Critical Thinking dan Cara Menerapkannya saat Menulis

cara menerapkan critical thinking saat menulis

Seorang penulis yang profesional tentunya selain memiliki kemampuan menulis yang baik, juga memiliki kemampuan critical thinking atau berpikir kritis. Penulis yang bisa menguasai kemampuan ini membantu menyusun tulisan yang akurat dan logis. 

Setiap penulis, baik karya tulis ilmiah maupun nonilmiah membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang baik. Pada saat menyusun novel misalnya, penulis harus bisa membangun karakter yang logis sesuai cerita. 

Jika tokoh digambarkan tidak logis, bisa jadi penulis belum bisa berpikir kritis. Sehingga tulisan yang dibuat kurang akurat dan kurang logis di dunia nyata. Namun, seberapa penting sebenarnya kemampuan berpikir kritis ini bagi penulis? Berikut informasinya. 

Apa Itu Critical Thinking?

Dikutip melalui Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, berpikir kritis (critical thinking) adalah proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih dan rasional.

Secara sederhana, berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara objektif dalam mempertimbangkan informasi, argumen, dan bukti yang diberikan sehingga bagaimana memahami informasi menjadi lebih akurat dan logis. 

Misalnya, ketika ada yang menyampaikan informasi bahwa jembatan di daerah X roboh. Maka penerima informasi yang mampu berpikir kritis akan menanyakan detail informasi tersebut. Kemudian menimbang apakah informasi ini akurat atau kabar bohong alias hoax. 

Mampu berpikir kritis penting bagi siapa saja, apapun profesi dan latar belakang ekonomi sampai sosial yang dimiliki. Terutama di era digital seperti sekarang, dimana informasi dengan mudah diakses di internet. Khususnya media sosial. 

Tanpa kemampuan critical thinking maka seseorang bisa menganggap informasi bohong sebagai kebenaran. Hal ini membuat informasi tersebut tersebar dengan mudah. Jika isinya merupakan fitnah, tentunya akan merugikan pihak tertentu dalam informasi tersebut. 

Berpikir kritis mampu menjadikan seseorang lebih teliti dan bisa objektif. Sehingga bisa menjadi tempat untuk bercerita dan dimintai pendapat yang logis dan bisa dipertanggung jawabkan. 

Baca Juga: 10 Kemampuan yang Harus Dikuasai Penulis Profesional

Perbedaan Critical Thinking dan Analytical Thinking

Jika membahas mengenai kemampuan critical thinking, maka biasanya akan dikaitkan dengan kemampuan analytical thinking (berpikir analisis). Keduanya memang memiliki beberapa persamaan. 

Salah satunya, sama-sama menuntut pemilik kemampuan untuk melakukan pendekatan mendalam. Seseorang yang berpikir kritis akan menggali informasi sebanyak mungkin untuk menilai informasi tersebut valid atau tidak. 

Sementara pada orang yang berpikir analisis akan melakukan pendekatan mendalam untuk memahami suatu masalah, mengetahui penyebabnya, dan bagaimana mengatasinya. Meskipun begitu, keduanya punya beberapa perbedaan.

Berikut perbedaan critical thinking dan analytical thinking:

1. Tujuan 

Perbedaan yang pertama terletak dari aspek tujuan yang ingin dicapai. Orang dengan kemampuan berpikir kritis memiliki tujuan untuk mendapat informasi baru atau ilmu pengetahuan baru yang tentunya valid. 

Informasi dan pengetahuan baru yang valid ini akan dijadikan dasar dalam mengambil keputusan sehingga orang yang berpikir kritis akan mengutamakan informasi tersebut benar atau valid agar keputusan tidak keliru. 

Sementara tujuan dari berpikir analisis adalah menemukan solusi yang tepat. Solusi ini didapatkan dari proses pemahaman seluruh data atau informasi yang ada sehingga memahami masalah tersebut, penyebabnya, dan solusi terbaiknya. 

2. Proses 

Perbedaan yang kedua adalah dari sisi proses. Pada critical thinking, proses penerapan terdiri dari empat tahapan. Dimulai dari analisis informasi, evaluasi bukti, pengembangan argumen, dan disusul tahap pemecahan masalah atau penentuan kebijakan (keputusan). 

Sementara pada analytic thinking, prosesnya mencakup tiga tahapan. Dimulai dari analisis data, mengidentifikasi pola untuk mengetahui penyebab suatu masalah, dan diakhiri dengan tahap merumuskan kesimpulan berisi solusi atas masalah yang dicoba untuk dipecahkan. 

