Daftar Isi
Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kerja. Jenis kata kerja ini cukup beragam dimana salah satunya adalah kata kerja mental atau verba behavioral. Verba behavioral menjadi predikat dalam struktur kalimat efektif di dalam bahasa Indonesia.
Verba atau kata kerja ini menjelaskan bagaimana respon subjek kalimat terhadap kondisi, sikap orang lain, dan sebagainya. Peristiwa yang dialami subjek akan membentuk respon, dan respon ini yang merupakan verba mental.
Bagi beberapa orang verbal behavioral masih asing di telinga karena hanya mengenal verba dalam kalimat. Jadi, memahami verba mental ini tentu penting agar bisa mengetahui bagaimana memilih verba yang tepat saat menyusun kalimat. Berikut informasinya.
Kata kerja mental adalah kata yang mengungkapkan reaksi seseorang terhadap suatu perbuatan, pengalaman, atau keberadaan. Jadi, verba behavioral bisa dipahami sebagai jenis kata kerja yang menunjukan respon individu terhadap suatu perbuatan, pengalaman, dan keberadaan sesuatu di dekatnya atau di sekitarnya.
Saat menyusun kalimat, dan subjek digambarkan menyukai sesuatu atau suatu objek. Maka, “menyukai” di dalam kalimat ini adalah salah satu contoh verba behavioral. Contoh lain, jika dalam suatu kalimat subjek digambarkan merasa kecewa dengan tindakan orang dekatnya. Maka, “merasa kecewa” adalah contoh dari verba behavioral.
Penggunaan verba jenis ini disesuaikan dengan konteks dan didasarkan pada apa yang dialami, dirasakan, dan perbuatan subjek tersebut dalam merespon apapun yang terjadi kepadanya. Jadi, kata kerja jenis ini juga bisa menunjukan perbuatan subjek.
Setiap kata di dalam kalimat yang menunjukan hasil berpikir, persepsi, emosi, perasaan, dan hal lain berkaitan dengan mental. Maka kata tersebut dipastikan merupakan verba behavioral. Dimana persepsi, emosi, dan sebagainya ini tidak muncul tiba-tiba. Melainkan ada penyebab atau pemicunya.
Pada saat membahas mengenai kata kerja mental, biasanya akan dikaitkan dengan kata kerja material. Keduanya sama-sama jenis dari kata kerja di dalam bahasa Indonesia. Sehingga kadang membuat orang bingung dalam membedakannya.
Apalagi, kedua jenis kata kerja ini sama-sama menunjukan respon subjek terhadap perbuatan, pengalaman, dan keberadaan suatu objek pada kalimat. Namun, secara garis besar keduanya berbeda dan setidaknya ada tiga aspek yang membedakannya.
Berikut perbedaan kata kerja mental dan material:
Aspek pertama yang menjelaskan perbedaan dua jenis kata kerja ini adalah definisi. Secara sederhana, verba behavioral adalah kata kerja yang menunjukkan aktivitas mental, perasaan, atau persepsi dari subjek dalam kalimat.
Sementara, kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukkan tindakan fisik atau aktivitas nyata yang bisa diamati secara langsung sehingga keduanya sama-sama menunjukan respon subjek.
Namun, pada verba behavioral respon yang diberikan tidak secara fisik. Melainkan lebih kepada emosi, perasaan, persepsi, dan sejenisnya, Sementara pada verba material respon yang diberikan adalah secara fisik. Supaya tidak bingung, berikut penjelasan definisi keduanya dalam contoh kalimat:
Aspek kedua yang menunjukan perbedaan verba mental dengan verba material adalah pada jenis kegiatan subjek atau jenis respon. Sesuai dengan definisi yang sudah dijelaskan, Anda bisa memahami bahwa bentuk respon dari verba mental bersifat mental.
Misalnya perasaan yang dialami, emosi yang dirasakan, dan sebagainya. Dimana kadang tidak terlihat secara fisik. Sebab perasaan dan emosi seseorang bisa diredam, sehingga tidak tampak dari mimik muka maupun gestur tubuh atau sikap sekalipun.
Sementara bentuk respon di dalam verba material adalah berbentuk fisik atau berbentuk tindakan nyata. Subjek di dalam kalimat akan digambarkan melakukan kegiatan fisik yang menunjukan respon mereka terhadap suatu hal atau masalah.
Jadi, jika menjumpai kalimat yang kata kerjanya menunjukan perasaan dan emosi. Maka kata kerja tersebut termasuk verba mental. Sementara kata kerja yang menunjukan tindakan fisik, maka termasuk verba material.
Perbedaan yang ketiga adalah dari aspek bisa tidaknya diamati dan dilihat. Sesuai dengan dua aspek pembeda yang sudah dijelaskan. Maka tentu bisa dipahami bahwa kata kerja mental tidak bisa diamati atau dilihat. Sebab bukan tindakan fisik, melainkan mental.
