Daftar Isi
Menggunakan skala pengukuran diferensial semantik atau semantic differential bisa dilakukan peneliti ketika meneliti terkait sikap, persepsi, atau opini individu atau kelompok. Misalnya ketika ada penilaian kinerja pimpinan di suatu perusahaan atau instansi dan lembaga, peluncuran program baru, produk baru.
Jika penelitian yang dilakukan berkaitan dengan topik tersebut dan butuh penilaian sikap dari individu yang dipimpin atau menggunakan produk, Anda bisa membagikan kuesioner dengan skala pengukuran semantic differensial. Berikut informasinya.
Skala diferensial semantik adalah salah satu skala pengukuran di dalam kuesioner untuk mengukur sikap, pendapat, atau persepsi masyarakat terhadap subjek, konsep, atau objek tertentu.
Dalam kegiatan penelitian, ada kalanya peneliti membutuhkan penilaian subjektif dari sampel penelitian atau sumber data. Misalnya penilaian terkait kualitas seorang pemimpin, baik pimpinan di perusahaan maupun pemimpin negara.
Contoh lainnya, adalah untuk mengetahui pendapat dan persepsi masyarakat terkait suatu produk. Penelitian ini akan membantu mengetahui penilaian pengguna produk tersebut. Hasilnya bisa dijadikan bahan evaluasi untuk memperbaiki produk maupun meluncurkan produk baru yang lebih baik sebagai pengganti.
Ciri khas di dalam skala diferensial semantik adalah jawaban yang dibuat pilihan ganda atau checklist dengan 5 pilihan jawaban. Kemudian, kuesioner akan menampilkan jawaban positif di sisi sebelah kanan dan jawaban negatif di sisi sebelah kiri.
Semakin positif jawaban dari responden maka akan memilih jawaban paling kanan. Begitu juga sebaliknya. Semakin negatif jawaban dari responden maka akan memilih pilihan ke arah kiri atau paling kiri. Berikut beberapa contohnya dalam gambar:
Secara sekilas, skala pengukuran dengan semantic differential terlihat mirip dengan skala likert. Hanya saja, keduanya punya beberapa perbedaan. Misalnya dari bentuk jawaban pada kuesioner, dimana ada penjelasan jawaban positif dan negatif pada semantic differential,
Perbedaan lain, semantic differential biasanya digunakan untuk mengukur makna atau konotasi konsep. Sementara pada skala likert digunakan untuk mengukur persetujuan dan ketidaksetujuan pada suatu pernyataan maupun kebijakan.
Pada skala pengukuran yang dikembangkan oleh Osgood ini ada beberapa jenis. Osgood sendiri awalnya membagi skala pengukuran ini ke dalam 3 jenis, yakni skala diferensial semantik Evaluatif, Potensi, dan Aktivitas.
Perlahan, jenis ini berkembang dan disesuaikan dengan kebutuhan dalam penelitian pada era terkini. Dikutip melalui Drive Research, skala pengukuran dari Osgood ini terbagi dalam 6 jenis. Berikut penjelasan detailnya:
Jenis pertama adalah skala diferensial semantik evaluatif, yaitu skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap keseluruhan responden terhadap suatu konsep atau objek.
Skala jenis ini bisa digunakan untuk mengetahui sikap suka – tidak suka, senang – tidak senang, puas – tidak puas, dan sejenisnya. Baik pada suatu objek seperti kualitas dan kinerja pimpinan. Maupun pada suatu produk.
Contohnya, peneliti ingin mengetahui penilaian konsumen pada produk X apakah banyak disukai atau justru sebaliknya sehingga menyusun kuesioner dengan skala pengukuran evaluatif.
Skala diferensial semantik potensi adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau daya pengaruh yang dirasakan dari suatu konsep atau objek.
Jika pada skala evaluatif akan mengetahui sikap, maka di dalam skala potensi untuk mengetahui daya pengaruh dan daya kekuatan. Sebab suatu objek dan konsep tentu memberi pengaruh pada pengguna maupun subjek yang terdampak.
