Daftar Isi
Pada saat menyusun suatu karya tulis tertentu, kadang di dalamnya terkandung kalimat asumsi. Misalnya, menjelaskan metode penelitian pada proposal penelitian yang diajukan dalam program hibah.
Contoh lain, ketika menyusun artikel opini atau editorial yang dimuat di suatu surat kabar. Maka biasanya akan ada kalimat-kalimat yang menjelaskan asumsi dari penulisnya. Asumsi juga bisa disampaikan dalam komunikasi lisan.
Kalimat berisi asumsi kemudian bisa diterapkan dalam komunikasi lisan dan tulisan, termasuk dalam sejumlah karya tulis. Lalu, apa sebenarnya kalimat berisi asumsi? Berikut informasinya.
Apa Itu Kalimat Asumsi?
Kalimat asumsi pada dasarnya terdiri dari dua kosakata. Yakni kata kalimat dan disusul kata asumsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), asumsi memiliki dua definisi. Pertama, adalah dugaan yang diterima sebagai dasar. Sementara definisi kedua adalah landasan berpikir karena dianggap benar.
Dikutip melalui Detik.com, asumsi adalah suatu dugaan sementara yang dianggap sebagai kebenaran oleh si pembuat asumsi, dan membutuhkan pembuktian agar dugaan tersebut menjadi kebenaran yang mutlak.
Sehingga, kalimat asumsi adalah kalimat yang mengandung dugaan atau anggapan yang belum tentu benar dan biasanya belum didukung oleh bukti konkret. Sebab di dalam kalimat tersebut terdapat asumsi. Dimana asumsi adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan agar menjadi kebenaran mutlak.
Dikutip melalui Kumparan.com, asumsi dalam kegiatan komunikasi menjadi hal penting untuk digunakan. Salah satunya, membantu menyederhanakan proses berpikir. Sehingga mencegah adanya tekanan pikiran karena memikirkan hal-hal yang tidak perlu dipikirkan.
Misalnya, pada saat dosen menjelaskan materi X pada mahasiswa. Kemudian dengan melihat mimik muka mahasiswa yang diajar. Dosen tersebut berasumsi penjelasannya sudah bisa dipahami, sehingga melanjutkan penjelasan ke materi berikutnya.
Namun, asumsi ini tentu saja bukan sesuatu yang memang benar atau fakta. Sehingga ada kalanya asumsi seseorang keliru dan kemudian menimbulkan kesalahpahaman. Asumsi kemudian mendorong terjadinya komunikasi dua arah yang efektif. Sehingga asumsi terbukti dan tidak hanya berakhir sebagai dugaan pribadi.
Penggunaan Kalimat Asumsi pada Karya Tulis
Jika membahas mengenai kalimat asumsi, banyak orang masih bertanya-tanya kalimat jenis ini masuk ke karya tulis jenis apa? Secara umum, kalimat berisi asumsi bisa masuk dalam sejumlah karya tulis. Berikut penjelasannya:
1. Karya Tulis Ilmiah
Meskipun definisi asumsi terkesan tidak bisa masuk dalam karya tulis ilmiah. Misalnya pada makalah, proposal penelitian, artikel ilmiah atau paper, dan sejenisnya. Namun, kalimat berisi asumsi ternyata bisa masuk ke bagian tertentu.
Misalnya pada proposal usulan penelitian dan laporan kegiatan penelitian. Kalimat berisi asumsi umumnya disusun dan masuk ke bagian metode penelitian atau pada saran aplikasi hasil penelitian. Contohnya:
“Temuan dari penelitian ini dapat membantu perguruan tinggi dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran dengan mengintegrasikan AI secara lebih efektif dalam proses akademik mahasiswa,”.
2. Artikel Opini
Kalimat asumsi juga bisa digunakan dalam menyusun artikel opini yang sering dimuat di berbagai surat kabar. Umumnya, artikel jenis ini disusun oleh dosen yang membahas suatu isu atau topik yang sedang hangat.
Dimana pembahasan akan didasarkan pada kepakarannya di suatu bidang dan masih berkaitan dengan isu yang dibahas. Sehingga pada beberapa kalimat di artikel opini akan mengandung kalimat berisi asumsi.
3. Proposal Bisnis
Penggunaan kalimat berisi asumsi juga diterapkan dalam menyusun proposal bisnis. Asumsi akan disampaikan ketika menjelaskan perkiraan tren pasar, perkiraan profit, dan perkiraan lain yang dipaparkan untuk meyakinkan calon investor maupun mitra bisnis.