3. Fokus Utama 

Perbedaan yang ketiga adalah dari segi fokus utama. Dalam berpikir kritis, seseorang akan fokus pada proses berpikir, kemudian mengevaluasi informasi yang diterima, dan kemudian berfokus pada pengambilan keputusan yang objektif. 

Sementara di dalam berpikir analisis, fokus utamanya adalah memecahkan suatu masalah. Namun, untuk mendapat solusi terbaik diperlukan pemahaman mengenai masalah tersebut dan apa yang menjadi penyebabnya. 

4. Hasil yang Dicapai 

Perbedaan yang terakhir adalah pada aspek hasil yang dicapai atau ingin dicapai. Pada saat seseorang berpikir kritis, hasil yang ingin dicapai adalah memahami informasi dan mengambil keputusan yang terbaik. 

Sementara saat seseorang berpikir analisis, hasil yang ingin dicapai adalah solusi yang akurat dan efektif dari suatu masalah sehingga akan ada beberapa pilihan solusi, dan kemudian diambil mana yang paling efektif dan akurat. 

Baca Juga:

Pentingnya Kemampuan Critical Thinking bagi Penulis

Berpikir kritis atau kemampuan critical thinking tidak hanya dibutuhkan oleh pemilik profesi dokter. Melainkan juga penting untuk dikuasai oleh siapa saja apapun profesi mereka. Termasuk yang menekuni dunia kepenulisan alias penulis profesional. 

Berikut beberapa arti penting dari kemampuan berpikir kritis bagi seorang penulis: 

1. Membantu Menghasilkan Tulisan yang Lebih Kaya dan Mendalam 

Arti penting yang pertama dari menguasai kemampuan berpikir kritis adalah membantu menghasilkan tulisan yang kaya dan lebih mendalam. Hal ini terjadi, karena dalam berpikir kritis maka memunculkan rasa ingin tahu yang tinggi. 

Seorang penulis yang mendapat informasi dari satu referensi dan merasa belum mendapat kejelasan rinci. Maka akan mencari referensi lain yang mampu memberi penjelasan tambahan da lebih mendalam. 

Hal ini membantu penulis memahami betul suatu topik dan paham bagaimana menjelaskan ulang kepada pembaca sehingga seluruh informasi yang disampaikan dalam karyanya jauh lebih kaya dan mendalam dibanding tanpa berpikir kritis sebelumnya. 

2. Mengembangkan Kreativitas dalam Menulis 

Critical thinking penting bagi seorang penulis untuk mengasah kemampuannya berpikir kreatif. Penulis bisa menghasilkan banyak karya dengan banyak topik dan disampaikan dengan cara yang lebih segar dan mendetail. 

Hal ini bisa terjadi, karena kemampuan berpikir kritis membuat seorang penulis mengakses cukup banyak informasi dari berbagai sumber sehingga pemahaman pada topik lebih mendalam. Sekaligus bisa memiliki wawasan yang luas, termasuk hal-hal berkaitan topik tersebut. 

Pemahaman topik dan wawasan yang luas terkait dengan topik bisa mendorong kreativitas dalam menyampaikan isi pikiran menjadi tulisan. Contohnya, saat penulis kritis terhadap tokoh yang dibuat berprofesi sebagai dokter. 

Maka penulis tidak hanya mencari tahu apa itu dokter dan apa saja tugasnya di rumah sakit. Melainkan juga mencari tahu kasus yang dihadapi dokter. Sehingga akan kreatif menambahkan kasus dalam menjalankan tugas dokter di dalam naskahnya. 

3. Menghasilkan Tulisan yang Berisi Informasi dan Solusi Akurat 

Arti penting yang ketiga dari kemampuan critical thinking bagi seorang penulis adalah menghasilkan tulisan yang lengkap. Isi tulisannya tidak hanya informasi melainkan juga solusi yang akurat. 

Hal ini bisa terjadi karena penulis yang kritis akan memastikan memahami topik yang dibahas secara mendalam sehingga memahami berbagai hal yang berkaitan dengan topik. Mulai dari apa topik tersebut, hal-hal yang mempengaruhi topik, dan solusi akurat dari topik yang diangkat. 

Misalnya, penulis ingin menyusun artikel opini untuk dimuat di surat kabar berkaitan dengan pengolahan sampah plastik. Penulis yang kritis tidak hanya menjelaskan apa itu sampah plastik dan solusinya. 

