Daftar Isi
Pada saat melaksanakan kegiatan penelitian, akan ada tahapan yang dilalui peneliti. Salah satunya adalah menentukan atau mencari dan menemukan fenomena penelitian. Fenomena ini yang menjadi tahap paling awal dari penelitian itu sendiri.
Kegiatan penelitian tidak akan mungkin bisa dilaksanakan sebelum peneliti menemukan fenomena. Fenomena tertentu yang belum ada penjelasan ilmiahnya sehingga perlu diteliti untuk bisa dijelaskan secara ilmiah agar bisa diterima oleh akal atau logika.
Meskipun fenomena dalam penelitian adalah hal utama dan tentunya sangat penting. Ternyata masih banyak yang terkendala dalam menemukan fenomena tersebut. Tidak sedikit pula yang menyamakan fenomena ini dengan masalah penelitian. Jadi, seperti apa cara menemukan fenomena dalam penelitian? Berikut penjelasannya.
Apa Itu Fenomena Penelitian?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah (seperti fenomena alam).
Secara sederhana, fenomena memiliki definisi sebagai suatu kondisi atau keadaan yang bisa disaksikan dengan pancaindra. Lalu, apakah semua kondisi dan keadaan adalah fenomena? Jika merujuk pada definisi KBBI, maka jawabannya adalah iya.
Namun, fenomena sendiri secara umum hanya ditujukan untuk beberapa kondisi dan keadaan yang tidak atau belum lumrah.
Ihsan Rahmat Talks dalam salah satu konten di kanal YouTube menyebutkan bahwa fenomena ditujukan untuk kondisi dan keadaan yang mengalami perubahan signifikan. Baik itu mengalami penurunan, peningkatan, maupun berubah drastis.
Suatu fenomena bisa membantu peneliti menemukan suatu masalah untuk diteliti. Dengan demikian, fenomena penelitian berbeda dengan masalah penelitian. Fenomena tidak selalu memunculkan masalah, melainkan menjadi suatu dampak dari masalah tertentu.
Masalah yang menjadi penyebab fenomena ini yang nantinya menjadi topik penelitian. Sebab penelitian memang diawali dengan menemukan masalah dan mencari solusinya secara ilmiah.
Namun, masalah penelitian tidak akan ditemukan jika peneliti tidak menemukan fenomena terlebih dahulu. Sebab, bagaimana peneliti menyadari ada sesuatu masalah dan ada sesuatu yang salah. Jika tidak menyadari ada fenomena yang memunculkan suatu masalah?
Contoh : peneliti menemukan fenomena angka kelahiran di 5 tahun terakhir mengalami penurunan signifikan. Kondisi tersebut tentu dipandang aneh, tidak lumrah, tidak seharusnya. Kondisi tersebutlah yang disebut fenomena penelitian.
Kemudian, peneliti akan menganalisis berbagai hal yang menjadi dampak dari fenomena tersebut. Dampak ini yang menjadi masalah penelitian dan akan menjadi topik penelitian. Sehingga, masalah penelitian baru bisa ditemukan ketika peneliti sudah menemukan fenomena penelitian.
Baca seputar topik penelitian selengkapnya:
- Topik Penelitian: Jenis, Unsur, Menentukan Topik
- 9 Cara Menentukan Topik Penelitian yang Tepat dan Layak
- 4 Perbedaan Topik dan Judul pada Karya Ilmiah, Jangan Salah!
Macam-Macam Fenomena Penelitian
Secara umum, fenomena dalam penelitian terbagi menjadi dua jenis, yaitu fenomena alam dan fenomena sosial. Berikut penjelasannya:
1. Fenomena Alam
Fenomena alam adalah segala peristiwa yang terjadi secara alami di muka bumi. Secara umum, fenomena alam adalah suatu kondisi dan keadaan yang tidak disebabkan oleh manusia melainkan terjadi begitu saja.
Meskipun banyak fenomena alam juga disebabkan oleh tindakan manusia di bumi. Misalnya fenomena alam banjir. Selain disebabkan curah hujan tinggi, bencana banjir bisa muncul karena masyarakat tidak bijak dalam mengelola sampah. Jika hujan turun, air tidak dapat mengalir dan terjadilah banjir.