4. Karya Tulis Fiksi
Kalimat berisi asumsi juga digunakan dalam menyusun karya tulis nonilmiah atau fiksi. Misalnya pada novel, dimana penulis bisa menyampaikan asumsinya terkait suatu isu dan menjadi salah satu masalah yang masuk ke dalam cerita.
Ciri-Ciri Kalimat Asumsi
Membantu lebih memahami lagi apa itu kalimat asumsi. Maka bisa memahami juga apa saja ciri-ciri atau karakteristik dari kalimat jenis ini. Diantaranya adalah:
1. Berisi Dugaan atau Anggapan
Ciri yang pertama dari kalimat berisi asumsi adalah berisi dugaan atau anggapan pribadi dari pembuat kalimat. Sehingga, ada asumsi pribadi yang disampaikan seseorang ke dalam kalimat tersebut.
Asumsi ini dianggap benar oleh pemilik asumsi sebab diambil atau disimpulkan dengan suatu dasar. Misalnya berita, data statistik, dll. Namun, asumsi tetap perlu dibuktikan agar menjadi kebenaran mutlak. Maka isi kalimat jenis ini adalah dugaan atau anggapan sementara dari seseorang.
2. Tidak Didasarkan pada Bukti Konkrit
Ciri yang kedua dari kalimat asumsi adalah tidak menggunakan dasar berupa bukti yang konkrit. Artinya, asumsi pada kalimat disampaikan tanpa menggunakan bukti nyata yang ada atau pernah terjadi di lapangan langsung.
Misalnya, dalam penelitian mengenai efek penggunaan AI pada penyusunan karya tulis ilmiah di kalangan mahasiswa. Peneliti menyampaikan asumsi bahwa temuan penelitiannya akan membuktikan AI berdampak positif pada kemampuan mahasiswa menyusun karya tulis ilmiah.
Namun asumsi ini disampaikan tanpa ada bukti nyata. Sehingga dilakukan penelitian untuk membuktikan asumsi tersebut. Hasil penelitian, kemudian menentukan asumsi peneliti bisa benar dan bisa juga sebaliknya.
3. Menjelaskan Kondisi Ketidakpastian
Ciri ketiga dari kalimat asumsi adalah menjelaskan kondisi yang tidak pasti atau ada ketidakpastian. Sebagai dugaan yang perlu dibuktikan dulu untuk menjadi kebenaran yang mutlak.
Maka otomatis, asumsi yang disampaikan dalam suatu kalimat menjelaskan kondisi yang belum pasti. Sehingga isi dugaan tersebut perlu dibuktikan, apakah akan menjadi benar atau justru menjadi salah.
Misalnya, seorang penulis menyusun kalimat “Adik pintar sekali di sekolah, ketika besar nanti pasti jadi orang sukses,”. Kalimat ini menjelaskan asumsi bahwa kecerdasan akademik sang adik menjadi sebab di masa depan bisa sukses. Padahal belum tentu, karena masa depan tersebut belum kejadian atau belum terjadi.
4. Asumsi Bisa Benar atau Salah
Ciri yang keempat dan terakhir dari kalimat asumsi adalah bisa benar dan bisa juga salah. Sehingga asumsi yang disampaikan wajib dibuktikan kebenarannya. Kemudian baru bisa diyakini sebagai kebenaran mutlak.
Namun, jika dalam pembuktikan tersebut justru menunjukan asumsi yang disampaikan tidak tepat. Maka asumsi tersebut akan tetap menjadi dugaan atau kemudian menjadi sesuatu yang dipahami tidak benar, karena sudah dibuktikan.
Perbedaan Kalimat Fakta, Opini, dan Asumsi
Membahas mengenai kalimat asumsi, maka biasanya akan muncul pertanyaan mengenai perbedaannya dengan kalimat opini. Sekilas, keduanya memang mirip karena berkaitan dengan dugaan dan pemikiran subjektif seseorang.
Asumsi dan opini kemudian perlu dipahami juga perbedaannya dengan kalimat fakta. Sebab kalimat fakta ini yang merupakan kebalikan dari asumsi maupun opini. Berikut rinciannya:
1. Kalimat Fakta
Dalam buku berjudul Menyelesaikan Soal-Soal Ujian Nasional SMP 2009, karya dari Supadi, dkk (2009). Dijelaskan bahwa fakta adalah keadaan atau peristiwa yang benar-benar terjadi atau kenyataan.
Sehingga kalimat fakta adalah kalimat yang berisi keadaan atau peristiwa yang benar-benar terjadi atau kenyataan. Kalimat fakta kemudian berisi kebenaran karena didasarkan pada informasi yang memang terjadi di lapangan dan sudah terbukti.
