Daftar Isi
Publikasi ilmiah yang dilakukan dosen tentu perlu teliti dalam memilih jurnal, maka perlu mencari tahu cara menghindari jurnal predator. Jurnal predator adalah ancaman bagi dosen dan peneliti dalam melakukan publikasi.
Dosen yang terjebak jurnal predator tidak akan bisa memasukan publikasi ke laporan BKD dan tidak bisa memberi tambahan angka kredit. Oleh sebab itu, mengenal apa itu jurnal predator dan ciri-cirinya adalah hal penting.
Jurnal predator adalah sebuah layanan yang melayani penerbitan artikel ilmiah ke dalam jurnal ilmiah namun dengan prosedur yang tidak sesuai dengan ketentuan umum dan ditetapkan secara internasional.
Secara sederhana, jurnal predator adalah jurnal yang melayani publikasi artikel ilmiah akan tetapi prosedurnya ngawur. Alias tidak sesuai standar. Secara umum proses publikasi diawali dengan submit jurnal, diperiksa editor, dan diteruskan ke proses review oleh ahli.
Baru kemudian ditentukan apakah artikel ilmiah tersebut bisa terbit di volume berikutnya atau tidak. Adapun proses review normalnya berkisar antara 3-9 bulan, dan bahkan bisa lebih. Hal ini untuk memastikan isi jurnal memang sudah sesuai standar mutu dan aspek lain.
Jurnal predator tidak akan menerapkan hal ini karena fokus utamanya adalah monetisasi. Sehingga hanya berusaha menjaring penulis sebanyak mungkin agar bisa mempublikasikan artikel ilmiah sebanyak mungkin. Sehingga bisa mendapat profit maksimal.
Baca Juga: 13 Ciri-Ciri Jurnal yang Kredibel
Belajar cara menghindari jurnal predator sangat penting, karena dengan proses publikasi tanpa mengikuti standar prosedur. Maka sama artinya kualitas publikasi menjadi rendah dan dampak yang ditimbulkan tentu sangat beragam. Berikut beberapa diantaranya:
Salah satu ciri khas jurnal predator adalah tidak melewati proses review oleh ahli di bidangnya. Selain itu, tidak ada pengecekan pihak editor profesional. Sehingga, artikel yang di submit akan terbit begitu saja.
Bagaimana jika ada kutipan yang sumbernya terlupa dicantumkan? Atau ada kesalahan lain yang berhubungan dengan pelanggaran hak cipta. Maka dampaknya penulis bisa terjerat kasus plagiarisme. Dosen bisa dipecat sampai ditahan.
Tanpa proses review dan editing dari editor membuat kualitas artikel yang di-submit ke jurnal bisa saja rendah. Apalagi bagi dosen muda yang belum berpengalaman menulis. Maka risikonya publikasi yang dilakukan dinilai kualitasnya minim dan tak layak disitasi, sehingga skor IF rendah.
Jurnal predator bisa membuat dosen menjadi pelaku plagiarisme karena minimnya review dan editing. Jika sampai terjerat maka akan merusak reputasi dosen. Inilah alasan penting untuk tahu cara menghindari jurnal predator.
Dampak berikutnya dari jurnal abal-abal adalah memberi kerugian finansial. Kenapa? Sebab seringnya jurnal predator mematok biaya publikasi dua kali lipat bahkan lebih dari biaya normal. Meskipun membayar lebih ternyata publikasi tidak diakui Dikti. Rugi, bukan?
Publikasi ke jurnal predator akan membuat dosen kehilangan KUM sampai 20 poin untuk jurnal internasional. Bagaimana jika terjadi beberapa kali? Maka dosen akan kesulitan memenuhi BKD dan susah mengejar KUM untuk memenuhi syarat pengajuan kenaikan jabfung. Karir akademik dosen pun stagnan.