Namun, mayoritas fenomena alam tidak disebabkan oleh manusia. Contohnya seperti tanah longsor, gunung meletus, gempa bumi, dan lain sebagainya. Fenomena alam kemudian bisa menjadi fenomena penelitian, khususnya untuk penelitian di bidang sains atau ilmu alam.
Contoh : peneliti A menemukan fenomena alam daerah X sering dilanda gempa bumi. Maka dilakukan penelitian untuk menemukan desain bangunan rumah yang tahan gempa.
2. Fenomena Sosial
Jenis fenomena penelitian yang kedua adalah fenomena sosial. Menurut Freddy Rangkuti, fenomena sosial adalah fakta sosial atau kejadian sosial yang terlihat di lapangan.
Kejadian sosial berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat, baik itu perilaku yang tidak biasa dan tidak sesuai budaya dari individu maupun kelompok masyarakat tertentu.
Soerjono menyebutkan bahwa fenomena sosial adalah masalah sosial. Sebab fenomena sosial terjadi karena adanya pelanggaran pada nilai-nilai budaya dan kebiasaan luhur masyarakat yang sudah berjalan bertahun-tahun.
Contoh dari fenomena sosial adalah orang-orang yang lebih akrab dengan smartphone. Bahkan ketika berkumpul bersama teman atau sahabat, masing-masing sibuk dengan smartphone mereka. Hal ini berbeda dengan zaman dulu, dimana orang-orang berkumpul biasanya saling mengobrol atau saling bicara.
Fenomena sosial kemudian bisa menjadi fenomena penelitian. Sebab segala bentuk perubahan perilaku dan kebiasan masyarakat bisa memunculkan dampak. Sehingga, peneliti perlu mencari solusi atau penyebab yang bisa dijelaskan secara ilmiah.
Cara Menemukan Fenomena Penelitian
Lalu, bagaimana cara menemukan fenomena penelitian? Pada dasarnya, menemukan suatu fenomena bisa dilakukan dengan banyak cara. Berikut cara menemukan fenomena penelitian:
1. Mengamati Kondisi di Sekitar
Cara yang pertama dan menjadi cara paling mudah adalah mengamati kondisi di lingkungan sekitar. Di sekitar tempat tinggal, peneliti bisa menunjukan suatu fenomena yang layak diteliti.
Misalnya, Anda tinggal di kota A. Warga sekitar banyak yang menunjukan wnaita bekerja di luar rumah sementara para suami di rumah momong anak. Kondisi ini tentu dipandang tidak lumrah karena (idealnya) suami menjadi tulang punggung alias pencari nafkah.
Fenomena sosial ini bisa diteliti untuk dicari penyebabnya maupun solusi jika ada dampak yang ditimbulkan. Suatu fenomena bisa dengan mudah ditemukan jika ada perubahan signifikan dan drastis. Baik itu menurun, meningkat, maupun tidak lagi sesuai budaya setempat (perubahan signifikan).
2. Mengamati Media Sosial
Cara kedua menemukan fenomena penelitian adalah dengan mengamati media sosial. Harus diakui, media sosial tidak sekadar menjadi media untuk membangun jaringan dan bersosialisasi secara daring tetapi juga menjadi media dengan sejuta fungsi.
Salah satunya bisa mengetahui adanya fenomena yang terjadi di Indonesia atau bahkan di negara lain di dunia. Misalnya ada konten informasi yang menjelaskan perubahan iklim signifikan. Perubahan iklim tersebut juga merupakan fenomena alam yang bisa diteliti.
Lewat media sosial pula, Anda bisa menemukan fenomena lain yang bersumber dari konten-konten yang dibagikan pengguna lain ke publik. Misalnya angka pernikahan menurun, angka kelahiran menurun, angka bencana alam meningkat, angka perceraian meningkat, dan lain sebagainya.
3. Aktif Mencari Berita atau Informasi Terkini
Cara yang ketiga dalam mencari dan menemukan fenomena penelitian adalah aktif mencari berita dan informasi terkini. Ada banyak media yang bisa dituju untuk update berita terkini.
Sebut saja seperti membaca artikel di koran, majalah, menonton acara berita di televisi, menonton berita di YouTube, membaca artikel berita di portal daring, dan lain sebagainya.
