Daftar Isi
Anda sedang melakukan penelitian? Atau Anda menemukan sebuah inovasi baru yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat yang Anda buat dalam bentuk jurnal penelitian. Jika iya, sayang jika tidak dibukukan. Mengubah Laporan Karya Ilmiah (LKI) dalam bentuk buku disebut dengan mengkonversi buku. Mengkonversi LKI ke bentuk buku ajar memerlukan waktu dan pikiran.
Tidak semua LKI dapat digunakan. Ada bagian yang tidak dipakai sama sekali, namun ada juga beberapa yang masih dapat digunakan. Bagian dari karya ilmiah maupun jurnal masih harus dikembangkan dan diulas lebih detail. Kendala umum yang biasa ditemui oleh peneliti mengkonversi buku ajar terletak pada ketebalan naskah. Pada LKI dan Jurnal hanya beberapa halaman saja, sedangkan buku ajar berpuluh-puluh halaman.
Saat mengkonversi LKI ke dalam buku ajar ada beberapa bagian yang dihilangkan. Pada dasarnya, struktur LKI dan Jurnal memiliki format yang jauh berbeda dengan struktur penyusunan buku. Berikut beberapa bagian di LKI/Jurnal yang dihilangkan saat ingin menerbitkan buku ajar.
1. Tinjauan Pustaka
Di dalam LKI/jurnal terdapat Tinjauan Pustaka, di mana saat menulis buku tinjauan pustaka tidak ada. Agar data di tinjauan pustaka tidak sia-sia, data tersebut dapat dimasukan ke dalam isi buku. Tantangannya isi tinjauan pustaka tersebut perlu dikembangkan lagi. Jadi, dalam proses penulisan buku isi materi disampaikan dalam bentuk berbeda.
Dari segi penyampaian, LKI/Jurnal lebih menekankan pentingnya teori yang digunakan. Sebaliknya, penulisan buku tidak menojolkan teori yang digunakan. Dalam upaya mengkonversi ke dalam buku ajar teori-teori yang digunakan perlu di uraikan, di deskripsikan dan ditelaah lebih mengerucut. Fungsinya agar tulisan lebih lumer, mudah dipahami oleh pembaca dan tidak kaku.
2. Metodologi
Jurnal maupun laporan karya ilmiah menggunakan metodologi penelitian. Penulisan Metode penelitian dikonversikan menjadi uraian yang lebih menyeluruh. Kita perlu ingat bahwa segmentasi pembaca buku kita kelak bukanlah pembaca yang melek pengetahuan, melainkan pemula. Pembaca lebih membutuhkan data yang lebih kompleks dan mendalam. Pembaca juga lebih memahami bacaan yang diuraikan secara eksplisit, bukan yang masih abstrak.
3. Kutipan
Di dalam penulisan buku, khususnya buku ajar sedikit kutipan langsung. Sekalipun ada, hanya sedikit. Penyajian kutipan dapat diubah dalam bentuk memparafrase, mendeskripsikan dan mempertajam ulasan. Pada dasarnya, pembaca lebih mudah memahami penjelasan yang detail daripada sekedar kutipan langsung.
4. Footnote/Endnotes
Jika di LKI dibolehkan memberikan footnote ataupun endnotes, berbeda dengan metode penulisan buku ajar. Dalam penyusunan buku ajar, penyantuman footnote ataupun endnotes dihindari. Jika footnote/endnotes berbentuk keterangan, dapat langsung di jelaskan dan dijabarkan langsung. Jika footnote/endnotes bentuknya referensi, bisa langsung di tulis di daftar pustaka.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi yang ada di dalam Jurnal maupun laporan karya ilmiah perlu dikembangkan lebih detail dan terperinci. Dari segi perbedaannya, ada banyak perbedaan antara jurnal/LKI dengan menulis buku. Perbedaan tersebut mulai dari struktur, penggunaan bahasa yang digunakan, tujuan dan ketebalan. Jika dilihat dalam bentuk tabel, dapat dilihat sebagai berikut.
Hal terpenting saat mengkonversi LKI ke dalam buku ajar terletak pada format penyajian. Format Buku ajar memiliki beberapa komponen penyajian isi seperti Halaman Judul Utama , Halaman Persembahan, Halaman Daftar Isi, Halaman Daftar TAbel, Halaman Daftar Gambar/grafik, Halaman Daftar Simbul/lambing, Halaman Daftar Singkatan, Halaman Kata, Pengantar (Fareword), Halaman Prakata (Praface), halaman Pendahuluan (Introduction), Isi (Bab-bab) dan Daftar Pustaka. Ulasan lebih lengkap, akan di ulas di artikel berikutnya (Elisa)
Artikel Terkait :
Mengubah Karya Ilmiah Menjadi Buku di Deepublish, Tertarik?
11 Tips Mengubah Skripsi/Tesis/Disertasi Menjadi Buku