Writing Advice

Cara Mengatasi Imposter Syndrom & Ciri-Cirinya

Umumnya, orang ketika meraih sebuah keberhasilan atau prestasi dalam bentuk apapun akan merasa bahagia dan bangga pada diri sendiri. Namun, tidak ketika seseorang mengalami kondisi psikologi bernama imposter syndrom. Hal ini yang memunculkan kebutuhan untuk mengetahui cara mengatasi imposter syndrom tersebut. 

Sama seperti masalah psikologi lainnya, imposter syndrom akan memicu beberapa efek negatif jika tidak ditangani. Baik pada penderita maupun pada orang di sekitarnya. Imposter syndrom kemudian bisa dialami oleh siapa saja, apapun profesi yang ditekuni. Termasuk penulis. Lalu, bagaimana mengatasinya? 

Mengenal Apa Itu Imposter Syndrome

Dikutip melalui website resmi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara dijelaskan bahwa menurut Psikolog Klinis UGM, Tri Hayuning Tyas, S.Psi., M.A., impostor syndrome adalah fenomena psikologis dimana seseorang tidak mampu menerima dan menginternalisasi keberhasilan yang diraih. 

Secara sederhana, imposter syndrom adalah kondisi dimana seseorang merasa belum puas atas pencapaian yang dilakukan. Alasannya karena merasa tidak atau belum kompeten dalam meraih prestasi lebih baik. Keberhasilan yang didapat saat ini hanya karena beruntung, bukan hasil kerja keras. 

Seseorang dengan kondisi psikologis ini cenderung merasa tidak pernah puas atas hasil usaha yang diraih. Seseorang yang mengalami imposter syndrom juga rentan mengalami kepercayaan diri yang rendah meskipun memiliki banyak prestasi dan pencapaian yang terbilang luar biasa. 

Jika dibiarkan, seseorang akan rentan mengalami stres dan depresi karena mereka merasa tidak cukup kompeten dan tidak cukup berhasil dalam hidup. Sehingga, setiap orang yang mengalami kondisi ini perlu mencari cara mengatasi imposter syndrom tersebut. 

Oleh sebab itu, memahami apa itu imposter syndrom, apa saja ciri-ciri yang menunjukan kondisi psikologis ini, dan apa saja penyebabnya sangat penting. Sebab, semakin dini dikenal atau diketahui, semakin dini pula tindakan bisa diambil sebagai solusi. 

Anda tidak pernah percaya diri dengan tulisan Anda? Ikuti 7 Cara Jitu Meningkatkan Kepercayaan Diri Dalam Menulis.

Ciri Mengalami Imposter Syndrome

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, imposter syndrom memiliki ciri-ciri yang khas. Sebagaimana gangguan psikologi lainnya, semua penderita akan menunjukan perilaku yang menunjukkan imposter syndrom. 

Dikutip melalui website resmi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, 7 ciri khusus seseorang mengalami imposter syndrom meliputi: 

1. Fokus pada Suatu Pekerjaan dan Mengabaikan yang Lainnya

Ciri-ciri yang pertama jika seseorang mengalami imposter syndrom adalah terlalu fokus pada suatu pekerjaan. Hal tersebut membuat seseorang tidak bisa mengerjakan pekerjaan lain karena semua fokus tersita di pekerjaan tadi. 

Kondisi ini mungkin dipandang bagus, sebab dalam mengerjakan apapun memang sebaiknya fokus. Namun, bagaimana jika pekerjaan penting lainnya terbengkalai? Secara umum, semua orang memiliki banyak pekerjaan setiap harinya. 

Misalnya saja seorang penulis, selain menulis tentunya juga ada kesibukan lain yang harus dikerjakan. Seperti memasak, mengantar jemput anak sekolah, dan lain sebagainya. Jika terlalu fokus di satu pekerjaan dan mengabaikan yang lainnya, akan menimbulkan masalah. 

Jika Anda atau orang terdekat memiliki ciri seperti ini. Ada baiknya mengecek kemungkinan mengalami imposter syndrom dan mencari tahu seperti apa cara mengatasi imposter syndrom tersebut. 

2. Tidak Bisa Menilai Kemampuan Diri Sendiri

Ciri-ciri yang kedua dari imposter syndrom adalah tidak bisa menilai kemampuan diri sendiri. Secara umum, mampu mengenal dan mengukur kemampuan yang dimiliki sangat penting untuk membantu menentukan profesi atau pekerjaan. 

Tujuan lain mengenal kemampuan diri adalah untuk menentukan seberapa besar beban kerja yang bisa ditanggung. Tanpa kemampuan seperti ini, seseorang bisa kehilangan keterampilan yang dimiliki. Sebab menjadi cukup lama tidak digunakan atau diasah, apalagi untuk keterampilan praktis. 