Secara umum, ciri dari kalimat fakta adalah berdasarkan bukti nyata, dapat diuji kebenarannya, dan juga tidak dipengaruhi oleh pendapat pribadi. Contohnya:
“Air mendidih pada suhu 100°C di permukaan laut.”
2. Kalimat Opini
Berikutnya adalah kalimat opini, dimana opini sendiri adalah sikap atau pendapat seseorang tentang sebuah keadaan yang pernah atau belum terjadi. Sehingga kalimat opini adalah kalimat yang berisi pendapat pribadi seseorang dan tidak pernah terjadi atau belum pernah terjadi sebelumnya.
Kalimat opini kemudian bersifat subjektif dan tidak bisa dipertanggung jawabkan oleh orang yang menyampaikannya. Ciri dari kalimat opini antara lain:
- Tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
- Bersifat subjektif dan bisa berbeda di setiap individu.
- Biasanya mengandung kata sifat atau kata pendukung subjektif.
Berikut contoh kalimat opini:
“Kopi hitam adalah minuman yang paling enak untuk diminum di pagi hari.”
3. Kalimat Asumsi
Kalimat asumsi adalah kalimat yang berisi suatu anggapan yang kebenarannya belum terbukti dan memerlukan pembuktian secara langsung. Ciri khas kalimat ini sesuai penjelasan sebelumnya. Berikut contoh dalam kalimat:
“Jika harga BBM naik, biaya transportasi akan meningkat.”
Contoh Kalimat Asumsi
Berikut adalah beberapa contoh kalimat asumsi dalam berbagai situasi, kondisi, dan konteks yang bisa menambah pemahaman tentang definisi dan aspek lainnya:
- “Penelitian ini berasumsi bahwa penggunaan metode pembelajaran berbasis teknologi dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan.”
- “Asumsi utama dalam penelitian ini adalah bahwa faktor lingkungan memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan faktor genetik dalam perkembangan kecerdasan anak.”
- “Penelitian ini mengasumsikan bahwa responden akan memberikan jawaban yang jujur dan objektif dalam pengisian kuesioner.”
- “Dalam studi ini, diasumsikan bahwa semua sampel yang digunakan memiliki karakteristik yang seragam sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.”
- “Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel independen memiliki hubungan linier dengan variabel dependen.”
- “Asumsi dalam penelitian ini adalah bahwa responden memiliki pemahaman dasar tentang teknologi yang digunakan.”
- “Diasumsikan bahwa semua partisipan dalam eksperimen ini berada dalam kondisi fisik yang sehat.”
- “Penelitian ini berasumsi bahwa perubahan kebijakan pemerintah akan berdampak pada perilaku konsumen.”
- “Dalam analisis ini, diasumsikan bahwa data yang dikumpulkan bebas dari kesalahan sistematis.”
- “Asumsi yang digunakan adalah bahwa faktor ekonomi memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat pengangguran.”
- “Saya berasumsi bahwa dia sudah mengetahui rencana pertemuan hari ini.”
- “Orang sering berasumsi bahwa bekerja dari rumah itu lebih santai, padahal tidak selalu begitu.”
- “Kami berasumsi bahwa cuaca akan cerah sepanjang hari, jadi tidak membawa payung.”
- “Dia berasumsi bahwa semua orang setuju dengan pendapatnya, padahal tidak demikian.”
- “Asumsi saya adalah harga barang ini akan turun setelah musim liburan berakhir.”
- “Kami berasumsi bahwa perjalanan akan lancar, jadi kami tidak menyiapkan rencana cadangan.”
- “Asumsinya, proyek ini bisa selesai dalam satu bulan jika semua anggota tim bekerja sesuai jadwal.”
- “Saya berasumsi bahwa semua tamu akan datang tepat waktu, jadi acara akan dimulai pukul 19.00.”
- “Kami berasumsi bahwa anggaran yang telah disiapkan cukup untuk menyelesaikan pembangunan rumah ini.”
- “Asumsi awalnya, kami bisa mencapai tujuan sebelum matahari terbenam, tetapi ternyata ada hambatan di perjalanan.”
- “Asumsinya, kebijakan baru ini akan mendapat dukungan mayoritas di parlemen.”
- “Banyak orang berasumsi bahwa pemimpin yang populer di media sosial pasti akan menang dalam pemilu.”
- “Pemerintah berasumsi bahwa kebijakan subsidi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.”
- “Asumsi dalam debat politik ini adalah bahwa semua pihak memiliki kepentingan terbaik untuk rakyat.”