Contohnya, peneliti ingin mengetahui apakah produk deterjen X dinilai kuat mengatasi noda membandel pada baju atau tidak. Setiap responden akan menjawab dari pilihan kuat sampai tidak kuat. Jadi, skala pengukuran ini tidak mengukur suka tidaknya konsumen pada deterjen X seperti pada skala evaluatif.
Skala diferensial semantik aktivitas adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas atau dinamika yang diasosiasikan dengan suatu konsep atau objek.
Jadi, skala pengukuran jenis ini ideal diterapkan untuk penelitian yang ingin meneliti konsep dan objek yang menuntut aktivitas fisik. Misalnya program olahraga, program sepeda santai rutin, dan sejenisnya. Contohnya, peneliti ingin mengetahui program olahraga X dianggap responden efektif meningkatkan aktivitas fisik atau tidak.
Skala diferensial semantik kontrol adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kendali yang dirasakan responden terhadap suatu konsep atau objek.
Pada skala pengukuran ini akan ideal diterapkan untuk penelitian yang ingin mengetahui tingkat kontrol responden. Contohnya:
Skala diferensial semantik arousal adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat kegembiraan atau rangsangan emosional yang diasosiasikan dengan suatu konsep atau objek.
Skala pengukuran ini bisa diterapkan untuk penelitian yang ingin mengukur efek emosional dari suatu konsep atau objek. Misalnya menarik atau membosankan sebuah film di mata penonton. Contoh lain, penelitian tentang model baju keluaran terbaru dari brand X apakah dinilai menarik atau tidak menarik.
Skala diferensial semantik penilaian atribut produk adalah skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap atribut tertentu dari suatu produk. Sehingga lebih spesifik pada aspek tertentu dari suatu produk.
Misalnya, perusahaan pengembang aplikasi game merilis fitur baru pada aplikasi buatan mereka. Kemudian melakukan survey untuk mengetahui penilaian pengguna aplikasi game tersebut pada fitur baru yang disuguhkan. Jadi, fokus pada fitur barunya bukan pada pengalaman penggunaan aplikasi secara keseluruhan.
Skala pengukuran untuk mengukur sikap pada suatu subjek, konsep, atau objek tentunya bukan hanya dengan skala diferensial semantik. Namun, ada beberapa alasan kenapa skala pengukuran ini dijadikan pilihan. Diantaranya:
Alasan pertama kenapa menggunakan skala pengukuran ini dibanding skala likert atau skala lainnya adalah karena bisa membantu melakukan pengukuran sikap, pendapat, dan persepsi secara lebih mendalam.
Hal ini terjadi, karena pilihan jawaban yang disajikan dalam kuesioner menjadi lebih beragam. Kemudian responden leluasa memilih sesuai dengan sikap, pendapat, dan persepsi pribadi mereka.
Sehingga data yang didapatkan menggambarkan hasil survei yang lebih mendalam. Jika baik, maka akan dinilai sangat baik. Sebaliknya, jika jelek maka responden tidak ragu menjawab pilihan sangat jelek.
Alasan yang kedua menggunakan skala diferensial semantik adalah untuk mendapatkan data kuantitatif berupa angka. Akan tetapi dari persepsi yang bersifat kualitatif atau bukan angka.
Misalnya, skala pengukuran ini bisa membantu menilai atau mengukur suka tidak sukanya responden pada suatu produk. Rasa suka termasuk persepsi kualitatif, sementara jawaban dengan skala pengukuran ini sudah dalam bentuk angka.
Jadi, skala pengukuran ini bisa diandalkan para peneliti untuk mendapatkan data angka dari pertanyaan yang sifatnya bukan angka sehingga data yang dikumpulkan dalam penelitian lebih mudah dianalisis dan dipahami.
Alasan ketiga karena skala diferensial semantik membantu mengukur penilaian suatu objek atau konsep dalam banyak aspek. Hal ini sejalan dengan jenis dari skala pengukuran yang cukup beragam.
