Sudahkah Anda mengetahui kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan? Mengetahui hal ini tentu sangat penting karena metode penelitian harus sesuai dengan apa yang diteliti dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut.Â
Beberapa topik penelitian bisa diteliti dengan metode kuantitatif maupun kualitatif. Namun, ada beberapa topik yang hanya bisa menggunakan salah satu dari dua metode tersebut. Jadi, penting untuk memahami kapan metode-metode tersebut dipilih. Berikut informasinya.Â
Kapan Metode Kuantitatif dan Kualitatif Digunakan?
Mengetahui kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan pada dasarnya butuh pemahaman mengenai kedua metode tersebut. Ketika berhadapan dengan suatu fenomena, masalah sosial, dan sejenisnya yang berpotensi menjadi topik, peneliti bisa lebih mudah menentukan memakai metode penelitian yang mana.Â
Jika metodenya tepat, penelitian yang dilakukan bisa menemukan jawaban dari topik yang diteliti. Berikut penjelasan pilihan waktu terbaik menggunakan metode-metode penelitian tersebut:Â
1. Metode Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2013) dalam bukunya berjudul Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, menjelaskan ada 6 waktu terbaik untuk menggunakan metode penelitian kuantitatif. Berikut penjelasannya:
a. Penelitian dengan Masalah yang Sudah Jelas
Waktu tepat atau waktu terbaik pertama untuk menggunakan metode kuantitatif dalam penelitian adalah saat memilih topik dalam bentuk masalah yang sudah jelas.
Artinya, ada beberapa masalah yang menarik untuk diteliti sifatnya belum jelas dan sudah jelas. Penelitian yang menjumpai masalah dengan kejelasan tinggi, misalnya ada datanya. Maka tepat diteliti secara kuantitatif.Â
Sebagai contoh, peneliti mendapati tingginya angka kemiskinan di wilayah X kota Jakarta. Kemudian berbekal data dari pemerintah kota DKI Jakarta, angka kemiskinan tersebut memang terbukti tinggi bukan isu semata.
Artinya, masalah kemiskinan yang akan diteliti sudah jelas kebenarannya sehingga ideal untuk diteliti menggunakan metode kuantitatif. Lain halnya jika tidak ada data valid yang menjelaskan jumlah angka kemiskinan di wilayah X, maka kurang ideal memakai metode kuantitatif.Â
b. Peneliti Ingin Mendapat Informasi yang Luas dari Suatu Populasi
Waktu terbaik kedua untuk menggunakan metode kuantitatif adalah saat peneliti ingin mendapat informasi atau data seluas mungkin (sebanyak mungkin) dari suatu populasi.
Biasanya, keinginan dan kebutuhan ini muncul ketika peneliti berhadapan dengan populasi skala besar. Misalnya masyarakat di suatu provinsi, masyarakat di satu negara, dan sebagainya.
Ketika memakai data dari sampel terbatas, peneliti tidak bisa mendapatkan data yang luas sesuai skala populasi. Hanya saja, populasi skala besar jika semua dijadikan sampel penelitian maka butuh sumber daya tinggi.Â
Sehingga, metode kuantitatif digunakan dan instrumen pengumpulan data lewat kuesioner yang bisa dibagikan jarak jauh (online) dan peneliti bisa menjangkau sampel dari seluruh wilayah yang luas.Â
Contoh, peneliti ingin mengetahui tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sehingga populasi penelitian adalah pengguna internet di Indonesia. Agar data mewakili seluruh pengguna internet di berbagai wilayah Indonesia, dipilih instrumen kuesioner dengan pendekatan kuantitatif.Â
c. Penelitian untuk Mengetahui Pengaruh Perlakuan Tertentu
Jawaban ketiga untuk pertanyaan, kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan adalah peneliti ingin mengetahui pengaruh dari perlakuan atau treatment tertentu pada sampel dengan karakteristik tertentu.
Pada kondisi ini, peneliti dianjurkan untuk menggunakan metode kuantitatif. Alasannya adalah karena penelitian seperti ini membutuhkan pengukuran efek atau dampak dari perlakuan, program, kebijakan, dan sebagainya.Â
Untuk memudahkan dalam mengukur seberapa besar efek yang dirasakan sampel penelitian, metode kuantitatif lebih ideal untuk digunakan. Pada penelitian tertentu mungkin butuh eksperimen, baik di laboratorium maupun di lapangan.Â
Metode kuantitatif yang mengedepankan objektivitas dan menjaga jarak dengan sampel. Cocok untuk penelitian yang butuh eksperimen tersebut. Misalnya pengamatan untuk terapi obat tertentu pada pasien hipertensi. Peneliti akan mengatasi efeknya pada kondisi pasien.
d. Penelitian untuk Menguji Hipotesis
Waktu terbaik berikutnya untuk menggunakan metode kuantitatif adalah ketika suatu penelitian bertujuan untuk menguji hipotesis. Salah satu ciri khas dari penelitian kuantitatif adalah peneliti merumuskan hipotesis di awal.