Melainkan juga menjelaskan secara rinci apa itu sampah plastik, bagaimana terbentuknya, dampaknya, dan solusi mengolahnya. Sebab penulis yang kritis tidak ingin membuat tulisan yang menggantung. Penulis akan memastikan pembaca mendapat informasi detail dan selengkap mungkin. 

4. Menguasai Berbagai Keterampilan Penting dalam Menulis 

Arti penting berikutnya dari critical thinking bagi penulis adalah mendorong penguasaan berbagai keterampilan lain. Aktivitas menulis menjadi salah satu kemampuan bahasa yang tingkatannya paling sulit dibanding membaca, menyimak, dan berbicara. 

Menulis tidak hanya membutuhkan keterampilan menulis kalimat dan paragraf yang baik. Namun juga wajib menguasai keterampilan lain yang berkaitan. Misalnya kemampuan untuk berpikir kritis dalam memahami referensi dan topik, analisis topik yang dibahas, menggunakan teknologi untuk membantu menulis, dan sebagainya. 

Jadi, dengan terbiasa berpikir kritis maka seorang penulis berpeluang mengasah berbagai kemampuan penting lainya. Kemampuan ini akan mendukung kegiatan menulis agar bisa menghasilkan tulisan yang berkualitas dan bisa terus kontinyu (produktif menulis). 

Produktif menulis jadi kunci naskah selesai, selesaikan apa yang Anda mulai dengan menerapkan tips produktivitas berikut:

Cara Menerapkan Critical Thinking

Bagi beberapa penulis, menerapkan critical thinking dalam menulis masih menjadi hal yang sulit untuk dilakukan. Beberapa penulis juga masih kebingungan bagaimana cara menerapkan kemampuan ini dalam proses menulis. 

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk selalu berpikir kritis setiap kali menyusun karya tulis:

1. Terbiasa Menanyakan Apapun 

Cara pertama dalam menerapkan kemampuan berpikir kritis saat menulis adalah terbiasa bertanya. Dalam bahasa anak muda jaman sekarang adalah terbiasa kepo. Orang yang banyak bertanya karena punya rasa ingin tahu yang tinggi. 

Seorang penulis perlu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tersebut. Sehingga akan sering bertanya, sekalipun mendapat suatu penjelasan. Terutama penjelasan yang masih belum menjawab pertanyaan sebelumnya. 

Contohnya, Anda mendapat penjelasan definisi dari topik berpikir kritis. Kemudian ada kata “analisis”. Anda kemudian menanyakan kata dalam definisi tersebut dan mencari tahu penjelasannya. Hal ini membantu memahami topik dan menjelaskannya ulang dalam tulisan yang lebih mudah dipahami tapi detail. 

2. Teliti dalam Metode Pengumpulan Referensi atau Informasi 

Cara kedua dalam menerapkan critical thinking dalam menulis adalah teliti dalam metode pengumpulan referensi dan informasi. Menulis karya tulis ilmiah dan nonilmiah tetap membutuhkan referensi. 

Metode pengumpulan referensi akan menentukan kualitas informasi dan kedetailannya. Jadi, teliti dalam menentukan metode ini penting. Misalnya tidak hanya mencari sumber primer tapi dikombinasikan dengan sumber sekunder.

Selain itu, dibanding fokus memperbanyak jumlah referensi. Akan lebih baik fokus pada referensi berkualitas dan mudah dipahami. Sehingga paham topik yang akan dibahas sekalipun bermodalkan satu atau dua referensi saja. 

3. Berpegang Teguh pada Bukti 

Cara yang ketiga adalah selalu berpegang teguh pada bukti. Artinya, apapun yang akan ditulis harus dilandaskan pada bukti konkrit bukan asumsi atau hasil imajinasi. Sehingga apa yang ditulis dijamin benar dan bisa dipertanggung jawabkan. 

Hal ini berlaku untuk tulisan ilmiah dan nonilmiah. Dalam tulisan nonilmiah, misalnya pada novel. Jika hendak membuat masalah yang dihadapi tokoh. Maka perlu mencari fakta di lapangan mengenai masalah tersebut sehingga realistis dan mudah dipahami pembaca. 

Contohnya, jika tokoh dalam cerita digambarkan mengalami luka bakar, penulis yang kritis akan mencari bukti mengenai apa itu luka bakar, apa saja yang bisa menjadi penyebabnya, contoh kasusnya di lapangan, dan menuangkannya dalam tulisan. 

