Daftar Isi
Pada saat mempelajari jenis-jenis kalimat, Anda akan mempelajari kalimat kompleks atau kalimat majemuk bertingkat. Kalimat jenis ini termasuk salah satu jenis kalimat majemuk. Lebih tepatnya masuk ke kategori kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat majemuk bertingkat bisa membantu penulis maupun penutur (pembicara) dalam menyampaikan informasi yang kompleks. Ada beberapa informasi yang perlu disampaikan secara ringkas tapi jelas.
Jika masih merasa asing dengan kalimat majemuk bertingkat atau kalimat jenis kompleks. Maka penting untuk mempelajarinya, karena dijamin akan sangat sering digunakan. Baik ketika berkomunikasi secara lisan maupun secara tertulis. Berikut informasinya.
Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal Kompetensi yang dikelola Universitas Balikpapan, kalimat kompleks adalah kalimat yang berisi klausa utama dan subordinatif.
Artinya, kalimat jenis kompleks adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa dan klausa tersebut mencakup klausa utama serta klausa tambahan (subordinatif). Istilah lain dalam penyebutannya adalah kalimat majemuk bertingkat.
Dimana di dalam bahasa Indonesia, jenis kalimat majemuk diketahui ada tiga jenis. Mencakup kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat jenis kompleks yang didefinisikan sebelumnya.
Klausa yang menyusun kalimat kompleks mencakup klausa utama yang menjelaskan ide pokok kalimat. Kemudian disusul klausa tambahan atau disebut juga sebagai klausa subordinatif yang memberi informasi atau penjelasan tambahan.
Disebut kalimat subordinatif karena salah satu ciri khas dari klausa tambahan adalah menggunakan konjungsi (kata hubung) subordinatif, yakni jenis kata hubung yang membantu menghubungkan dua klausa atau kalimat yang memiliki tingkatan berbeda. Salah satu klausa tidak bisa berdiri sendiri (klausa tambahan).
Kalimat jenis ini bisa membantu menjelaskan informasi yang cenderung kompleks sehingga berbagai atau beberapa informasi tersebut bisa disampaikan dalam satu kalimat saja. Selama penyusunannya mengikuti pola yang benar, maka akan menjadi kalimat efektif. Sehingga, memiliki makna jelas yang bisa dipahami oleh pembaca atau lawan bicara.
Kalimat kompleks diketahui terdiri dari dua jenis, yakni kalimat kompleks hipotaktik (bertingkat) dan kalimat kompleks parataktik (setara). Berikut penjelasan untuk memahami perbedaan keduanya:
Jenis yang pertama adalah kalimat kompleks hipotaktik atau kalimat kompleks bertingkat, yaitu kalimat kompleks di mana mempunyai dua struktur, namun maknanya bersifat tidak setara atau tidak sejajar, yang digabungkan menjadi satu kalimat diikuti kata hubung (konjungsi).
Pada jenis ini, kalimat tersusun atas klausa utama yang menjelaskan ide pokok kalimat. Kemudian ditambah dengan klausa penjelasan atau klausa tambahan. Fungsinya adalah untuk menjelaskan klausa utama tadi.
Ciri khas lainnya dari kalimat majemuk bertingkat jenis ini adalah penggunaan konjungsi seperti kata apabila, jika, saat, sehingga, meskipun, kalau, karena, dan juga ketika. Berikut beberapa contoh kalimat untuk jenis hipotaktik ini:
Jenis yang kedua adalah kalimat kompleks parataktik atau kalimat kompleks setara, yaitu kalimat kompleks di mana terdiri dari dua struktur, namun mempunyai makna setara maupun sejajar.
Pada jenis ini, setiap klausa bisa berdiri sendiri. Sebab memang memiliki unsur lengkap sehingga memiliki makna terpisah. Meskipun tidak dijadikan satu kalimat, kedua klausa tetap punya makna dan bisa dipahami.
Ciri khas dari kalimat jenis ini adalah menggunakan kata hubung (konjungsi) dan, tetapi, atau, kemudian, lalu, dan juga sedangkan. Berikut adalah beberapa contoh kalimat untuk jenis parataktik ini:
Setiap bentuk atau jenis kalimat memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya bisa dibedakan satu sama lain. Hal ini juga berlaku untuk kalimat kompleks. Adapun ciri-ciri kalimat kompleks, diantaranya:
Ciri khas yang pertama dari kalimat jenis kompleks adalah terdiri dari dua klausa. Sehingga dalam satu kalimat ada dua klausa yang pada dasarnya memiliki tingkatan setara maupun bertingkat. Hal ini sesuai jenis yang sudah dijelaskan.
Ciri yang kedua, kalimat yang terdiri dari dua klausa ini akan menjelaskan dua peristiwa atau kejadian. Jadi, klausa pertama akan menjelaskan peristiwa pertama. Begitu pula dengan klausa kedua, yang menjelaskan peristiwa kedua.