Di dunia ini, jurnal tidak hanya jurnal predator melainkan ada juga jurnal kredibel yang dikelola oleh perusahaan penerbit profesional. Membantu menghindari dampak-dampak yang ditimbulkan oleh jurnal predator maka pahami ciri-ciri jurnal predator, diantaranya:
Baca Juga: Predatory Journals – Kenali 6 Ciri-Ciri Berikut Supaya Tidak Salah
Dampak negatif yang sangat luas dari jurnal predator, membuat para dosen maupun mahasiswa dan peneliti perlu waspada. Membantu menghindari risiko terjerat jurnal abal-abal tersebut, maka berikut cara menghindari jurnal predator secara efektif:
Cara pertama yang bisa dilakukan dosen maupun peneliti agar tidak terjerat jurnal predator adalah meluruskan niat. Niatkan proses publikasi sebagai proses memenuhi tanggung jawab sebagai dosen melaksanakan aktivitas tri dharma.
Sekaligus memiliki niat untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan banyak orang. Hindari niatan untuk pamer, merasa paling berprestasi di dunia akademik, dan sebagainya. Niat yang salah maka jalan dosen tidak akan mudah.
Cara menghindari jurnal predator berikutnya adalah tidak mudah tergiur. Misalnya, ditawarkan publikasi dalam kurun waktu seminggu tapi syaratnya membayar dua kali lipat.
Dosen mana yang tidak tergiur artikelnya segera terbit? Pasti tidak ada. Justru, ini kesempatan yang sering disalahgunakan jurnal predator. Maka hindari sifat mudah tergiur apalagi pada penawaran tidak logis.
Baca Juga: Kuasai 8 Cara Submit Jurnal Internasional Agar Lolos
Sebelum submit jurnal pastikan sudah mencari informasi tentang jurnal tersebut dengan seksama. Misalnya nama jurnalnya, pastikan unik dan tidak mirip dengan nama jurnal lain yang sudah populer.
Kemudian, cek editorial board untuk mencari tahu siapa reviewer-nya. Jika menemukan kontaknya silahkan dihubungi, karena ada jurnal predator asal mencomot nama dosen. Hal ini penting agar bisa memastikan bebas jurnal predator sejak awal.
Cara berikutnya adalah tidak diam dan bergerak sendiri. Sebab berkomunikasi dan berkonsultasi dengan dosen lain, operator kampus, dan pihak-pihak lain sangat penting. Supaya tahu apa itu jurnal predator, daftarnya mana saja, dan lain-lain agar tidak mudah terjerumus.
Cara menghindari jurnal predator yang terakhir adalah dengan bersabar. Kenapa? Sebab publikasi jurnal, apalagi jurnal internasional bereputasi tidak mungkin dilakukan semalam atau bahkan satu minggu.
Proses review dari ahli bisa memakan waktu 9 bulan bahkan lebih. Artinya, ada kalanya artikel yang di submit baru akan terbit setahun setelah submit dilakukan. Jika tidak sabar, dijamin mudah tergiur iming-iming jurnal predator.
Baca Juga: Cara Mencari Jurnal Internasional yang Bisa Dijadikan Referensi
Selain jurnal predator, publikasi jurnal ilmiah juga berhadapan dengan jurnal bajakan atau hijacked jurnal. Apakah keduanya berbeda? Jawabannya iya, dan berikut beberapa perbedaan jurnal predator dan hijacked journal/jurnal bajakan:
Baca juga artikel seputar Jurnal Terindeks Scopus:
Jurnal Terindeks Scopus: Cara Mencari, Cara Submit, dan Contohnya
Cek Quartile Jurnal Terindeks Scopus, Ada 3 Cara!
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…
Kemajuan teknologi memberi kemudahan dalam mengecek plagiarisme. Salah satunya melalui teknologi AI untuk cek plagiarisme.…
Melakukan kegiatan apapun tentu perlu dinilai untuk diketahui berhasil tidaknya mencapai tujuan dari kegiatan tersebut.…