- “Beberapa analis politik berasumsi bahwa koalisi antar partai akan tetap bertahan hingga pemilu berikutnya.”
- “Asumsinya, siswa yang rajin belajar setiap hari akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi di ujian.”
- “Banyak orang berasumsi bahwa siswa yang aktif di kelas pasti memiliki prestasi akademik yang baik.”
- “Sekolah berasumsi bahwa lingkungan belajar yang kondusif akan meningkatkan prestasi akademik siswa.”
- “Asumsi umum dalam pendidikan adalah bahwa penggunaan teknologi dapat membantu siswa memahami materi lebih cepat.”
- “Orang tua sering berasumsi bahwa les tambahan selalu berdampak positif pada nilai anak mereka.”
- “Banyak orang berasumsi bahwa kesuksesan hanya bisa diraih dengan kerja keras tanpa henti.”
- “Asumsinya, seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mudah mencapai kesuksesan dalam karier.”
- “Masyarakat sering berasumsi bahwa kesuksesan diukur dari seberapa banyak harta yang dimiliki.”
- “Asumsi umum tentang kesuksesan adalah bahwa seseorang harus mengambil risiko besar untuk mencapainya.”
- “Orang sering berasumsi bahwa sukses itu datang dengan cepat, padahal butuh proses panjang dan ketekunan.”
- “Banyak orang berasumsi bahwa jodoh akan datang di waktu yang tepat tanpa perlu dicari.”
- “Asumsinya, jika dua orang memiliki banyak kesamaan, maka mereka lebih mungkin berjodoh.”
- “Sebagian orang berasumsi bahwa jodoh adalah takdir yang tidak bisa diubah.”
- “Masyarakat sering berasumsi bahwa usia yang lebih matang akan mempermudah seseorang menemukan jodohnya.”
- “Ada asumsi bahwa jika dua orang sering bertemu dan merasa nyaman, mereka pasti akan berjodoh.”
- “Banyak orang berasumsi bahwa kemiskinan hanya disebabkan oleh kurangnya kerja keras.”
- “Asumsinya, meningkatkan pendidikan masyarakat dapat mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.”
- “Sebagian orang berasumsi bahwa bantuan sosial dari pemerintah dapat menyelesaikan masalah kemiskinan.”
- “Ada asumsi bahwa kemiskinan hanya terjadi di pedesaan, padahal di perkotaan juga banyak yang mengalami kesulitan ekonomi.”
- “Masyarakat sering berasumsi bahwa kemiskinan adalah akibat dari kebiasaan boros dan gaya hidup yang tidak bijak.”
Kalimat Asumsi dalam Naskah Ilmiah, Bolehkah?
Lalu, apakah kalimat asumsi bisa atau boleh masuk dalam naskah ilmiah? Sesuai penjelasan sebelumnya, kalimat jenis ini boleh masuk dalam naskah ilmiah. Baik itu makalah, proposal penelitian, artikel ilmiah pada jurnal, dan sebagainya.
Namun, penyampaian asumsi dalam naskah ilmiah wajib dilakukan dengan hati-hati. Sebab asumsi yang disampaikan pada dasarnya perlu dibuktikan. Baik oleh penelitian yang dilakukan peneliti itu sendiri. Maupun menjadi saran untuk dibuktikan dalam penelitian berikutnya.
Menyampaikan kalimat asumsi pada naskah ilmiah kemudian tidak bisa dilakukan sembarangan. Berikut beberapa hal yang harus dilakukan agar kalimat tersebut bisa atau boleh masuk pada naskah ilmiah:
- Menjelaskan suatu asumsi secara eksplisit agar pembaca memahami batasan penelitian.
- Gunakan referensi atau argumen logis untuk mendukung asumsi yang disampaikan.
- Pastikan asumsi tidak bertentangan dengan fakta atau data yang ada.
- Tidak menggunakan asumsi sebagai pengganti data atau informasi dari bukti ilmiah.
Sebagai contoh penggunaan kalimat asumsi pada naskah ilmiah, adalah sebagai berikut yang tercantum dalam abstrak artikel ilmiah:
“…Temuan ini juga akan memberikan wawasan yang berharga tentang peran AI dalam proses penulisan ilmiah mahasiswa, potensi keuntungannya, serta kendala yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa selama proses penelitian mereka.”
Melalui kalimat “Temuan ini juga akan” pada abstrak tersebut, maka menjelaskan kalimat tersebut adalah asumsi. Namun dalam naskah ilmiah asumsi ini perlu disampaikan dengan menjelaskan dasar atau alasan yang digunakan kenapa bisa berasumsi demikian.