Misalnya pada contoh kalimat “Ibu berangkat berjualan donat, lalu hujan turun”. Jadi, disini ada dua peristiwa. Pertama, ibu berangkat berjualan donat. Sementara peristiwa kedua adalah turun hujan.
Mayoritas kalimat jenis kompleks yang terdiri dari dua klausa akan dipisahkan oleh tanda koma (,). Terutama jika konjungsi ditempatkan di tengah-tengah, yang memisahkan antara klausa utama dengan klausa tambahan.
Meskipun begitu, pada beberapa kondisi untuk memudahkan pembaca memahami ada dua peristiwa berbeda. Maka biasanya penulisan kalimat ini dipisahkan tanda koma, sekalipun konjungsi ada di depan kalimat. Berikut penjelasannya dalam contoh:
Kalimat kompleks yang terdiri dari dua klausa kemudian keduanya tidak hanya dipisahkan oleh tanda koma. Melainkan juga dipisahkan oleh konjungsi. Jika tanda koma membantu mengatur intonasi dan memahami dua klausa adalah berbeda informasi (peristiwa).
Konjungsi di dalam kalimat jenis ini membantu menjelaskan hubungan kedua klausa tersebut sehingga membuatnya wajib dicantumkan. Adapun konjungsi yang digunakan bisa konjungsi subordinatif maupun koordinatif.
Ciri khas dari kalimat majemuk juga dimiliki kalimat jenis ini, yaitu ada proses pengembangan klausa. Dimana klausa utama akan dikembangkan.
Caranya, tentu saja dengan menambahkan klausa tambahan yang memberi informasi lanjutan atau informasi penjelas. Misalnya, ketika suatu kalimat menyebut subjek pergi keluar rumah.
Maka klausa tambahan bisa menjelaskan alasannya, keluar rumah memakai apa (sepeda, motor, dll), dan sebagainya. Namun, klausa penjelas juga bisa tidak ada kaitan dengan klausa utama.
Misalnya, kalimat yang menjelaskan “ibu pergi keluar rumah” disusul dengan klausa tambahan yang menjelaskan perubahan cuaca. Misalnya “lalu hujan mendadak turun”. Adapun kalimat lengkapnya menjadi:
“Ibu pergi keluar rumah, lalu hujan mendadak turun”. (Aktivitas keluar rumah tidak berkaitan dengan perubahan cuaca – tidak menjadi penyebab perubahan cuaca).
Pengembangan kalimat yang awalnya terdiri dari satu klausa kemudian ditambahkan klausa tambahan. Sudah tentu akan menyebabkan perubahan pola. Misalnya ada penggunaan predikat sampai dua kali. Berikut contohnya:
“Rina menyapu halaman dan adiknya mencuci piring”. (terdapat dua predikat, yakni “menyapu” dan “mencuci piring”).
Selain ada perubahan pola, pengembangan kalimat juga memberikan efek perubahan intonasi. Hal ini bisa terasa dan diketahui lebih jelas ketika kalimat dengan dua klausa dibaca.
Misalnya pada contoh sebelumnya, ketika membaca klausa pertama dan ada kata hubung “dan”. Maka pembaca akan mengubah intonasi ketika membaca klausa kedua.
Ciri khas yang ketujuh, kalimat dua klausa kemudian menciptakan makna baru. Klausa utama bisa menjelaskan ide pokok, kemudian disusul dengan klausa tambahan. Dimana akan memberi penjelasan yang sekaligus mengubah makna.
Misalnya pada contoh kalimat “Ani tidak berangkat sekolah”. Jika kalimat ini berdiri sendiri, maka Ani bisa saja dianggap membolos. Bisa juga dianggap punya alasan tertentu yang tidak diketahui teman sekelasnya atau oleh guru.
Namun, ketika ada klausa tambahan seperti “karena menjenguk ibunya di rumah sakit”. Maka konotasi kalimat yang awalnya bisa negatif (yakni Ani memolos), seketika menjadi bermakna positif. Sebab alasan Ani absen logis dan dianggap lumrah.
Kalimat kompleks memiliki struktur tersendiri untuk membentuk kalimat yang efektif. Meskipun kalimat menjadi panjang karena ada dua klausa di dalamnya. Secara umum, terdapat dua pola di dalam struktur kalimat jenis ini. Berikut detailnya:
Pola yang pertama di dalam struktur kalimat jenis kompleks adalah Klausa Utama + Konjungsi + Kalimat Subordinatif. Jadi, kalimat dibuka oleh klausa utama. Kemudian disusul dengan konjungsi, baru ditutup dengan klausa kedua yang sifatnya subordinatif.
