Daftar Isi
Dalam menyusun karya tulis, khususnya karya tulis ilmiah, penulis kadang kala mengutip karyanya sendiri yang sudah dipublikasikan. Langkah ini tentu lumrah, karena referensi bisa dari karya orang lain maupun diri sendiri selama topik relevan.
Namun, ada beberapa hal perlu diperhatikan agar dalam proses tersebut dosen tidak melakukan tindakan self plagiarisme. Sehingga dibutuhkan pemahaman mengenai cara menghindari self plagiarisme tersebut, karena termasuk pelanggaran kode etik penulisan karya ilmiah.
Pada situs smodin.io menjelaskan bahwa self plagiarisme adalah tindakan menggunakan kembali karya asli Anda sebelumnya dan menerbitkannya di tempat lain tanpa atribusi yang tepat.
Biasanya self plagiarisme juga disebut dengan istilah autoplagiarisme dan terjadi ketika membuat kutipan dari karya tulis yang sudah dipublikasikan. Dalam beberapa kasus, pelaku juga bisa menulis ulang karya lamanya dengan sedikit perubahan.
Sementara itu, dikutip dari situs kompas.id, self plagiarisme (mengambil karya sendiri) dan plagiarisme (mengambil karya orang lain) sama-sama melanggar kode etik penulisan karya tulis ilmiah, yang tentu perlu dihindari.
Bedanya, plagiarisme membuat pelaku mengakui karya orang lain sebagai karyanya sendiri. Sedangkan self plagiarisme menyebutkan ke publik sudah membuat karya baru padahal karya tersebut adalah karya lamanya.
Sebagai bentuk pelanggaran kode etik penulisan karya ilmiah, sudah tentu cara menghindari self plagiarisme wajib dipahami. Selain itu, bentuk dari self plagiarisme juga beragam.
Yuk, ketahui contoh atau bentuk self plagiarisme!
Bentuk yang pertama adalah mengutip karya sendiri tanpa melakukan sitasi atau mencantumkan sumber. Misalnya saat dosen mempublikasikan artikel ilmiah ke suatu jurnal internasional.
Kemudian di masa kini melakukan penelitian lanjutan dengan topik sama dan mengutip karya tersebut. Meskipun mengutip karya sendiri bukan berarti tidak wajib mencantumkan sumber. Hal ini tetap wajib dilakukan, jika tidak maka sudah melakukan self plagiarism.
Supaya tidak keliru menerapkan cara menghindari self plagiarisme, maka penting untuk mengetahui bentuk kedua dari self plagiarisme tersebut. Bentuk self plagiarisme selanjutnya dapat berupa menulis ulang karya lama agar seolah-olah merupakan karya baru.
Sangat mungkin bagi dosen dan bagi siapa saja untuk menulis ulang karya lama dengan melakukan sedikit perubahan. Misalnya susunan kata, merubah judul, merubah struktur bab, dll. Padahal intinya isi tidak berubah. Hal ini termasuk self plagiarisme.
Ketiga, bentuk self plagiarisme dapat berupa mempublikasikan satu karya ke beberapa publisher atau penerbit. Sangat mungkin bagi seorang dosen yang dikejar deadline pelaporan BKD untuk mengejar publikasi ilmiah.
Sehingga mencari publisher dan penerbit yang bisa membantu publikasi secepatnya. Alhasil, dikirimkan satu naskah ke beberapa publisher. Jika dua publisher sama-sama menerima dan menerbitkan karya tersebut.
Maka ada satu karya yang diterbitkan 2 tempat berbeda yang berujung pada self plagiarisme. Oleh sebab itu, satu naskah sebaiknya dikirimkan ke satu publisher. Jika memang ditolak atau tidak terbit baru dikirimkan ke publisher lain sebagai antisipasi.
Kini Anda sudah mengenal bentuk-bentuk self plagiarisme, tapi tahukah Anda terdapat 10 jenis plagiarisme dalam tulisan berdasarkan jenisnya. Dari berbagai plagiarisme tersebut, ternyata ada beberapa faktor seseorang melakukan plagiarisme, lo.
Kenali 8 faktor penyebab plagiarisme. Apakah faktor-faktor tersebut juga Anda temukan? Yuk, kenali faktor pemicu plagiarisme agar Anda tidak terjerumus dan terkena sanksi plagiarisme!
Secara umum, plagiarisme adalah aktivitas pengambilan karangan orang lain dan menjadikannya seolah-olah milik sendiri atau karangan sendiri. Sehingga seseorang dikatakan melakukan plagiat jika mengambil karya tulis orang lain, bukan diri sendiri.