Penelitian yang dilakukan nantinya akan menguji apakah hipotesis tersebut benar atau sebaliknya. Jadi, ketika peneliti berhadapan dengan hipotesis dan perlu diuji kebenarannya. Otomatis ideal menggunakan metode kuantitatif.Â
e. Peneliti Ingin Mendapatkan Data yang Akurat dan Terukur
Waktu tepat berikutnya untuk menggunakan metode penelitian kuantitatif adalah ketika peneliti ingin mendapatkan data yang akurat. Kemudian data tersebut juga bisa diukur dan berdasarkan fenomena yang empiris.
Jika peneliti ingin mendapatkan data dari hasil pengamatan langsung maupun yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti sehingga akurasinya tinggi, metode kuantitatif tepat untuk digunakan.Â
Begitu juga jika peneliti ingin berusaha mendapatkan data penelitian yang akurat dan terukur tanpa perlu pengamatan langsung. Terutama data-data dalam bentuk angka (numerik). Kondisi ini juga cocok digunakan metode kuantitatif.Â
Metode kuantitatif cocok digunakan pada kondisi ini, karena memang identik dengan data numerik. Kemudian, analisis statistik bisa dilakukan dengan perhitungan langsung. Jika membutuhkan atau berhadapan dengan data akurat dan terukur, metode kuantitatif tepat untuk dipilih.Â
f. Menguji Validitas Pengetahuan yang Diragukan
Waktu terbaik berikutnya untuk menggunakan metode kuantitatif adalah saat menguji validitas dari suatu pengetahuan atau teori keilmuan yang sempat diragukan kebenarannya.
Pendekatan kuantitatif tepat untuk menguji validitas suatu pengetahuan, teori, dan produk tertentu karena beberapa hal. Pertama, kuantitatif menjadi metode penelitian yang paling mengedepankan objektivitas.
Selain itu, pendekatan kuantitatif membutuhkan data numerik yang sifatnya jelas dan pasti. Dengan karakter ini, proses pengujian validitas suatu teori sampai produk lebih terjamin.Â
Jadi, jika ingin membuktikan kebenaran atau menguji validitas suatu teori maupun produk, peneliti bisa menggunakan pendekatan kuantitatif lebih ideal dibanding pendekatan kualitatif.Â
2. Metode Kualitatif
Setelah mengetahui kapan saja metode kuantitatif digunakan dalam penelitian, Anda tentu perlu mengetahui juga kapan metode kualitatif perlu digunakan. Sehingga memahami betul kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan.Â
Penggunaan metode kualitatif bisa untuk berbagai bentuk dan kondisi penelitian. Berikut beberapa waktu terbaik untuk menggunakan metode ini dalam penelitian:
a. Meneliti Masalah yang Belum Jelas
Momen pertama untuk menggunakan metode kualitatif dibanding kuantitatif adalah ketika meneliti sesuatu yang belum jelas. Misalnya meneliti suatu masalah atau fenomena yang memang belum jelas detailnya.
Suatu masalah yang masih terbilang baru dan belum pernah terjadi sebelumnya. Kemudian, suatu fenomena yang luar biasa dan tidak seperti biasanya. Maka kondisi-kondisi ini tepat memakai pendekatan kualitatif.
Alasannya adalah karena peneliti perlu memahami secara mendalam masalah atau fenomena yang diteliti. Tidak cukup hanya mengandalkan data numerik saja, melainkan juga data-data lain yang sifatnya bukan angka.Â
Metode kualitatif juga bisa atau tepat digunakan untuk penelitian yang menguji kebenaran suatu isu atau kabar. Misalnya ada kabar daerah X memiliki hasil minyak bumi skala besar. Maka penelitian kualitatif dipilih untuk mengeksplorasi isu yang belum jelas kebenarannya tersebut.
b. Memahami Makna Dibalik Data Penelitian
Waktu atau momentum berikutnya yang ideal digunakan metode kualitatif dalam penelitian adalah ketika ingin memahami makna dibalik data penelitian.
