“Menulis buku tidak harus dimulai dari mengumpulkan materi. Menyusun karya ilmiah menjadi buku pun bisa menjadi salah satu alternatif untuk memiliki hasil karya yang diterbitkan”.
Banyak orang yang berpendapat bahwa menulis buku merupakan hal yang sulit. Belum lagi, mereka akan lebih sulit jika tidak benar-benar ahli dalam dunia penulisan. Jika mereka tidak ahli menulis, tentu mereka akan kalah bersaing dengan para penulis hebat lainnya yang karyanya banyak diterbitkan. Namun, seiring berkembangnya waktu, teknologi, dan dunia penerbitan, menulis buku bukan lagi hal yang sulit. Siapapun bisa menulis buku dan menerbitkannya karena telah banyak penerbit buku yang memberikan peluang bagi para penulis baru.
Dalam menulis buku, penulis pasti membayangkan serangkaian proses menyulitkan pada awalnya. Ia harus mengumpulkan banyak materi untuk mengisi bukunya sehingga layak diterbitkan. Belum lagi, ia harus menyusun isi dan desain buku agar menarik dan diminati banyak pembaca. Berbagai bayangan tersebut bisa diatasi dengan melakukan langkah-langkah alternatif.
Salah satu langkah alternatif yang bisa dilakukan adalah menyusun hasil penelitian atau karya ilmiah menjadi buku. Peneliti atau akademisi bisa menjadi penulis dan menulis buku sendiri hanya dengan berbekal hasil karya ilmiah. Mereka bisa mengembangkan hasil penelitiannya ini dalam bentuk buku.
Menulis buku dengan berbekal materi hasil penelitian mulai banyak dilakukan. Para peneliti maupun akademisi bisa memanfaatkan peluang ini sebagai “batu loncatan” untuk mengabadikan hasil karyanya. Mereka bisa mendokumentasikan hasil risetnya agar bisa dibaca oleh lebih banyak orang dan lebih bermanfaat. Dengan cara ini, mereka juga dapat berbagi ilmu dan menunjukkan bahwa diri mereka peka terhadap fenomena yang terjadi di sekitar mereka.
Untuk melakukan hal tersebut, peneliti atau akademisi yang akan menjadi penulis bisa menerapkan beberapa tips jitu. Agar si penulis bisa menerbitkan karya ilmiahnya menjadi buku, awalnya ia perlu memahami berbagai hal terkait riset dan hasil risetnya. Si penulis perlu memahami tiap-tiap detail hasil penelitiannya agar ia mampu menyampaikan pengetahuan atau wawasan baru secara benar kepada banyak orang. Ia perlu memberikan sentuhan pada karyanya sehingga layak untuk diterbitkan menjadi buku. Dalam hal ini, ia bisa mengolah hasil riset menjadi isi buku yang menarik tetapi memenuhi kaidah penulisan dan tata bahasa.
Tidak hanya itu, ia perlu menyajikan bukunya dengan baik. Syarat utamanya adalah to the point alias tidak bertele-tele dalam memaparkan isi buku. ia juga perlu menuliskan gagasan-gagasan yang bisa menarik pembaca ke dalam tulisan yang memikat. Dengan begitu, pembaca akan menyukai bahkan menjadikan buku yang ditulis sebagai acuan. Agar terlihat berbeda, penulis perlu melakukan inovasi. Ia tidak boleh menyajikan isi buku dengan cara kaku seperti halnya bahasa karya ilmiah pada umumnya.
Hasil penelitian yang dijadikan sebagai buku ilmiah dapat ditulis dengan gaya penulisan berbeda. Tidak perlu lepas dari kaidah dan ketentuan penulisan, si penulis bisa menggunakan kata-kata yang tidak mainstream. Akan lebih baik jika penulis tidak melulu memulai dari kalimat definitif atau menjelaskan tentang asal-usul. Ia bisa menyajikan suatu gambaran atau fenomena yang sedang banyak diperbincangkan dan menghubungkannya dengan alasan pemilihan tema.
Selanjutnya, penulis harus benar-benar pas dalam membuat batasan isi buku. Ia tidak boleh terlalu melebar dalam memberikan pemaparan, juga tidak boleh terlalu sempit. Ia bisa memaparkan berbagai hal secara proporsional tanpa terlepas dari fokus dan menyajikan berbagai bahan atau fenomena terbaru.
Untuk melengkapi beberapa tips tersebut, penulis juga perlu bekerja lebih keras. Mereka yang sudah pandai dalam hal tulis-menulis bisa memperbarui keterampilan menulisnya setiap waktu agar tulisannya semakin berkualitas. Sementara itu, mereka yang belum pandai menulis bisa belajar dan berlatih. Tanpa berlatih, menulis buku yang berkualitas tidak dapat tercapai. Mereka akan menghasilkan buku ilmiah yang ala kadarnya. Dengan kata lain hanya memiliki substansi tetapi tidak memberikan manfaat bagi pembacanya.
Di samping itu, para penulis juga harus banyak membaca buku. Selain menemukan informasi terkait penelitiannya, penulis juga dapat mempelajari struktur buku ilmiah yang sudah ada. Kemudian penulis juga bisa belajar dari buku tersebut mengenai cara-cara menyajikan suatu hasil penelitian dalam bentuk buku.
Jadi, jika Anda adalah penulis dan ingin menulis buku sendiri, Anda bisa memanfaatkan hasil penelitian atau karya ilmiah dengan menyusunnya kembali. Anda bisa belajar mengenai tata cara menulis buku yang baik dan benar agar buku Anda sesuai dengan kaidah penulisan dan tata bahasa. Sebaiknya gunakan juga bahasa yang mudah dipahami. Bahasa yang kaku dalam sebuah karya ilmiah tidak akan menjadi menarik untuk dibaca sekalipun sudah dalam bentuk buku.
Selanjutnya, Anda yang telah menyusun karya ilmiah dapat mengombinasikan upaya Anda dengan beberapa tips jitu di atas. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah menyusun karya ilmiah menjadi buku ilmiah. Jangan lupa juga untuk meminta penilaian orang lain yang juga ahli dalam bidang yang sama terkait kelayakan isi buku Anda. [Wiwik Fitri Wulandari]
Referensi:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…