Meskipun, di lapangan atau kasus nyata di lapangan, respon secara mental masih bisa diamati, yakni melalui mimik muka dan gestur tubuh. Hanya saja tidak sedikit orang yang bisa menahan emosinya sehingga tidak tampak secara fisik sama sekali.
Lain halnya dengan kata kerja material yang menunjukan respon berupa tindakan fisik. Maka tentunya bisa diamati atau dilihat oleh mata. Sebab subjek akan melakukan tindakan fisik yang bisa dilihat dan dipahami siapa saja.
Cara lain yang membantu membedakan antara kata kerja mental dengan material adalah ciri khas yang dimiliki. Secara umum semua jenis kata dalam suatu bahasa memiliki ciri khas yang membuatnya berbeda dengan jenis kata lainnya.
Sama halnya pada verba mental dengan material yang sama-sama memiliki ciri tersendiri. Dikutip melalui Quipper, berikut adalah sejumlah ciri khas dari verba mental secara umum:
Ciri khas yang pertama adalah verba mental menjelaskan ekspresi dari subjek di dalam kalimat. Artinya, kata kerja jenis ini akan menunjukan ekspresi dari subjek. Baik itu dalam bentuk persepsi, mental, perasaan, dan sejenisnya.
Kata yang menunjukan ekspresi misalnya senang, sedih, suka, dan sebagainya. Saat menemukan sebuah kata kerja yang berperan sebagai Predikat dalam kalimat dan menjelaskan ekspresi. Maka kata tersebut dipastikan adalah verba mental.
Ciri khas yang kedua dari verba mental adalah menggunakan kata yang sifatnya mengindra. Artinya, verba mental menggunakan kata kerja yang berhubungan dengan panca indra.
Misalnya indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan. Jadi, ketika menjumpai suatu kalimat dan di dalamnya ada kata kerja yang menjelaskan panca indra. Maka kata tersebut adalah verba mental.
Adapun beberapa contoh kata yang sifatnya mengindra cukup banyak. Diantaranya adalah kata melihat, memandang, mendengar, menyimak, mencium (bau), merasakan, memperhatikan, dan lain sebagainya.
Ciri khas yang ketiga dari verba mental adalah menggunakan frasa atau kosakata yang sifatnya mengindikasi. Artinya, verba mental ditunjukan lewat frasa maupun kata tunggal yang mengindikasikan proses menentukan sikap mental.
Sikap mental disini seperti sikap, pandangan, dan perasaan subjek suatu kalimat. Sehingga verba mental sering ditunjukan dengan adanya penggunaan frasa dan kata tunggal yang menunjukan sikap, pandangan, dan perasaan. Dimana semuanya mengindikasikan adanya proses mental dari subjek.
Misalnya, dalam suatu kalimat ada frasa “merasa kecewa”. Maka subjek pada kalimat tersebut terindikasi mengalami proses mental merasa kecewa atas suatu hal, pada sikap atau perbuatan seseorang, dan sejenisnya.
Ciri khas yang keempat dari kata kerja mental adalah memiliki fenomena sebagai pemicu. Artinya, sesuai penjelasan sebelumnya, verba mental adalah salah satu respon terhadap suatu hal, peristiwa, pengalaman, dan keberadaan.
Sehingga respon tersebut tidak muncul spontan dan seketika, dan dijamin memiliki penyebab. Suatu fenomena, suatu peristiwa, dan sebagainya dicantumkan dalam kalimat untuk menjelaskan penyebab dari sikap mental yang ditunjukan subjek.
Fenomena ini juga bisa dijelaskan di kalimat sebelum dan sesudah kalimat dengan verba mental di dalamnya. Pada intinya, verba mental tidak dicantumkan pada kalimat tanpa menjelaskan penyebab atau pemicunya.
Ciri khas yang kelima atau yang terakhir dari verba mental adalah kata kerja yang umum digunakan dalam keseharian. Artinya, kata kerja jenis ini adalah kata kerja yang paling umum digunakan dalam komunikasi harian. Misalnya komunikasi lisan.
Jadi, sekalipun istilah verba mental masih asing di telinga siapa saja. Apalagi kata kerja umumnya dijelaskan kata kerja saja dan jenis-jenis umum di bangku sekolah. Sehingga tidak sampai ada materi verba mental maupun verba material.
Aktualnya, kata kerja jenis ini yang paling sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Ada cukup banyak contoh verba mental bisa ditemukan dan akan menyadari sering digunakan dalam percakapan dengan orang sekitar.
Anda perlu menyusun kalimat secara efektif agar salah makna, informasi berikut akan membantu Anda saat menyusun kalimat:
Penambahan atau penggunaan kata kerja mental dalam kalimat dan dalam teks atau karya tulis tentunya memiliki fungsi dan tujuan. Ketika kata kerja jenis ini digunakan untuk melengkapi kalimat, maka berikut beberapa fungsinya:
Fungsi yang pertama dari verba mental dalam kalimat adalah menunjukan proses berpikir atau kognisi. Ketika mempelajari verba mental, banyak buku dan referensi akan menyebut kata ini mampu menunjukan kognisi.