4. Menghindari Truisme dan Tautologi 

Cara yang keempat dalam menerapkan critical thinking adalah menghindari trusime dan tautologi. Secara sederhana, truisme adalah pemahaman bahwa semua hal yang didengar adalah benar. 

Sehingga saat menulis, hindari pemahaman bahwa semua informasi yang didapatkan adalah benar karena akan mengaburkan sikap kritis dalam mencari bukti kebenaran dari informasi tersebut. 

Sementara tautologi dalam konteks kegiatan menulis adalah pernyataan yang berputar-putar. Sehingga suatu informasi yang didapatkan tidak memberi penjelasan dan tidak mengandung solusi. Misalnya:

“Pemimpin yang baik adalah yang mampu memimpin dengan baik”. 

Pernyataan tersebut tentu tidak tepat, karena tidak menjelaskan secara detail bagaimana seorang pemimpin bisa menjadi pemimpin yang baik. Sehingga informasi tidak jelas dan informasi seperti ini harus diabaikan atau dicari penjelasan validnya sebelum dituangkan dalam tulisan. 

5. Menghilangkan Pola Pikir Terlalu Sederhana 

Cara yang kelima adalah menghilangkan pola pikir yang terlalu sederhana. Pola pikir yang kompleks penting dalam menerapkan critical thinking, termasuk dalam menulis. Alasannya, karena membantu menganalisis secara mendalam. 

Misalnya, jika membahas topik tentang hujan. Pola pikir yang sederhana akan menghasilkan penjelasan bahwa hujan turun dari langit sehingga tulisan yang dibuat miskin informasi dan mencerminkan penulis yang malas mencari tahu. 

Penulis yang pola pikirnya kompleks akan mencari informasi untuk menjelaskan apa itu hujan, bagaimana hujan bisa terjadi, dampaknya apa, dan sebagainya. Hal tersebut membuat tulisannya detail, ada informasi mendalam, dan dilengkapi solusi. 

6. Menyusun Tulisan yang Jelas dan Tegas 

Cara keenam dalam menerapkan critical thinking lewat tulisan adalah menyusun tulisan yang jelas dan tegas. Tulisan yang menunjukkan keraguan, ambigu, tidak menjelaskan secara detail dan mendalam. 

Adalah tulisan dari orang yang belum menguasai kemampuan berpikir kritis. Sebab penulis yang kritis akan memahami suatu topik dan menjelaskannya secara lancar tanpa ada satupun pemilihan diksi yang menunjukan keraguan. 

Tips Meningkatkan Critical Thinking

Memahami bahwa menguasai critical thinking dan menerapkannya saat menulis adalah hal penting. Maka tentunya perlu mengasah kemampuan ini agar bisa dengan mudah diterapkan setiap kali menulis. 

Lalu, bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis? Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan: 

  1. Melatih kemampuan bertanya secara kritis, misalnya setiap kali membaca suatu informasi maka perlu membaca sampai tuntas untuk menjawab pertanyaan 5W1H. Misalnya apa tujuan tulisan tersebut, bukti argumennya apa, dan sebagainya. 
  2. Mencari penjelasan  berdasarkan bukti, misalnya dibanding mencari informasi tambahan dari internet bisa mengutamakan informasi dari jurnal yang didasarkan pada bukti nyata (hasil penelitian). 
  3. Membangun kebiasaan membaca, sebab dengan membaca maka bisa mengakses lebih banyak informasi dan memperluas wawasan. Orang yang wawasannya luas dan terbiasa mendapat informasi dari tulisan akan lebih mudah bertanya dalam memahami suatu hal. 
  4. Mencoba sudut pandang berbeda, lewat membaca dan kegiatan bersosialisasi maka seorang penulis bisa mengetahui berbagai sudut pandang. Hal ini membantu memahami suatu hal dari sudut pandang yang berbeda untuk mendapat informasi valid dan dijamin objektif. 
  5. Latihan rutin menerapkan berpikir kritis dalam menulis, misalnya setiap kali selesai menulis maka pastikan tulisan tersebut menjelaskan topik secara detail. Ada penjelasn topiknya apa, penyebabnya, dampaknya, dan solusinya. 

Itulah beberapa tips agar kemampuan critical thinking terus meningkat dan bisa diterapkan setiap kali menulis. Sehingga menghasilkan tulisan yang kreatif dan membantu pembaca mendapat informasi yang valid dan mendalam. 

Penulis banyak mengalami kendala berikut, jangan sampai terjadi pada Anda dan ketahui setiap solusinya:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan