Menulis Buku

Frasa: Ciri, Jenis, Contoh, Bedanya dengan Klausa

Ada banyak teknik bisa diterapkan untuk memberi sentuhan estetika atau keindahan pada kalimat, salah satunya dengan menyusun frasa atau kelompok kata. Kelompok kata jenis ini sangat unik karena memiliki makna tersendiri akan tetapi tidak bisa berdiri sendiri. 

Seperti yang diketahui, dalam bahasa Indonesia struktur dasar suatu kalimat adalah SPOK. Sehingga dalam kalimat tersebut ada subjek, objek, predikat, dan keterangan. Kalimat juga bisa hanya terdiri dari subjek, predikat, dan objek tanpa keterangan. 

Namun, yang menarik dalam bahasa Indonesia adalah ada susunan kata yang ketika dibuat bisa memiliki makna meskipun tidak memiliki subjek maupun objek. Inilah yang disebut kelompok kata tadi. Berikut penjelasan detailnya. 

Apa Itu Frasa?

Mengutip dari buku Buku Seri Penyuluhan Kalimat karya Sry Satriya Tjatur Wisnu Sasangka (2019), frasa adalah kelompok kata yang terdiri atas unsur inti dan unsur keterangan yang tidak melampaui batas fungsi sintaksis. 

Secara sederhana, kelompok kata terdiri dari minimal dua kata dan hanya memiliki peran satu unsur dalam kalimat tersebut. Misalnya dua kata ini hanya berfungsi sebagai subjek disusul dengan keterangan. Sehingga subjek menjadi inti, dan kata kedua menjadi unsur keterangan atau penjelas. 

Jika susunan dua kata atau lebih memiliki fungsi lebih dari satu unsur, maka tidak bisa disebut frasa. Misalnya kalimat tersebut terdiri dari subjek, objek, dan keterangan. Maka tidak bisa disebut sebagai frasa melainkan kalimat atau bisa juga menjadi klausa. 

Suatu kelompok kata yang tidak memiliki dua unsur sudah tentu tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga harus ada kata atau kelompok kata yang menyertainya. Misalnya frasa “meja hijau” yang meski hanya subjek dan penjelas, tetap punya makna, yakni “pengadilan”. 

Namun, kelompok kata ini tidak bisa berdiri sendiri untuk mendukung komunikasi. Pastilah ada kata dan kelompok kata lain yang disusun sebelum maupun setelahnya. Sehingga makna menjadi jelas dan mendukung terjadinya komunikasi dua arah. 

Jika masih bingung, karena di dalam bahasa Indonesia selain ada kalimat juga ada frasa dan disusul dengan klausa. Maka berikut adalah dua contoh untuk perbandingan: 

  • Contoh 1

angin

angin yang berhembus 

  • Contoh 2

Orang itu sangat ramah.

Orang yang sangat ramah itu tetangga ibuku

Pada contoh 1, susunan dua kata sampai tiga kata tidak memiliki semua unsur untuk bisa disebut kalimat. Sehingga termasuk ke dalam kategori frasa. Sementara pada contoh 2 terdapat unsur lengkap, yakni ada subjek, predikat, dan keterangan. Sehingga bukan frasa. 

Ciri-Ciri Frasa

Memahami apa itu frasa dan bagaimana menyusunnya sangat penting bagi seorang penulis. Sebab membantu menjelaskan suatu hal atau topik dengan cara lebih khas dan memiliki sentuhan estetika serta mengundang daya tarik bagi pembaca. 

Namun, agar bisa mendapatkan efek tersebut maka penyusunannya sudah harus baik dan benar. Maka penting untuk memahami ciri khas dari frasa tersebut. Ciri khas frasa ada 5, yaitu: 

1. Frasa Terdiri dari Minimal Dua Kata

Ciri pertama dari sebuah frasa adalah terdiri dari minimal dua kata. Hal ini sejalan dengan definisi frasa itu sendiri. Dimana tersusun dari dua kata, kata pertama adalah inti atau pusat sementara kata kedua adalah penjelas atau tambahan. 

Jadi, frasa bukan berbentuk kata tunggal melainkan gabungan kata yang terdiri dari minimal dua kata. Jika hendak menyusun frasa maka pastikan terdiri dari 2-3 kata tanpa ada predikat di dalamnya agar tidak berubah menjadi klausa maupun kalimat. 