Misalnya memakai skala evaluatif untuk mengukur tingkat kepuasan dan ketidakpuasan konsumen pada produk. Jika produk diluncurkan dengan material baru atau fitur lain yang masih baru. Maka bisa menggunakan skala atribut produk. Sehingga bisa fokus ke banyak aspek sesuai kebutuhan peneliti.
Skala pengukuran ini juga ideal diterapkan karena cocok untuk berbagai bidang penelitian. Sekaligus untuk topik apapun. Terutama yang fokus untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi.
Misalnya skala pengukuran ini bisa diterapkan untuk penelitian di bidang bisnis, misalnya kualitas produk berdasarkan persepsi konsumen. Skala ini juga bisa diterapkan di bidang pendidikan, misalnya pada penelitian yang bertujuan menilai persepsi mahasiswa terhadap dosen, mata kuliah, atau metode belajar.
Lalu, bagaimana cara menghitung skala diferensial semantik? Data yang didapatkan dari kuesioner tentunya perlu diolah dan ditetapkan hasilnya atau kesimpulannya. Hal ini juga berlaku untuk penggunaan skala semantic differential. Berikut tata cara perhitungannya:
Tahap pertama adalah menentukan skala. Sebab skala pengukuran di dalam semantic differential bisa antara 1 – 5 dan bisa 1 – 7. Misalnya, dalam penelitian untuk mengukur sikap dan persepsi konsumen pada iklan produk terbaru. Peneliti kemudian menetapkan skala 1-7 sebagai berikut:
Tahap kedua adalah mendata nilai dari jawaban yang sudah diberikan responden pada kuesioner yang dibagikan. Misalnya didata dan disajikan dalam tabel seperti contoh berikut:
Responden | Menarik – Membosankan (1–7) | Modern – Kuno (1–7) | Ramah – Tidak Ramah (1–7) |
R1 | 2 | 3 | 2 |
R2 | 1 | 2 | 3 |
R3 | 3 | 4 | 2 |
R4 | 2 | 3 | 1 |
R5 | 4 | 5 | 3 |
Tahap ketiga adalah menghitung nilai rata-rata untuk setiap nilai yang sudah didata di tahap sebelumnya. Berdasarkan contoh sebelumnya, maka berikut hasil perhitungan nilai rata-ratanya:
Tahap terakhir dalam menghitung data dengan skala pengukuran diferensial semantik adalah melakukan interpretasi hasil perhitungan nilai rata-rata. Sesuai di tahap penentuan skala sebelumnya, dimana jawaban 1 adalah positif dan jawaban 7 adalah negatif.
Melalui hasil perhitungan nilai rata-rata di atas, maka diketahui responden memberi penilaian antara 2 sampai 3 poin. Sehingga mendekati angka 1 yang menunjukan sikap positif. Artinya, responden menilai iklan produk baru dianggap menarik.
Itulah penjelasan mengenai apa itu skala pengukuran diferensial semantik. Sekaligus penjelasan mengenai tata cara perhitungan data kuesioner dengan skala pengukuran tersebut. Sehingga lebih mudah dipahami dan dipraktekan pada penelitian yang akan dilakukan.
Baca artikel terkait:
Pernahkah melihat penyajian data secara visual yang memperlihatkan beberapa warna? Jika pernah, Anda sedang melihat…
Pada saat melaksanakan penelitian yang mengukur sikap individu maupun sikap kelompok, banyak peneliti yang menggunakan…
Skala likert menjadi salah satu skala penilaian yang umum digunakan dalam proses pengumpulan data lewat…
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, Anda perlu memahami dan menguasai seluruh kompetensi peneliti agar bisa melakukan…
Bijak dan tepat dalam menyusun paragraf pertama atau paragraf pembuka dari naskah buku yang sedang…
Diagram lingkaran atau disebut juga sebagai pie chart menjadi salah satu model visualisasi data yang…