Jadi, penelitian kualitatif memang tidak bisa hanya mengandalkan data dasa penelitian saja. Namun muncul kebutuhan untuk mengeksplorasi data tersebut dari banyak aspek dan sisi.
Sebagai contoh, peneliti mendapati suatu fenomena lebih dari 60% siswa sering bolos sekolah. Pada penelitian kuantitatif, peneliti akan fokus pada data jelas tersebut dan mengabaikan faktor-faktor penyebabnya.
Lain halnya pada penelitian kualitatif, peneliti akan mencari tahu apa saja faktor yang memicu 60% siswa absen sehingga akan mengecek ada tidaknya pengaruh dari cara mengajar guru, kondisi lingkungan sekolah, kondisi ekonomi keluarga siswa, dan sebagainya.Â
c. Penelitian untuk Memahami Interaksi Sosial
Momen ketiga untuk peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif adalah ketika penelitian bertujuan untuk memahami interaksi sosial. Interaksi sosial disini adalah yang berkaitan dengan hubungan sosial antar individu atau antar manusia.
Ada banyak topik penelitian yang berkaitan erat dengan interaksi sosial. Misalnya penelitian tentang tingkat keterlibatan siswa dalam pembelajaran daring lewat Zoom Meeting. Contoh lain, penelitian tentang tingginya perceraian, dimana peneliti akan fokus pada aspek kualitatif.
Misalnya, peneliti ingin mengetahui hubungan sikap mesra pasangan dengan resiko terjadinya perceraian. Pada pendekatan kuantitatif yang mengacu pada data numerik, maka akan menghitung berapa kali suami memeluk istri untuk menentukan resiko perceraian rendah karena dipandang sikap mesra menunjukan keharmonisan rumah tangga.Â
Sebaliknya, pada pendekatan kualitatif, peneliti akan memperhatikan berbagai aspek. Tidak hanya melihat berapa kali suami memeluk istri, tapi melakukan wawancara mendalam pada pasangan sehingga didapatkan sikap mesra tidak selalu menunjukan pasangan setia dan bebas resiko bercerai.Â
d. Penelitian untuk Memahami Apa yang Dirasakan Seseorang
Waktu terbaik berikutnya untuk menggunakan metode penelitian kualitatif adalah untuk penelitian yang bertujuan memahami perasaan seseorang atau sekelompok orang.
Apa yang dirasakan disini seperti rasa puas dan tidak puas, rasa suka dan tidak suka, dan sejenisnya. Misalnya pada penelitian yang bertujuan mengetahui tingkat kepuasan masyarakat pada layanan kesehatan klinik A.
Penelitian yang melibatkan perasaan dan tentunya bersifat subjektif lebih ideal diteliti dengan pendekatan kualitatif. Sebab pendekatan ini membuat peneliti perlu membangun kedekatan dan kepercayaan dengan narasumber.
Sehingga, peneliti bisa menggali informasi secara mendalam dan mengakui adanya data subjektif, misalnya perasaan personal narasumber. Kondisi ini yang membuat pendekatan kuantitatif kurang cocok karena sifatnya objektif. Â
e. Penelitian untuk Mengembangkan Teori Keilmuan
Waktu terbaik berikutnya untuk menggunakan pendekatan kualitatif adalah ketika melakukan penelitian untuk mengembangkan teori keilmuan. Pengembangan teori dikatakan cocok karena pendekatan kualitatif melakukan pendalaman pada topik penelitian.
Jadi, ketika peneliti ingin mengembangkan suatu teori maka akan dipahami dulu teori dasarnya. Baru kemudian melakukan pengumpulan data dengan sejumlah instrumen pengumpulan data. Ada banyak data dikumpulkan dan banyak aspek diperhatikan oleh peneliti.
Sehingga lebih mampu dalam mengembangkan suatu teori keilmuan. Sedangkan pada pendekatan kuantitatif, pada dasarnya butuh teori yang sudah pasti. Sehingga tidak cocok untuk tujuan mengembangkan teori yang sifatnya belum jelas atau belum pasti.
f. Penelitian untuk Memastikan Kebenaran Data
Kondisi keenam yang membuat pendekatan kualitatif cocok untuk diterapkan adalah ketika suatu penelitian ingin memastikan kebenaran data. Artinya, peneliti memilih topik yang membuat tujuan penelitian memastikan kebenaran suatu data atau informasi.