Berita-berita yang dibagikan ke publik bisa menjelaskan suatu fenomena. Baik itu fenomena alam maupun fenomena sosial. Beberapa bisa dipilih untuk diteliti jika dirasa sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni.
4. Membaca Publikasi Ilmiah (Studi Literatur)
Cara keempat dalam menemukan fenomena penelitian adalah membaca publikasi ilmiah. Peneliti bisa melakukan studi literatur atau kajian literatur. Membaca publikasi ilmiah bisa dalam bentuk jurnal, prosiding, maupun buku ilmiah.
Lewat proses ini, peneliti bisa mengetahui fenomena dari penelitian sebelumnya beserta topik yang dipilih peneliti sebelumnya. Sehingga, peneliti bisa mengetahui fenomena tersebut masih dijumpai di masa sekarang atau tidak.
Masih bingung cara melakukan studi literatur? Pahami tahapan melakukan studi literatur selengkapnya.
Jika masih ada suatu fenomana, peneliti bisa mencari tahu dulu apakah masih relevan untuk diteliti di masa sekarang. Selain itu, fenomena dari penelitian sebelumnya biasanya akan fokus di satu topik. Padahal satu fenomena dalam penelitian bisa berisi banyak topik. Jadi, peneliti bisa mencontek fenomena penelitian terdahulu dan memilih topik yang berbeda.
Adapun fenomena dalam penelitian sendiri biasanya dijelaskan di bab awal, yakni bab pendahuluan. Jadi, Anda bisa fokus membaca bagian ini pada saat mencari fenomena untuk diteliti di penelitian yang akan dilakukan.
Mencari referensi untuk penelitian bisa dari jurnal hingga buku. Ikuti rekomendasi berikut:
- 9 Rekomendasi Website AI untuk Mencari Jurnal Referensi Ilmiah
- 10 Aplikasi untuk Mencari Referensi Buku Berkualitas
Cara Menulis Fenomena Penelitian
Secara umum, fenomena dalam penelitian dicantumkan di dalam bab pertama. Pada karya ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, makalah, dan sejenisnya. Fenomena dalam penelitian masuk di Bab I yakni Bab Pendahuluan dan masuk ke sub bab Latar Belakang Masalah.
Sementara itu, fenomena penelitian di artikel ilmiah dicantumkan di bab pendahuluan, yakni bagian ketiga setelah judul dan abstrak.
Penyusunannya dengan cara membuat paragraf narasi sampai paragraf deskripsi. Narasi dibuat untuk menjelaskan secara detail fenomena apa yang terjadi dan urgensinya untuk diteliti. Sebab fenomena tersebut memicu suatu dampak yang bisa merugikan.
Deskripsi juga diperlukan untuk memberi gambaran secara jelas mengenai fenomena yang terjadi. Misalnya fenomena masyarakat membuang sampah sembarang tempat. Maka, peneliti bisa mendeskripsikan kondisi area pembuangan akhir sampai penumpukan sampah di tempat penelitian yang tidak sesuai standar (tidak layak).
Memahami bahwa fenomena adalah kondisi yang tidak atau belum bisa dianggap wajar dan menunjukkan perubahan. Anda bisa menjelaskan kondisi sebelumnya atau kebiasaan masyarakat di masa lampau. Sehingga, pembaca bisa membandingkan perubahan yang terjadi dan memahami fenomena yang menjadi latar belakang penelitian.
Contoh Fenomena Penelitian
Pada dasarnya, memahami apa itu fenomena penelitian akan memudahkan proses menemukannya. Sebab kesulitan dalam menemukan fenomena pada penelitian bersumber dari kebingungan memahami dan membedakannya dengan masalah penelitian.
Fenomena dalam penelitian bisa ditemukan pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Secara umum, semua bidang keilmuan memiliki fenomena yang layak untuk diteliti. Jika masih bingung, berikut adalah beberapa contoh fenomena dalam penelitian:
Contoh Fenomena Penelitian 1
Pada era digital saat ini, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat. Perkembangan tersebut memiliki dampak yang semakin terbuka. Salah satunya adalah menyebabkan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia lewat berbagai platform atau media sosial dengan cepat dan mudah.
