Kegiatan penelitian diketahui memiliki banyak teknik, salah satunya adalah teknik grounded theory. Teknik penelitian ini lebih sering digunakan untuk penelitian di bidang ilmu sosial. Sebab sering digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.
Bagi peneliti pemula yang kemungkinan akan menerapkan teknik ini. Maka sudah sepatutnya mempelajari definisi, langkah-langkah pelaksanaan, dan hal penting lainnya. Sehingga hasil penelitian tersebut mampu memberikan teori baru yang baik dan tepat.
Dikutip melalui Media Neliti, menurut Adebayo (2004), grounded theory adalah desain penelitian kualitatif yang memungkinkan peneliti untuk membentuk konstruk dan membangun teori dari data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dan bukan dari teori yang sudah ada.
Secara sederhana, penelitian grounded theory adalah metode dalam kegiatan penelitian yang didasarkan pada data dan kemudian ditujukan untuk membuat teori baru. Sehingga penelitian dengan teknik ini sering disebut penelitian teoritisasi.
Dimana penelitian yang dilakukan pada akhirnya akan menghasilkan suatu teori. Baik teori baru maupun pengembangan teori yang sudah ada sebelumnya. Sehingga teknik penelitian ini lebih umum digunakan untuk penelitian di bidang ilmu sosial.
Dimana tujuan utamanya adalah menjelaskan suatu fenomena. Sehingga peneliti bisa mengetahui apa penyebab fenomena tersebut dan bagaimana dampak yang ditimbulkan. Penelitian ini kemudian tidak membutuhkan hipotesis. Sebab dasar utamanya adalah data di lapangan.
Data ini dikutip dari kompasiana.com bisa didapatkan peneliti dari proses pengamatan langsung di lapangan, wawancara dengan narasumber, hasil kuesioner, analisis dokumen, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Data-data ini kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk ditarik kesimpulan yang menjadi teori baru. Oleh sebab itu, untuk pelaksanaan penelitian kualitatif yang bertujuan menjelaskan suatu fenomena. Maka teknik penelitian ini bisa dijadikan pilihan.
Pelajari jenis-jenis penelitian berikut sebelum penelitian di lapangan Anda:
Dikutip melalui website Populix, dijelaskan bahwa penelitian grounded theory memiliki beberapa jenis. Secara garis besar terbagi menjadi dua jenis, yakni classic grounded theory dan juga constructivist grounded theory. Berikut penjelasannya:
Classic grounded theory adalah pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menghasilkan teori yang didasarkan pada data, tanpa dipengaruhi oleh teori atau praduga yang sudah ada.
Teknik ini dikembangkan oleh dua sosiolog, yakni Barney Glaser dan Anselm Strauss dan terus digunakan sampai sekarang. Dalam teknik ini, peneliti akan fokus pada data yang didapatkan dan mengabaikan penilaian personal partisipan.
Data yang didapatkan kemudian digunakan peneliti untuk menarik kesimpulan yang menjelaskan suatu fenomena. Sehingga fokus utama dari teknik ini adalah menghasilkan teori baru tanpa dipengaruhi penilaian subjektif partisipan.
Jenis kedua adalah constructivist grounded theory, yaitu metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk membuat teori baru melalui analisis data yang dikumpulkan dari partisipan. Teknik ini didasarkan pada didasarkan pada karya Charmaz.
Data yang didapatkan adalah data murni dari yang diberikan semua partisipan. Sehingga penilaian subjektif mereka akan menjadi data yang dianggap penting dalam proses penarikan kesimpulan.
Fokus utama dari teknik ini adalah pendapat subjektif berdasarkan pengalaman partisipan. Sehingga bisa mendapatkan data sesuai penilaian tersebut dan menghasilkan teori baru yang menjelaskan suatu fenomena.
Baca selengkapnya : Fenomena Penelitian, Cara Menemukan & Menuliskan
Dikutip melalui website OJS Universitas Udayana (UNUD), tahapan dalam penelitian grounded theory ada 5. Dimulai dari perumusan masalah, penggunaan kajian teoritis, pengumpulan data, analisis data, dan tahap penarikan kesimpulan. Berikut penjelasannya:
Tahap pertama dalam penelitian grounded theory adalah perumusan masalah atau merumuskan masalah. Rumusan masalah sendiri adalah pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data dan penelitian.
Peneliti memiliki kebebasan dalam mengumpulkan data awal untuk membantu merumuskan masalah. Atau menyusun daftar pertanyaan yang didapatkan dari fenomena yang diamati untuk dijawab dalam penelitian yang akan dilakukan.