2. Punya Fungsi Gramatikal dalam Kalimat

Ciri khas frasa yang kedua adalah memiliki fungsi gramatikal. Fungsi gramatikal sendiri adalah makna suatu kata yang berubah-ubah karena mengalami proses pengimbuhan, pengulangan, pemajemukan yang disesuaikan menurut tanda bahasa. Perubahan ini terjadi karena perlu mengikuti konteksnya. 

3. Punya Satu Makna Gramatikal

Ciri khas ketiga adalah memiliki satu makna gramatikal. Ketika dua kata disusun maka makna jelas dan tidak ambigu. Sehingga mudah dipahami oleh siapa saja. Sekalipun tidak ada predikat dari susunan kata tersebut. 

4. Bersifat Nonpredikatif

Ciri keempat dari frasa adalah bersifat nonpredikatif. Artinya, frasa tidak bisa tersusun dar kata yang menjadi unsur predikat. Sebab frasa memang hanya terdiri dari unsur inti dan unsur tambahan. 

Bisa berupa subjek atau objek dengan unsur tambahan, tanpa ada predikat di dalamnya. Jika berubah menjadi predikat maka kelompok kata tidak bisa disebut frasa, melainkan masuk klausa atau mungkin kalimat. 

5. Menduduki Satu Fungsi dalam Kalimat

Ciri yang terakhir adalah frasa menduduki satu fungsi dalam kalimat. Artinya, ketika frasa ini masuk ke dalam kalimat yang utuh maka bisa berubah fungsi menjadi unsur subjek, objek, maupun predikat. 

Namun ketika berdiri sendiri tanpa tambahan kata dan kelompok kata lain, maka tidak bisa menjadi predikat. Inilah alasan kenapa frasa tidak bisa berdiri sendiri ketika digunakan untuk kebutuhan komunikasi. Perlu ditambahkan unsur lain agar menjadi kalimat dengan konteks yang lebih jelas.   

Jenis-Jenis Frasa

Frasa diketahui memiliki jenis yang cukup beragam, akan tetapi jika dilihat dari urutan komponen pembentuknya, frasa terbagi menjadi dua jenis, yakni frasa endosentris dan frasa eksosentris. Begini penjelasannya:

1. Frasa Endosentris

Frasa endosentris adalah frasa yang memiliki kedudukan sejajar dan salah satu unsur pembentuknya dapat mengganti unsur yang lain.

Ciri khas dari frasa jenis endosentris adalah dari pola susunannya, yakni diterangkan-menerangkan (D-M) atau menerangkan-diterangkan (M-D).

Sehingga satu unsur berfungsi sebagai unsur yang diterangkan, unsur lainnya adalah yang menerangkan. Kemudian bisa dibalik dan maknanya tetap sama. 

Contohnya adalah dari frasa “sejumlah murid di kelas” maka bisa diganti menjadi “murid di kelas”. Namun, susunan ini tidak bisa diubah menjadi “sejumlah di kelas”. Sebab kata “murid” adalah unsur inti dan lainnya adalah keterangan atau penjelas. 

Jenis frasa endosentris terbagi lagi menjadi tiga jenis dengan ciri khas masing-masing. Berikut penjelasannya: 

a. Frasa Endosentris Koordinatif

Jenis frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang susunannya menggunakan tanda hubung. Misalnya menggunakan kata dan untuk menyusun frasa tersebut agar punya unsur inti dan penjelas. Contohnya: pendidikan dan pelatihan 

Dalam contoh tersebut adalah contoh frasa, karena memang tidak memiliki subjek maupun objek dalam satu kelompok kata. Selain itu ada dua kata tersebut dihubungkan dengan kata hubung dan

b. Frasa Endosentris Atributif

Jenis frasa endosentris atributif adalah frasa yang susunannya terdiri dari unsur inti dan unsur atribut. Unsur dikatakan atribut ketika menjelaskan keterangan tambahan sebagai penjelas. Contohnya: meja baru

c. Frasa Endosentris Apositif

Jenis terakhir adalah frasa endosentris apositif, yaitu jenis frasa yang susunannya terdiri dari unsur pusat. Sehingga dua kata atau tiga kata merujuk pada unsur pusat tanpa unsur penjelas. Contohnya: guru biologi 

Dalam contoh tersebut, kata guru merupakan unsur pusat atau inti. Sedangkan kata biologi juga unsur pusat. Jika hanya menyebut kata guru tanpa unsur inti tambahan, maka tidak bisa menjadi frasa. 