Selain itu, minimnya kemampuan untuk mengukur kemampuan diri sendiri akan menyebabkan kesalahan perhitungan. Misalnya, merasa mampu menulis dua judul buku dalam 6 bulan. Aktual di lapangan justru sebaliknya, sehingga memicu masalah baru yang bisa membebani pikiran. 

3. Kurang Percaya Diri

Ciri yang ketiga dari kondisi imposter syndrom adalah kurang percaya diri. Kepercayaan diri yang berlebihan memang kurang baik. Namun, memiliki kepercayaan diri yang terlalu rendah juga tidak kalah berdampak buruk bagi seseorang. 

Pada saat seseorang memiliki prestasi yang baik dan tidak bisa dicapai semua orang dengan mudah tapi masih cenderung minder dan tidak percaya diri dengan kemampuannya, maka ada kemungkinan seseorang tersebut mengalami imposter syndrom. 

Imposter syndrom akan membuat seseorang merasa tidak atau kurang kompeten. Semua pencapaian yang diraih dipahami sebagai sesuatu yang didapatkan karena faktor keberuntungan. Alhasil menjadi tidak percaya diri akan kemampuan diri sendiri. 

4. Frustasi

Seseorang yang mudah sekali frustasi memiliki kemungkinan besar mengalami imposter syndrom. 

Secara umum, frustasi terjadi ketika mengalami kegagalan. Baik kegagalan atas satu kali usaha, atau usaha kesekian kalinya. Jika seseorang juga mengalami frustasi meski meraih apa yang diinginkan, besar kemungkinan mengalami imposter syndrom. Apalagi jika mengalami ciri-ciri lain yang sudah disebutkan. 

5. Mudah Cemas

Seseorang akan merasa cemas jika memang ada penyebabnya. Misalnya ada suatu kejadian yang menakutkan, mengancam jiwa, kejadian yang mengingatkan pada trauma, dan sebagainya. 

Namun, beberapa orang mengalami kecemasan tanpa alasan yang jelas. Kondisi ini sering sekali terjadi karena stres berat dan bisa juga karena mengalami imposter syndrom. Pada saat sering atau mudah cemas tanpa sebab yang jelas, ada kemungkinan mengalami imposter syndrom. 

6. Sulit Merasa Puas dengan Kinerja Sendiri

Ciri yang keenam dari imposter syndrom adalah sulit merasa puas dengan kinerja sendiri. Seseorang dalam menekuni suatu profesi atau mengerjakan suatu hal. Tentunya akan berusaha sebaik mungkin agar hasilnya optimal. 

Namun, seseorang dengan imposter syndrom cenderung tidak pernah puas dengan kinerja yang dilakukan. Sebagus apapun hasilnya, akan muncul perasaan jika belum mengerjakannya dengan maksimal. 

Hal ini akan menyebabkan penurunan kepercayaan diri dan memicu jiwa perfeksionis serta ambisius yang tinggi. Dalam kadar berlebihan, bisa memicu tekanan pikiran dan menjadi stres sampai depresi. 

7. Cenderung Menghindari Promosi

Ciri yang terakhir dari penderita imposter syndrom adalah cenderung menghindari promosi posisi atau jabatan. Alasannya adalah merasa tidak pantas menerima promosi tersebut karena merasa belum kompeten dan belum layak. 

Padahal bisa jadi malah sebaliknya. Sehingga, apabila merasa harus menolak suatu promosi karena merasa kurang kompeten. Ada kemungkinan mengalami imposter syndrom yang tidak disadari sebelumnya. 

Sebab, promosi jabatan tentu ditujukan dengan menilai kinerja yang dilakukan seseorang. Jika memang dasarnya adalah kinerja dan kompetensi maka tidak perlu ragu untuk menerima promosi tersebut. 

Penyebab Imposter Syndrome

Selain memahami apa dan bagaimana cara mengatasi imposter syndrom. Hal penting lain yang juga perlu dipahami adalah penyebab dari kondisi psikologis tersebut. Rupanya, seseorang dengan kondisi ini tidak muncul begitu saja. 

Melainkan memang ada beberapa hal yang menjadi faktor penyebabnya. Secara umum, setidaknya ada 5 hal yang menjadi penyebab imposter syndrom, yaitu: 

1. Tinggal di Lingkungan yang Kompetitif

Hal pertama yang menjadi penyebab imposter syndrom adalah tinggal di lingkungan yang cenderung kompetitif.