Pendekatan kualitatif disebut cocok untuk penelitian seperti ini karena peneliti melakukan pendekatan mendalam. Ada proses panjang dalam pengumpulan data. Dimana umumnya, peneliti menggabungkan beberapa instrumen penelitian.
Penelitian kualitatif yang akrab dengan data non-numerik atau data bukan angka. Membuat data dengan karakteristik seperti apapun akan diperhatikan dan ikut dianalisis oleh peneliti.
Misalnya, peneliti ingin membuktikan tingginya angka absensi siswa di sekolah X karena masalah finansial orang tua atau wali. Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti akan melakukan wawancara bukan hanya dengan guru siswa.
Namun dengan siswa dan wali atau orang tuanya. Sehingga sampai didapatkan secara pasti faktor utama yang membuat absensi tinggi maka penelitian belum dikatakan selesai.
g. Meneliti Sejarah Perkembangan
Jika peneliti ingin meneliti sejarah perkembangan, penelitian seperti ini juga ideal menggunakan pendekatan kualitatif. Sejarah perkembangan yang dimaksud disini seperti sejarah dan perkembangan hidup seorang tokoh masyarakat, sejarah perkembangan internet, dan sebagainya.Â
Penelitian yang ingin mengetahui awal mula suatu fenomena, isu, bahkan kehidupan tokoh penting. Disusul dengan mengetahui bagaimana perkembangannya maka sangat ideal memakai pendekatan kualitatif.
Sebab, penelitian bisa lebih menyeluruh melalui pendekatan ini. Peneliti akan menggunakan banyak data dari banyak narasumber yang dikumpulkan dengan berbagai instrumen penelitian sehingga didapatkan data lengkap yang memaparkan sejarah dan perkembangan topik yang diteliti.Â
Itulah beberapa penjelasan mengenai kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan. Semakin tepat pendekatan yang dipilih, semakin mudah dalam menjawab pertanyaan (rumusan masalah) dalam penelitian.
Bisakah Metode Kualitatif dan Kuantitatif Dikombinasikan?
Selain memahami kapan metode kuantitatif dan kualitatif digunakan. Para peneliti juga perlu paham kapan waktu yang tepat untuk mengkombinasikan keduanya. Jadi, dalam penelitian memang sangat mungkin peneliti memakai dua pendekatan ini sekaligus.
Meskipun memiliki banyak perbedaan, akan tetapi pada momen tertentu keduanya cocok untuk dikombinasikan oleh peneliti. Berikut beberapa contoh momentumnya:
1. Digunakan untuk Meneliti Objek yang Sama
Kondisi pertama yang cocok untuk menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif adalah ketika meneliti objek yang sama, tetapi memiliki tujuan yang berbeda. Sehingga cocok menerapkan mixed method atau metode penelitian campuran.Â
Misalnya, peneliti ingin mengetahui tingkat motivasi siswa mengikuti pembelajaran daring dan faktor yang mempengaruhinya. Maka disini, peneliti bisa mengetahui tingkat motivasi lewat pendekatan kuantitatif. Sementara faktor-faktor yang mempengaruhi memakai pendekatan kualitatif.
2. Digunakan Secara Bergantian
Kondisi kedua untuk bisa menggabungkan metode kualitatif dengan kuantitatif adalah ketika keduanya digunakan secara bergantian. Artinya, ada dua tahapan dalam penelitian dan memakai dua metode tersebut bergantian bukan bersamaan.
Seperti contoh sebelumnya, peneliti akan fokus memakai pendekatan kuantitatif untuk mengetahui tingkat motivasi siswa ikut pembelajaran daring. Setelah itu, baru memakai pendekatan kualitatif untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jadi, keduanya tidak bisa diterapkan bersamaan.
3. Penggabungan dari Segi Instrumen Penelitian
Kondisi lain yang cocok memakai metode penelitian campuran adalah ketika menggabungkan beberapa instrumen penelitian. Instrumen penelitian kualitatif dengan kuantitatif memang berbeda. Jika dipakai bersamaan misalnya kuesioner (kuantitatif) dengan wawancara (kualitatif), maka sudah memakai mixed method.Â
Jika mendapati beberapa kondisi di atas, maka tidak perlu pusing memilih metode yang mana. Melainkan menggabungkan keduanya sekaligus. Jika bingung dan ragu, maka konsultasikan dulu dengan dosen pembimbing atau dengan dosen dan peneliti lebih senior.