Jika bingung, maka berikut penjelasan pola tersebut dalam bentuk beberapa contoh kalimat:
Pola umum kedua adalah Konjungsi + Klausa Subordinat + Tanda Koma + Klausa Utama. Dalam struktur ini, kalimat dibuka dengan konjungsi terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan klausa subordinat dan ditutup dengan klausa utama.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat jenis kompleks yang menggunakan pola tersebut:
Setiap kali membahas mengenai kalimat kompleks, maka biasanya akan dikaitkan dengan kalimat simpleks. Pada beberapa orang, kadang masih kesulitan untuk membedakan keduanya.
Secara mendasar, dua jenis kalimat ini memang berbeda dan cenderung bertentangan. Namun, apa saja yang membedakan keduanya? Setidaknya ada 3 aspek yang menunjukan perbedaan tersebut, yaitu:
Perbedaan yang pertama adalah pada aspek jumlah klausa dalam kalimat. Pada kalimat simpleks, klausa hanya ada satu sehingga sering disebut sebagai kalimat dengan klausa tunggal.
Lain halnya dengan kalimat jenis kompleks yang secara umum memiliki dua klausa. Yakni klausa utama dan klausa tambahan. Dimana keduanya membantu menjelaskan suatu topik, ide, atau informasi lebih detail.
Perbedaan yang kedua adalah pada jumlah subjek dan predikat di dalam satu kalimat. Pada kalimat simpleks, subjek dan predikat berjumlah tunggal atau hanya satu. Sebab hanya ada satu klausa, maka subjek dan predikat tidak bisa lebih dari satu.
Semenara pada kalimat jenis kompleks, jumlah subjek dan predikat bisa lebih dari satu sebab ada pengembangan kalimat dari satu klausa menjadi dua klausa. Dimana keduanya bisa saling berhubungan karena klausa tambahan menjelaskan klausa utama.
Sehingga ada kalanya subjek di klausa utama berbeda dengan klausa tambahan. Pada akhirnya, jumlah subjek di dalam satu kalimat tersebut menjadi dua. Hal serupa juga berlaku untuk predikat, dimana bisa lebih dari satu karena ada penambahan di klausa tambahan.
Perbedaan berikutnya antara kalimat simpleks dengan kompleks adalah pada penggunaan konjungsi. Secara umum, kalimat dengan klausa hanya satu tidak membutuhkan konjungsi atau kata hubung.
Oleh sebab itu, pada kalimat simpleks biasanya tidak terdapat kata hubung jenis apapun. Berbeda halnya dengan kalimat jenis kompleks, yang justru wajib memiliki konjungsi.
Konjungsi ini berperan penting dalam menjelaskan hubungan klausa utama dengan klausa tambahan. Sehingga pembaca tidak bingung dan bisa memahami makna kalimat dengan jelas usai ditambahkan satu klausa lagi. Adapun untuk jenis konjungsi, bisa konjungsi subordinatif maupun koordinatif.
Kalimat kompleks dengan struktur lebih panjang dan bisa menjelaskan dua peristiwa dalam satu kalimat. Ternyata memiliki fungsi tersendiri, diantaranya:
Kalimat yang kompleks akan memiliki dua klausa. Keduanya tentu wajib memiliki hubungan atau saling berkaitan. Sehingga kalimat jenis ini disusun dengan penambahan konjungsi agar dua klausa tersebut lebih jelas hubungannya apa.
Fungsi kedua adalah memperjelas informasi. Jika menyampaikan suatu informasi dengan kalimat simpleks, maka biasanya tidak lengkap. Maka disusun atau disampaikan dengan kalimat jenis kompleks. Sehingga informasi menjadi lebih jelas dan detail atau terperinci.
Ada kalanya kalimat disusun untuk menjelaskan informasi yang cenderung kompleks. Jika informasi ini ada banyak unsur yang perlu disampaikan. Maka tidak lagi memungkinkan disampaikan dengan kalimat simpleks, melainkan dengan kalimat yang kompleks.
Berikut adalah beberapa contoh kalimat kompleks dengan beberapa pola yang sudah dijelaskan sebelumnya:
Baca juga artikel terkait “kalimat”:
Dalam menyampaikan suatu ide atau informasi yang cenderung singkat dan sederhana, maka bisa lewat kalimat…
Menerapkan tata cara membuat latar belakang dengan Connected Paper bisa dipertimbangkan. Langkah ini termasuk dalam…
Salah satu tahap penting di dalam kegiatan penelitian dalam uji kualitas data. Pengujian pada kualitas…
Sudahkah mengetahui tata cara mencari research gap dengan AI (Artificial Intelligence)? Teknologi AI yang kemudian…
Memahami bagaimana cara menjelaskan tabel dan grafik hasil penelitian adalah hal penting. Ketika menyusun laporan…
Dalam kegiatan penelitian, kajian dan analisis termasuk dalam tahapan utama. Keduanya bersifat wajib dilakukan untuk…