Pada dasarnya, masuk ke lingkungan kompetitif akan mendorong seseorang meningkatkan kinerja. Lingkungan tersebut akan memberi motivasi untuk memaksimalkan usaha dan membantu sukses. Namun, efek negatifnya adalah dapat memicu imposter syndrom tadi. 

2. Pola Asuh Orang Tua yang Fokus pada Pencapaian Bukan Proses

Faktor penyebab yang kedua adalah pola asuh kedua orang tua atau salah satu orang tua di rumah. Seorang anak tentunya tidak bisa memilih untuk lahir di keluarga mana dan memiliki orang tua yang mana. 

Setiap orang tua diketahui memiliki pola asuhnya sendiri-sendiri. Salah satunya lebih fokus pada pencapaian atau hasil yang diraih anak-anaknya dan mengabaikan proses untuk mencapai hasil tersebut. 

Hal ini mendorong anak untuk meraih pencapaian sebanyak-banyaknya agar diakui dan dibanggakan orang tua. Sekilas, hal ini tidak keliru karena bisa memotivasi anak untuk memaksimalkan kinerjanya dalam mencapai apapun. 

Namun, target dari orang tua yang terlalu tinggi membuat anak ikut fokus pada pencapaian sehingga menghalalkan semua cara untuk meraih pencapaian tersebut. Selain itu juga bisa memberi tekanan pikiran dan memicu stres sampai imposter syndrom. 

3. Punya Sifat Perfeksionis

Penyebab ketiga dari imposter syndrom adalah kecenderungan memiliki sifat perfeksionis. Tidak sedikit orang yang cenderung perfeksionis sehingga semua yang dilakukan harus memberikan hasil sesuai harapan. Bahkan beberapa tidak mentoleransi kesalahan sekecil apapun. 

Perfeksionis akan membuat hasil pekerjaan optimal dan minim kesalahan. Namun, sifat ini memberi tekanan pada pikiran sehingga rentan mengalami stres. Selain itu, jika hasilnya tidak sesuai rencana maka stres yang dialami bisa meningkat, akan berujung menjadi imposter syndrom. 

4. Memiliki Sifat Ambisius

Penyebab yang keempat adalah ketika memiliki sifat ambisius. Ambisi memang bisa dikatakan penting karena bisa menjadi motivasi untuk sukses meraih apapun yang diimpikan. Namun, ambisi kadang memberikan target pencapaian kelewat tinggi. 

Ambisi yang berlebihan akan menyebabkan tekanan pikiran. Sekaligus menciptakan target yang bisa saja melebihi kapasitas. Ambisi ini juga akan berdampak untuk semua hal yang dikerjakan sehingga tidak bisa menikmati proses. 

Ambisi yang menggebu dan dirasakan untuk semua hal menunjukkan seseorang mengalami imposter syndrom. Sehingga, mencari tahu cara mengatas imposter syndrom tersebut agar tidak memicu dampak yang lebih merugikan sangat diperlukan.

5. Menjalani Peran Baru

Penyebab lain dari imposter syndrom adalah menjalani peran baru. Artinya, seseorang rentan mengalami imposter syndrom ketika berada di lingkungan baru. Lingkungan baru di sini tidak selalu pindah ke tempat tinggal baru. 

Bisa juga terkait profesi yang ditekuni. Misalnya saat seorang pegawai di perusahaan dipromosikan naik jabatan menjadi manajer. Jabatan baru yang dipangku bisa menyebabkan imposter syndrom. 

Contoh lainnya adalah ketika seorang penulis sudah terbiasa menulis naskah dalam bentuk novel. Kemudian, ia ingin mencoba menulis karya lain, seperti puisi. Perubahan ini bisa saja menyebabkan imposter syndrom pada beberapa orang. 

Baca tips seputar menulis berikut:

Cara Mengatasi Imposter Syndrome bagi Penulis

Seperti yang dijelaskan di awal, imposter syndrom bisa dialami siapa saja. Khususnya yang sudah terjun di dunia profesional. Kondisi psikologis ini juga bisa dialami oleh para penulis profesional. 

Jika imposter syndrom terjadi, Anda perlu segera mencari solusi. Jika dibiarkan, imposter syndrom bisa menurunkan produktivitas dalam menulis dan menurunkan kualitas karya tulis yang dibuat. 

Berikut adalah beberapa cara mengatasi imposter syndrom yang dialami oleh para penulis: 

1. Mengubah Pola Pikir

Imposter syndrom bisa dicoba diatasi dengan mengubah pola pikir. Jika sebelumnya selalu perfeksionis dan memastikan semua sempurna sesuai keinginan, pola pikir ini perlu diubah dengan memahami bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. 