Jadi, perumusan masalah diawali dengan melihat fenomena yang menjadi topik penelitian di lapangan. Baru kemudian rumusan masalah disusun yang menjadi tahap paling awal dari penelitian jenis ini. Rumusan masalah dalam teknik ini punya beberapa ciri khas, yaitu:
Tahap yang kedua adalah penggunaan kajian teoritis. Kajian teoritis menjadi proses mencari teori untuk mendapatkan informasi dan data terkait fenomena yang diamati. Sebab ketika terjun di lapangan, peneliti tidak memahami apapun tentang fenomena yang diamati.
Setelah merumuskan masalah, maka peneliti akan melakukan kajian teoritis dengan mencari teori-teori yang relevan. Ada kalanya dalam proses ini tidak ditemukan teori yang benar-benar relevan. Sehingga peneliti harus jeli memilih teori yang paling mendekati.
Jika kemudian didapatkan teori yang relevan tapi tidak sepenuhnya. Maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menyempurnakan teori tersebut. Sehingga didapatkan teori baru yang memberi informasi lebih relevan lagi.
Tahap ketiga dalam penelitian grounded theory adalah pengumpulan data dan penyampelan. Yakni tahap dimana peneliti akan mulai mengumpulkan data yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti.
Secara umum, penelitian dengan teknik ini menggunakan dua metode dalam pengumpulan data. Yakni dengan metode observasi atau pengamatan langsung di lapangan dan yang kedua adalah metode wawancara secara mendalam.
Namun, selain mengandalkan data dari dua metode tersebut. Peneliti juga bisa mengandalkan data dari sumber lain. Misalnya dari proses analisis laporan dari suatu lembaga atau badan dan organisasi.
Tahap keempat adalah proses analisis data. Data yang didapatkan tentu saja bersifat kualitatif atau data bukan angka. Sehingga dalam proses analisis dilakukan beberapa tahapan.
Dimulai dari pengkodean data, kemudian proses axial coding, dan disusul selective coding. Jadi, semua data yang didapatkan diberi kode atau disebut pengkodean dan kemudian dikelompokan berdasarkan beberapa kategori sesuai kebutuhan.
Data yang sudah dikode dan dikelompokan kemudian dilakukan axial coding dengan mencari hubungan antara satu kategori dengan kategori dari hasil pengelompokan data. Tahap akhir dalam analisis adalah selective coding, dimana peneliti merumuskan teori baru setelah memahami hubungan setiap kategori data.
Tahap terakhir dari penelitian grounded theory tentu saja adalah penarikan kesimpulan. Seperti penjelasan sebelumnya, penelitian dengan teknik ini bertujuan untuk menghasilkan teori baru.
Terdapat beberapa karakteristik khas dari hasil penarikan kesimpulan dalam penelitian jenis ini. Yaitu:
Sehingga kesimpulan dalam penelitian ini adalah penjelasan mengenai penyebab suatu fenomena, kemudian respon terkait fenomena tersebut, dan ditutup dengan dampak atau akibat dari fenomena tersebut.
Pakai bantuan AI jika perlu melalui Tools untuk Membuat Kesimpulan Otomatis Gratis
Selain teknik grounded theory masih ada beberapa teknik penelitian lain yang bertujuan menghasilkan teori baru. Namun, masing-masing tentu memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Jika dilihat dari sisi kelebihan, dikutip melalui ebizmark.id berikut kelebihan grounded theory:
Kelebihan yang pertama dari teknik penelitian ini adalah kemampuannya dalam menjelaskan fenomena dengan akurat. Hal ini terjadi karena fokus utama penelitian ini adalah pada data yang berhasil didapatkan.
Sehingga peneliti tidak mendapat pengaruh dari teori yang sudah ada yang bisa menimbulkan subjektivitas. Data yang nyata didapatkan dari lapangan secara otomatis akan menggambarkan fenomena itu sendiri.
Hasil observasi yang dipadukan dengan wawancara mendalam kepada ahli di bidangnya. Membantu memahami secara kepakaran mengenai apa fenomena tersebut, penyebab yang mungkin, dan dampak yang mungkin terjadi.
Sesuai definisi dari penelitian grounded theory yang disampaikan di awal. Penelitian satu ini berfokus untuk menghasilkan teori baru. Sehingga salah satu kelebihannya adalah menghasilkan temuan baru. Yakni dalam bentuk teori.
Temuan baru ini menjadikan penelitian yang dilakukan otomatis memiliki novelty. Sekaligus bebas dari kemungkinan sebagai bentuk tindakan plagiarisme. Selain itu, temuan baru ini tentu saja akan mempengaruhi perkembangan iptek secara langsung.
Kelebihan ketiga dari penelitian model ini adalah menawarkan proses analisis yang strategis dan terstruktur. Analisis data bertujuan untuk mendapat informasi yang menjelaskan suatu fenomena secara mendalam.