Pendidikan juga mengalami banyak pembaharuan dari masa ke masa dengan tujuan peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjangnya. Seluruh aspek pendidikan mengalami pembaharuan berdasarkan kebutuhan peserta didik yang disesuaikan dengan perkembangan zaman (Saputra et al., 2023).
Dewasa ini pembaharuan pendidikan yang demikian lebih dikenal dengan pendidikan di era reformasi berbasis teknologi, sebagai integrasi dalam proses pembelajaran (Sawitri et al., 2019).
Contoh Fenomena Penelitian 2
Pademi covid-19 menunjukkan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan sosial manusia. Dampak tersebut juga berimbas pada sistem kegiatan belajar mengajar di seluruh lembaga pendidikan di seluruh dunia khususnya di Indonesia yang harus mampu menyesuaikan diri untuk menerapkan pembelajaran berbasis teknologi (Pimada & Muhammad Afif Amrulloh, 2020).
Situasi pandemi tersebut selanjutnya memaksa seluruh pihak yang terlibat baik secara langsung atau tidak langsung dalam pembelajaran untuk dapat terbiasa dengan peralihan sistem-sistem pendidikan yang lebih mengarah pada perkembangan teknologi digital secara global (Budianto & Ratnasari, 2020).
Penggunaan teknologi berbasis digital telah banyak dirasakan manfaatnya. Digital memiliki peran yang amat penting dengan fungsi sebagai media pendidikan agar dapat berjalan dengan baik tanpa mengurangi makna dan pesan pendidikan yang terkandung di dalamnya terhadap peserta didik, meski mereka berada di tempat yang berbeda dan jarak yang jauh (Silalahi et al., 2022).
Namun, tidak sedikit kendala yang ditimbulkan dalam pelaksanaan kelancaran pembelajaran, dilihat dari segi pengajar, peserta didik, hingga orang tua dari peserta didik. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah ketersedian sarana prasarana yang kurang memadai bagi sebagian kelompok, seperti kendala perekonomian (Fauzan, 2020).
Contoh Fenomena Penelitian 3
Jepang dikategorikan sebagai negara maju dengan perekonomian yang selalu meningkat tajam setiap tahunnya. Jepang bahkan pernah menduduki posisi kedua setelah Amerika sebagai negara yang paling kuat ekonominya di dunia. Hal tersebut disebabkan oleh budaya masyarakat Jepang yang memiliki karakter pekerja keras dan sangat mementingkan jenjang karir.
Budaya kerja keras masyarakat Jepang menurunkan minat masyarakat Jepang untuk menikah dan memiliki keluarga di masa depan. Apalagi dengan pemikiran wanita modern saat ini di Jepang yang lebih mementingkan pendidikan dan karirnya daripada memiliki keluarga. Menurut Jane Adams dalam Katrina Gulliver (2012:4), modernisasi yang terjadi di Jepang telah mengubah kondisi dan status wanita di Jepang.
Dulu wanita Jepang tidak dibiarkan melakukan sesuatu atas kehendaknya sendiri, menjadi seorang istri dan melakukan pekerjaan rumah pada umumnya adalah hal yang lebih baik daripada menjadi seorang pembantu, buruh atau pekerja kasar lainnya. Namun, kini Jepang telah memberikan kebebasan untuk para wanita agar setara derajatnya dengan pria. Dan lagi, kini wanita di Jepang telah banyak membuat perubahan hingga banyak memunculkan tokoh penting wanita yang menginspirasi. Wanita yang lebih memilih berkarir inilah yang menjadi salah satu faktor menurunnya angka kelahiran di Jepang, dikarenakan wanita lebih memilih bekerja daripada mengurus keluarga apalagi mempunyai anak.
Dengan fenomena ini pemerintah Jepang pun sangat menekan warganya agar masalah penurunan tingkat kelahiran dapat ditanggulangi, namun banyak program dan strategi dari pemerintah yang masih belum mendapat hasil signifikan karena minimnya tanggapan positif dari masyarakat Jepang. Berbagai cara telah ditempuh oleh pemerintah Jepang dalam meningkatkan jumlah kelahiran dan minat untuk memiliki keturunan.
Dari beberapa contoh di atas, tentunya semakin memahami apa itu fenomena penelitian. Semakin paham, semakin mudah untuk praktek langsung dalam mencari dan menemukan fenomena yang layak diteliti. Jadi, silahkan dicoba.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.