2. Frasa Eksosentris

Frasa eksosentris adalah frasa yang unsurnya tidak sejajar, artinya pada frasa ini tidak ada unsur yang menjadi pusat atau inti. Ciri khas dari frasa jenis ini adalah terdapat preposisi atau kata depan yang memisahkan dua kata di dalamnya. 

Preposisi sendiri diketahui merupakan kata yang membuat kata atau frasa yang mengikutinya menduduki fungsi keterangan. Sehingga, penambahannya akan membuat satu kata dalam frasa berubah menjadi unsur keterangan. 

Contoh jenis preposisi yang umum digunakan dalam penyusunan frasa adalah kata di, ke, dari, dan lain sebagainya. Misalnya pada frasa “dari Surabaya”, “di kantin sekolah”, dan sebagainya. 

Perbedaan Kata, Frasa dan Klausa

Lalu, apa yang menjadi pembeda antara kata dengan frasa dan klausa? Ketiganya adalah bagian dari suatu karya tulis atau kalimat. Namun masih banyak yang bingung untuk memahami keduanya. 

Kata adalah satuan-satuan terkecil yang diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagian-bagiannya, dan mengandung sebuah ide (Keraf, 1991: 44). Sehingga sifatnya tunggal, hanya ada satu unsur bahasa di dalamnya. 

Misalnya saya, meja, kursi, dan sebagainya yang memang memiliki makna. Namun ketika digunakan untuk kebutuhan komunikasi maka harus diikuti kata lainnya. Sehingga kata tidak bisa berdiri sendiri. 

Sementara frasa adalah gabungan dari dua kata atau lebih yang terdiri atas unsur inti dan unsur keterangan. Sehingga dua kata yang disatukan bisa membentuk frasa. Namun, ketika hanya ada satu kata, maka disebut dengan kata, bukan frasa. 

Frasa juga memiliki makna, akan tetapi tidak bisa berdiri sendiri. Sehingga ada kata atau kelompok kata lain yang menyertainya agar berkembang menjadi klausa atau kalimat utuh. Dimana ada unsur SPOK seperti yang dijelaskan sebelumnya. 

Lalu, apa itu klausa? Klausa adalah kombinasi kata-kata mengandung subjek dan kata kerja. Frasa tidak memiliki dua unsur sekaligus ketika dua kata digabungkan. Sehingga frasa memiliki unsur penyusun lebih terbatas dibanding klausa. 

Ketika suatu kelompok kata memiliki subjek dan predikat, tanpa keterangan. Maka kelompok kata tersebut bisa disebut sebagai klausa. Melalui penjelasan ini maka bisa dipahami bahwa ketiganya adalah urutan dari penggunaan kosakata. 

Kata terdiri dari satu unsur bahasa atau bersifat tunggal, ketika ditambah kata lain dengan fungsi menjadi unsur inti dan penjelas maka berubah menjadi frasa. Ketika frasa dikembangkan dengan tambahan subjek maupun keterangan, maka berubah menjadi klausa. 

Untuk bisa membedakan antara kata dan frasa, pelajari beragam jenis kata berikut:

Contoh Frasa

Membantu lebih memahami lagi apa itu frasa dan perbedaannya dengan kata maupun klausa yang sudah dijelaskan. Maka berikut adalah beberapa contoh frasa yang bisa dipelajari: 

  • Angin berhembus
  • Roda berputar
  • Bunga mekar
  • Baju lima potong
  • Mobil dua unit
  • Pisang goreng satu
  • Sangat sabar
  • Sangat cantik
  • Sangat menarik
  • Renyah dan garing
  • Sepatu baru
  • Guru fisika
  • Pendidikan tinggi

Melalui penjelasan di atas, maka tentunya bisa lebih memahami lagi apa itu frasa dan bagaimana menyusunnya. Jika Anda seorang penulis, penguasaan mengenai frasa membantu mengoptimalkan karya tulis. Baik untuk memperjelas makna maupun memberi sentuhan estetika. 

Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan isi artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat! 

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Halaman Prancis Buku: Isi, Contoh, Bedanya dengan Halaman Judul

Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…

3 hari ago

18 Tools Pendeteksi AI untuk Karya Tulis dan Gambar

Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…

3 hari ago

Panduan Menulis Draft Buku, Bisa Tingkatkan Produktivitas!

Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…

4 hari ago

7 Hal yang Harus Diperhatikan saat Melakukan Self Editing

Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…

4 hari ago

25 Pilihan Platform AI untuk Parafrase

Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…

4 hari ago

15 Pilihan AI untuk Membuat Mind Mapping

Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…

4 hari ago