Termasuk diri sendiri dan karya tulis yang dibuat. Jika selama ini selalu berusaha memastikan buku yang disusun menjadi best seller. Kemudian beberapa meleset dari tujuan tersebut. Maka sudah saatnya memahami bahwa karya tulis yang dibuat tidak sempurna dan tetap ada kemungkinan tidak best seller. 

2. Memilih Orang Terpercaya untuk Bercerita

Orang dengan imposter syndrom biasanya selalu memiliki banyak pikiran negatif. Misalnya pada saat ingin menulis naskah buku, seseorang langsung berpikir bahwa bukunya nanti tidak akan dibaca, tidak laku, dan sejenisnya. 

Padahal, bisa jadi buku tersebut malah laris manis dan menjadi best seller. Jadi, salah satu cara mengatasi imposter syndrom adalah dengan bercerita ke orang lain. Luapkan pikiran negatif dan terima masukan positif. Sehingga Anda perlu memiliki orang yang bisa dipercaya dan dianggap selalu memberi vibes positif. 

3. Memberi Penghargaan pada Diri Sendiri

Imposter syndrom membuat seseorang merasa tidak pantas menerima ucapan selamat. Sekaligus merasa belum kompeten atas pencapaian yang berhasil diraih. Hal ini tentu membutuhkan penghargaan pada diri sendiri. 

Sekecil apapun suatu pencapaian, adalah bukti jika diri sendiri punya kinerja baik. Jadi, setiap kali ada pencapaian, silakan menghargai kerja keras yang dilakukan dan tidak sungkan menerima ucapan selamat dari orang sekitar. 

Misalnya, Anda mengirim cerpen ke media massa dan berhasil dimuat. Meskipun cerpen dengan panjang dua halaman saja, keberhasilan tersebut sudah merupakan prestasi. Jadi, silakan beri penghargaan pada diri sendiri. 

4. Belajar Mengontrol Pikiran Negatif

Cara mengatasi imposter syndrom berikutnya adalah dengan belajar mengontrol pikiran negatif. Setiap kali ada pikiran negatif, alihkan pikiran ke hal-hal positif. Ingat-ingat kembali kerja keras yang sudah dilakukan, maka akan membantu meningkatkan harapan meraih hasil optimal sesuai harapan. 

Bangun kebiasaan menulis dari sekarang, tips berikut akan membantu:

5. Tidak Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Cara kelima yang bisa dicoba untuk mengatasi imposter syndrom adalah dengan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Sebab semua orang memiliki masa sendiri untuk sukses dalam karir dan hidupnya. 

Anda juga demikian. Jika penulis lain sering mencetak buku best seller, Anda juga bisa meyakini bahwa buku Anda nanti juga ada yang best seller. Tidak harus saat ini atau tahun ini. Bisa jadi besok atau tahun depan. 

6. Belajar Menerima Kegagalan

Cara berikutnya yang bisa dicoba adalah dengan belajar menerima kegagalan. Semua orang, termasuk para penulis, tentu pernah mengalami kegagalan. Hal ini lumrah karena kegagalan adalah awal dari keberhasilan. 

Kegagalan juga membantu seseorang belajar menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, penting untuk membuka hati menerima kegagalan yang dialami dan tetap berusaha berpikir positif. 

Itulah beberapa cara mengatasi imposter syndrom yang bisa diterapkan sebagai solusi. Pada dasarnya, cara tersebut tidak hanya untuk para penulis tapi juga pemilik profesi lain.

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat. 

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Penulisan Satuan yang Benar (Berat, Panjang, Luas, Waktu, Jumlah)

Dalam menyusun karya ilmiah, Anda tak jarang perlu menuliskan suatu satuan atau ukuran. Penulisan satuan…

5 hari ago

Cara Mengetahui Tren Penelitian untuk Menentukan Topik

Kegiatan penelitian yang dilakukan para dosen dan peneliti tentunya tidak terlepas dari tahap analisis tren…

5 hari ago

6 Tips Visualisasi Data agar Mudah Dipahami Kalangan Pembaca

Mempelajari tips visualisasi data penelitian tentu penting bagi seorang dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. Sebab…

2 minggu ago

Penulisan Pasal dan Ayat yang Benar dalam Kalimat

Penulisan pasal dan ayat yang benar di dalam bahasa Indonesia ternyata diatur sedemikian rupa. Artinya,…

2 minggu ago

Penelitian Grounded Theory : Jenis, Tahapan, Kelebihan, Contoh

Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini…

2 minggu ago

Program Bantuan Akreditasi Program Studi Tahun 2024

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) resmi mengumumkan pembukaan program Bantuan Akreditasi Program Studi…

2 minggu ago