Anda sudah menulis buku? Menurut Anda, buku yang ditulis tidak kalah bagus dengan tulisan yang sudah diterbitkan penerbit buku. Tapi kenapa naskah ditolak penerbit buku?
Barangkali penerbit buku menolak naskah yang Anda tawarkan karena proposal yang Anda buat kurang menarik, tidak menyentil editor dan sejenisnya. Membuat proposal buku ke penerbit memang butuh ketrampilan presentasi dalam bentuk tulisan.
Presentasi sangat penting. Presentasi bisa dibilang menampilkan tampilan paling menarik dari isi buku sebagai wajah buku. Presentasi menulis proposal naskah keren, isi biasa-biasa saja, lebih berpeluang lolos. Itu sebabnya banyak buku-buku yang judulnya keren, setelah membaca, pembaca merasa tertipu oleh ekspektasi pembeli yang di pancing dengan judul yang menarik.
Presentasi memudahkan editor untuk menyeleksi naskah yang masuk. Rahasia umum, bagi penerbit mayor ternama sudah barang tentu mendapatkan kiriman naskah yang banyak. Banyaknya naskah masuk memaksa seorang editor mengoreksi naskah yang masuk dengan kerja cerdas. Ketika tampilan proposal naskah di awal kurang menarik, segera disingkirkan. Padahal, tidak menutup kemungkinan proposal yang jelek bukan berarti isi buku jelek. Dari sudut pandang yang lain, pihak editor tidak banyak waktu untuk menelaah sedemikian detail naskah yang masuk.
Penerbit buku hanya akan melihat isi naskah secara mendetail ketika proposal naskah lolos seleksi awal. Ketika lolos, dan di ACC, barulah seleksi naskah keseluruhan. Mulai dari tanda baca, konten isi dan alur. Lalu, apa itu presentasi? Dan sebenarnya sesulit apa presentasi secara tertulis? Berikut beberapa poin pentingnya.
Presentasi Semudah Kita Bercerita
Seorang penulis tidak hanya terampil menulis saja. Melainkan juga trampil dalam presentasi. Jangan bayangkan presentasi sebagai monster yang mengerikan. Jangan bayangkan presentasi sesuatu yang sulit, merepotkan dan buang-buang waktu. Jangan beranggapan presentasi itu identik dengan kecakapan dalam berbicara. Presentasi yang saya maksudkan di sini adalah presentasi lewat tulisan.
Presentasi lewat tulisan yang dituliskan ke dalam proposal naskah berbeda dengan menulis naskah. Butuh ketrampilan memadupadankan diksi secara tepat, singkat dan atraktif. Presentasi singkat mengajukan naskah ke penerbit biasannya hanya selembar atau dua lembar saja. meskipun hanya 1-2 lembar, isinya sudah melingkupi seluruh dari buku yang Anda tulis.
Sulitkah membuat presentasi secara tulis hanya dengan satu lembar kertas saja?
Bagi sebagian orang, menulis cerpen dan menulis teenlit dan novel jauh lebih mudah menulis selain cerpen. Ada yang beranggapan bahwa menulis cerpen sulit karena dibatasi halaman. Batas minimum halaman yang singkat mampu menampung sebuah cerita yang melingkupi pengenalan, konflik dan penyelesaian. Perlu kepandaian dalam memainkan plot dan jalan cerita sedemikian rupa. Berbeda ketika menulis Novel dan teenlit, penulis bisa sedikit leluasa memainkan panjang pendeknya alur dan jalan cerita. Disitulah penulis bebas menuangkan ide-ide dengan panjang lebar. Dengan kata lain, menulis secara ringkas lebih sulit, dibandingkan menulis yang dijabarkan.
Mempresentasikan tulisan ke penerbit buku memiliki tingkat kesulitan yang mirip dengan menulis cerpen. Dibutuhkan yang namannya ketepatan memilih diksi dan pengabungan kalimat yang efektif. Editor pada umumnya lebih tertarik dengan penulisan singkat, padat, jelas, menarik, komunikatif dan atraktif. Mempresentasikan naskah dalam bentuk proposal, jika boleh saya bilang seperti sinopsis, yang berisikan keseluruhan isi cerita. Bedanya, saat kita mempresentasikan naskah di dalam proposal naskah tertulis perinciannya. Mulai dari latarbelakang ide, segmentasi pasar, inti dari naskah, dan selling point yang ingin ditonjolkan dalam buku apa saja.
Benarkah Presentasi Itu Sulit?
tidak terbiasa presentasi memang menghambat dalam menyampaikannya. Bukan berarti menyerah begitu saja. Dalam kehidupan sehari-hari, saya dan Anda berkomunikasi, bercerita dan bersosial dengan cara presentasi. Dengan kata lain, tanpa kita sadari, dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa mempresentasikan hal-hal kecil yang kita dengar, lihat dan kita rasakan. Masih tidak percaya jika Anda handal berpresentasi? Coba amati, ketika pulang dari kantor, Anda menceritakan teman kantor yang meninggal ketika berangkat ke kantor. Dengan dramatisnya Anda menceritakan cerita yang Anda dengar dari rekan kerja yang kebetulan melihat kecelakaan tersebut. Istri Anda yang mendengarkan pun merasa kasihan, sedih dan ngeri. Dari apa yang Anda ceritakan begitu dramatis inilah yang membuat istri Anda tergangga.
begitupun ketika kita presentasi menulis. Kita sedemikian menarik menuliskannya. Kita berusaha untuk membuat Editor juga terkesima dan terpukau. Jika masih terlalu sulit, tidak ada salahnya mengganggap editor sebagai Istri/suami yang tergangga mendengarkan presentasi kita.
Apa Inti Presentasikan Ke Penerbit Buku?
Kunci dari mempresentasikan lewat proposal naskah ke penerbit seperti proses jual beli. Ketika Anda beli sembakau, ada interaksi antara penjual dan pembeli secara lisan. Berlaku demikian ketika Anda menawarkan naskah kepada penerbit. Lalu sejak kapan presentasi secara tertulis ada? Memang, umumnya presentasi dilakukan secara lisan. Seiring perkembangan waktu, terpisahkan jarak antara penulis dan penerbit puluhan bahkan ratusan kilometer, maka munculah istilah presentasi secara tertulis.
Inti dari presentasi adalah mempengaruhi pihak lawan. Mempengaruhi si editor, berharap tertarik, melirik dan meng-ACC- naskah untuk diterbitkan. Saat melakukan presentasi, secara tidak langsung mempengaruhi penerbit agar tertarik. Tentu saja mempengaruhi secara alamiah, bukan mempengaruhi dengan paksaan. Sejatinya, presentasi tertulis yang sukses adalah tulisan yang disampaikan secara komunikatif, seolah-olah mengajak Editor merasakan langsung dan memahami betul apa yang tengah dibacanya.
Dari uraian paragraf di atas, inti dari presentasi adalah dialog, persuasi. Ketika kita enak menyampaikan dengan bahasa komunikatif, maka penerbit buku akan enak menangkap apa yang kita sampaikan. Semakin pihak penerbit enak menangkap, semakin mudah pula pihak penerbit untuk memetakan potensi pasar, segmentasi pembaca sampai keuntungan kedua belah pihak. Ketika semua itu berpeluang dari ledua belah pihak, maka akan lanjut ke tahap penerimaan naskah.
Â
Referensi :
Hakim, Budiman. 2015. Saya Pengen Jago Presentasi. Yogyakarta : Galangpress.
[Elisa]