagiarisme. Buku ajar juga mengandung indeks dan bibliografi yang kemudian menjadi alat untuk temu kembali suatu referensi.
Selanjutnya pembaca bisa menelusur dan mencari informasi yang diperlukan di dalamnya secara tepat dan akurat dan membantu menemukan sumber rujukan yang asli dari buku ajar yang digunakannya dalam pedoman atau pegangan untuk pembelajaran.
Terakhir, cara membuat buku ajar yang berkualitas adalah buku ajar harus dilengkapi dengan adanya contoh kasus, studi kasus, dan contoh soal. Adanya contoh terhadap buku ajar adalah untuk memudahkan pembaca atau mahasiswa dalam memahami teks yang akan disampaikan.
Dengan kata lain, contoh tersebut sebagai analogi untuk memberikan pemahaman logika terhadap suatu tema atau uraian atau topik tertentu pada buku ajar. Selain itu, adanya studi kasus di dalam buku ajar juga dapat disampaikan untuk memudahkan pembaca dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang kompleks.
Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan dan memberi sosialisasi guna untuk memperoleh data. Studi kasus juga berguna untuk memberikan pengetahuan pada mahasiswa tentang apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah dengan penyelesaian yang sesuai dan tepat.
Terakhir, contoh soal juga harus ada dalam buku ajar agar buku ajar tersebut mampu menilai kemampuan pembaca, dalam hal ini mahasiswa apakah mahasiswa tersebut paham dengan materi yang disampaikan, atau tidak.
Artikel Terkait:
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan daftar menjadi penulis atau Anda bisa langsung kirim naskah dengan mengikuti prosedur berikut pada situs kami.
Jika Anda Membutuhkan Referensi Tambahan, Kami Menyediakan EBOOK GRATIS yang Spesial Kami Persembahkan untuk Anda. Adapun Macam Ebook yang Bisa Anda Download sebagai Berikut:
Ebook : Cara Praktis Menulis Buku
Ebook : Rahasia Menulis Buku Ajar
Ebook : Self Publishing
Ebook : Pedoman Menulis Buku Tanpa Plagiarisme
Ebook : Strategi Jitu Menulis Buku Monograf
Ebook : Cerdas Menulis Buku Referensi
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS!
Dalam suatu penelitian kualitatif, bagian atau tahapan yang umumnya dipandang sulit oleh peneliti adalah analisis…
Melakukan studi literatur dalam kegiatan penelitian adalah hal penting, salah satu teknik dalam hal tersebut…
Dalam menyusun suatu kalimat, seorang penulis tentu perlu menghindari kalimat tidak padu. Kalimat jenis ini…
Salah satu teknik penentuan sampel penelitian adalah cluster random sampling. Sesuai namanya, teknik ini masuk…
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) menjadi perbincangan hangat usai menerbitkan surat pengumuman berisi penolakan dicantumkan sebagai…
Dalam penelitian, peneliti perlu memahami cara menghitung sampel penelitian yang tepat. Sebab, sampel penelitian menjadi…