Artinya, kata kerja ini digunakan untuk menjelaskan pemahaman subjek pada suatu topik. Misalnya kata mengerti, memahami / paham, mengingat, memikirkan, dan lain sebagainya. Ada proses berpikir dan ditunjukan dengan kata kerja jenis ini.
Fungsi yang kedua dari verba mental adalah menunjukan perasaan atau emosi. Ketika seorang penulis ingin menjelaskan perasaan dan emosi yang dirasakan tokoh atas peristiwa yang dialami dalam cerita yang dibuat. Maka akan menggunakan verba mental.
Hal ini sesuai dengan definisi verba mental sendiri yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dimana bisa dipahami sebagai kata kerja yang menunjukan respon berupa perasaan dan emosi. Misalnya memakai kata kerja bersedih, menangis, tertawa, menyukai, dan sebagainya yang menunjukan perasaan atau emosi.
Fungsi ketiga dari verba mental dalam kalimat adalah untuk menunjukan persepsi. Kata kerja ini sering digunakan untuk membantu menjelaskan pandangan dan penilaian dari subjek terhadap suatu isu, peristiwa, dan hal-hal yang dialami atau diketahuinya.
Ketika ingin menggunakan fungsi ini pada kalimat, maka biasanya akan mencantumkan kata kerja yang menunjukan persepsi subjek. Contohnya kata merasakan, menyentuh (hati atau perasaan), melihat, dan sebagainya.
Fungsi selanjutnya dari verba mental di dalam kalimat adalah untuk menunjukan sikap atau pandangan personal dari subjek. Ketika penulis ingin menjelaskan subjek atau tokoh memiliki sikap tertentu, pandangan pada isu tertentu, dan sebagainya.
Maka akan digunakan verba mental untuk menjelaskan sikap tersebut kepada pembaca. Contoh kata yang menunjukan fungsi ini misalnya percaya, menduga, menganggap, mengira, dan sebagainya.
Sementara jika kata kerja mental masuk dalam karya tulis, misalnya naskah buku seperti naskah novel dan karya tulis lainnya. Maka fungsinya lebih khas dan kompleks, diantaranya:
Dalam karya tulis dan dalam jenis paragraf tertentu, penambahan verba mental bisa berfungsi untuk menggambarkan tokoh. Misalnya, penulis ingin membuat tokoh yang karakternya ceria, penyayang kucing, dan sebagainya.
Maka setiap kata yang menggambarkan watak atau karakter tokoh tersebut biasanya verba mental. Sehingga pembaca bisa ikut memahami karakter khas dari tokoh yang ada dalam buku atau novel yang sedang dibaca.
Fungsi kedua dari verba mental di dalam suatu karya tulis adalah menyampaikan pendapat atau argumen. Ketika menyusun paragraf eksposisi, maka penulis akan menyampaikan pendapat atau argumen sebagai inti pembahasan.
Argumen ini termasuk bentuk atau hasil dari proses berpikir dan mengamati suatu hal atau isu. Kemudian disampaikan kepada orang lain lewat tulisan. Sehingga argumen tersebut umumnya dijelaskan dengan menggunakan verba mental. Berikut contohnya:
“Saya percaya bahwa penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa integrasi teknologi seharusnya menjadi bagian penting dalam sistem pembelajaran modern.”
Fungsi ketiga ketika kata kerja mental ditambahkan dalam paragraf atau karya tulis adalah menjelaskan pengalaman pribadi. Apa yang dirasakan, apa yang dipahami, dan bagaimana menentukan sikap atas pengalaman yang dialami. Bisa dijelaskan dengan verba mental.
Pada saat menulis artikel opini, penulis akan menjelaskan sikap dan pandangannya terkait suatu isu yang menjadi topik utama. Cara menjelaskan sikap dan pandangan tersebut digunakan verba mental.
Membantu lebih memahami lagi apa itu kata kerja mental dan jenis kata yang termasuk di dalamnya. Maka berikut beberapa contohnya dalam kalimat:
Artikel terkait kata kerja :
Pada saat menjadi mahasiswa tentunya akan berhadapan dengan berbagai jenis tugas dari dosen, salah satunya…
Dalam melaksanakan kegiatan mengajar, dosen di Indonesia tentunya ada tahap dimana menyusun rubrik penilaian. Rubrik…
Pernahkah Anda mendengar kata kerja material atau verba material? Dalam bahasa Indonesia, terdapat kelompok kata…
Sudahkah Anda mengetahui cara membuat outline tulisan di Canva? Membuat outline atau kerangka tulisan tidak…
Dalam kegiatan menulis, ada banyak tahapan perlu dilalui dan salah satunya adalah revisi tulisan. Setiap…
Microsoft Excel bisa digunakan untuk kebutuhan menyusun jadwal harian, mingguan, maupun bulanan. Lalu, sudahkah Anda…