Sehingga analisis strategis diterapkan untuk mendapatkan hasil analisis data yang akurat lewat proses yang panjang dan melalui perencanaan jangka panjang. Disebut terstruktur karena tahapan dalam analisis jelas dan rapi seperti penjelasan sebelumnya.
Kelebihan lain yang diberikan penelitian model ini adalah data dan proses analisis bisa berjalan beriringan. Pasalnya, pada saat peneliti mengumpulkan dan mendapatkan data. Maka berjalan pula proses analisis.
Teknik grounded theory membantu peneliti meminimalkan bias dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena peneliti akan fokus pada data yang berhasil didapatkan. Baik dari observasi maupun wawancara mendalam.
Sehingga tidak ada data yang salah karena didapatkan dengan teliti. Kemudian prosesnya akan fokus pada analisis data vaid tersebut. Sehingga memperbesar peluang mendapatkan data valid dengan resiko bias yang sangat minim. Bahkan tidak ada bias.
Sementara jika dilihat dari sisi kekurangan atau kelemahan, berikut adalah beberapa poinnya:
Meskipun data dalam penelitian jenis ini didapatkan dari observasi dan wawancara mendalam. Namun prakteknya, data yang didapatkan bisa tergantikan oleh data yang lebih baru atau bahkan sebaliknya.
Sebab, setelah proses penarikan kesimpulan pada dasarnya peneliti merumuskan teori baru yang bersifat sementara. Kemudian diuji lagi dengan data baru di lapangan. Sehingga proses mendapatkan data bisa sulit, yakni data yang benar-benar menjelaskan fenomena yang diteliti.
Kelemahan kedua dari penelitian grounded theory adalah membutuhkan durasi yang panjang. Dimulai dari proses pengumpulan data yang harus dilakukan dengan teliti dan melakukan perbandingan dengan data lain yang mendukung.
Disusul dengan proses analisis yang memakan waktu lebih karena dibuat dengan teknik strategis dan terstruktur yangs udah dijelaskan. Sehingga penelitian jenis ini tidak untuk penelitian mono tahun.
Analisis data dalam penelitian jenis ini bisa menjadi menantang bagi peneliti. Sebab data yang didapatkan usai dianalisis kemudian dibandingkan kembali dengan data baru. Sehingga analisis data yang dilakukan dengan tahapan terstruktur dan strategis menjadi penuh tantangan.
Membantu lebih memahami lagi apa itu penelitian dengan metode atau teknik grounded theory. Maka berikut adalah contoh penelitian dengan metode ini:
Judul: Peningkatan Kemampuan Berbahasa Inggris Pengendara “Gojek” Melalui Kamus Bahasa Inggris pada Aplikasi Android
Pendahuluan:
Peningkatan ekonomi merupakan target semua pihak. Salah satu yang dianggap sektor penting adalah pariwisata. Pariwisata memerlukan sarana dan prasarana yang khas sektor pariwisata. Salah satu faktor adalah kebutuhan pemandu wisata. Diteliti kemungkinan pengemudi Gojek merangkap sebagai pemandu wisata. Permasalahan adalah rendahnya kemampuan berkomunikasi dengan para wisatawan. Dengan metode Grounded Theory diteliti kemungkinan formula strategi penguasaan bahasa asing bagi masyarakat Indonesia.
Metode Penelitian:
Penelitian ini memakai Strategi Penelitian Kualitatif karena masalah masih belum jelas dan belum spesifik. Masalah pada penelitian kualitatif masih remang-remang, bahkan gelap, kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, “masalah” dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti, setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono, 2010).
Dalam penelitian kualitatif dicoba mempraktekkan Grounded Theory yang merupakan metodologi pembentukan atau konstruksi teori melalui proses pengumpulan dan analisis data secara metodik. Grounded Theory mengawali proses konstruksi teori dari data (Glaser & Strauss, 1967).
Grounded theory memiliki poin akhir berupa penemuan teori melalui pemikiran original yang didasarkan pada informasi para partisipan (Straus & Corbin, 1998). Definisi-definisi yang dipakai dari Weinreich (1953) mengenai individu yang menggunakan dua bahasa secara bergantian. Biaya peralihan bahasa (language switching cost) mengambil dari De Groot (2011).
Analisis Data:
Kesimpulan:
Harus disusun strategi penguasaan bahasa asing dengan hati-hati. Strategi yang menghasilkan eksklusivisme jangka pendek, akan merugikan inklusivisme jangka panjang bahasa tersebut (kasus bahasa belanda, dll).
Itulah beberapa contoh penelitian dengan metode grounded theory yang tentu bisa diterapkan untuk tujuan memahami suatu fenomena. Sekaligus bertujuan menemukan teori baru.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 16 Desember 2024 — Webinar bertajuk "Transformasi AI di Dunia Akademik, Pemanfaatan AI bagi…
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…