Namun, ketika istilah self plagiarisme ini dikenal dan terus diperbincangkan. Maka mengarah pada tindakan yang dipandang ilegal sekaligus tidak dibenarkan. Meskipun pada sejumlah kasus self plagiarisme tidak ilegal, akan tetapi pelaku dianggap tidak jujur dan melanggar kode etik penulisan karya tulis ilmiah.
Selain itu, seorang dosen dalam melakukan publikasi diwajibkan menjelaskan suatu hasil penelitian terkini. Ketika menulis ulang karya lama berisi hasil penelitian lama, maka artinya dosen ini sudah mempublikasikan temuan yang usang atau tak lagi baru.
Jika mempublikasikan suatu hal yang tidak up to date lagi, maka dikhawatirkan akan menyesatkan pembaca. Sekaligus tidak mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka pelaku self plagiarisme ditindak tegas sebagaimana pelaku plagiarisme.
Pelaku self plagiarisme bisa mendapat sanksi hasil publikasi tidak diakui dan masuk ke dalam daftar hitam jika memang terbukti. Maka untuk menghindari resiko ini, perlu paham bagaimana cara menghindari self plagiarisme, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
Ikuti cara menghindari self plagiarisme berikut ini!
Cara yang pertama adalah melakukan riset sebelum menulis. Tujuannya untuk mencegah mengutip karya sendiri ketika sudah ada penelitian terkini dengan topik sama-sama relevan.
Langkah ini membantu mencegah self plagiarisme dengan efektif. Namun, ketika hasil karya sendiri adalah yang paling up to date. Maka silahkan mengutip dengan mengikut ketentuan, yakni tetap mencantumkan sumber atau sitasi.
Cara kedua sebagai cara menghindari self plagiarisme adalah membuat kutipan dengan benar. Pahami bagaimana tata cara membuat kutipan langsung dan tidak langsung. Sehingga seluruh kutipan mencantumkan sumber sesuai ketentuan dan bebas dari plagiarisme.
Bagaimana jika kutipan sudah benar, tapi terdeteksi plagiat di Turnitin? Menurunkan similarity index dianjurkan dengan melakukan parafrase. Yakni menulis ulang kutipan dengan bahasa sendiri sehingga tidak terdeteksi punya similarity tinggi.
Parafrase bisa dilakukan dengan berbagai teknik. Mulai dengan mengganti beberapa kata memakai sinonim, kemudian merubah struktur kalimat, dan menggunakan kosakata dari bahasa berbeda. Misal kata “tabel” diubah ke bahasa Inggris menjadi “table”.
Cara yang terakhir adalah benar-benar menyusun karya tulis ilmiah baru bukan mendaur ulang. Pahami betul bahwa self plagiarisme adalah ilegal dan melanggar kode etik penulisan karya tulis ilmiah.
Sanksi yang didapatkan bisa membuat publikasi tidak diakui Dikti dan masuk ke daftar hitam. Maka dengan pemahaman ini dijamin bisa menurunkan godaan melakukan daur ulang terhadap karya lama. Anda pun bisa menghindari self plagiarisme.
Menghindari plagiarisme ternyata ada TEKNIKnya! Inilah 2 teknik menulis untuk menghindari plagiarisme dalam karya ilmiah. Selanjutnya ikuti cara mengurangi plagiarisme dalam menulis buku.
Masih bingung atau kesulitan menghindari plagiarisme dalam menulis buku? Ikuti saja Pedoman Menulis Buku Tanpa Plagiarisme. Ikuti petunjuk lengkap di dalamnya, ya.
Jika melakukan beberapa cara menghindari self plagiarisme yang dijelaskan di atas merasa ribet dan memakan waktu lama. Bahkan ada kalanya tidak terlalu berhasil menurunkan similarity index ketika mengecek di Turnitin.
Maka solusi paling praktis adalah menggunakan Jasa Parafrase Penurunan Similarity Turnitin dari Penerbit Deepublish. Karya tulis ilmiah Anda akan dikerjakan tim ahli yang berpengalaman dalam menurunkan similarity index.
Lewat jasa ini, Anda terima beres dijamin lolos plagiasi di Turnitin dan masih bisa fokus melaksanakan aktivitas akademik lainnya. Jadi, jangan ragu memakai jasa parafrase ini karena memberi efisiensi dalam menyusun karya ilmiah berkualitas.
Jika memiliki pengalaman terkait self plagiarisme atau ingin menyampaikan opini, yuk, tinggalkan jejak di kolom komentar.
Bagikan juga artikel ini dengan menekan tombol share ke teman atau grup Anda untuk mencegah plagiarisme!
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…