Daftar Isi
Setiap bahasa di dunia, termasuk juga bahasa Indonesia memiliki kata sapaan atau nomina sapaan. Dalam bahasa, nomina sapaan termasuk dalam keragaman dari bahasa tersebut dan digunakan untuk mendukung kelancaran komunikasi.
Dalam bahasa Indonesia sendiri, nomina sapaan memiliki fungsi dan bentuk yang sangat beragam. Memahami semua bentuk nomina sapaan tentu penting untuk melancarkan komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis.
Menggunakan nomina sapaan yang tepat juga memberi kesan positif dalam komunikasi tersebut. Misalnya terdengar sopan dan santun. Jadi, memahami apa itu nomina sapaan, fungsi, dan aspek lain sangat penting. Berikut informasinya.
Kata Sapaan
Dikutip melalui artikel ilmiah yang terbit di Jurnal Pendidikan Bahasa yang berjudul “Variasi Kata Sapaan Dalam Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas 12”, kata sapaan adalah uku kata, kata, atau gabungan kata yang dipakai dalam menyapa atau menegur orang yang diajak berbicara atau saling terlibat pada percakapan, dan yang bermacam-macam sesuai karakter hubungan antar penyapa tersebut.
Secara sederhana, kata atau nomina sapaan adalah kata yang digunakan untuk menyapa atau memanggil seseorang yang dimaksud (baik lawan bicara maupun mengajak orang lain untuk berbicara atau membahas suatu hal).
Penggunaan nomina sapaan ini sering terjadi dalam komunikasi sehari-hari. Sebab bisa membantu meningkatkan kesopanan dalam berkomunikasi. Serta memberi alasan praktis, yakni memanggil lawan bicara tanpa perlu menyebut nama lengkapnya.
Sapaan ini juga bisa digunakan ketika seseorang tidak atau belum mengetahui nama lengkap maupun panggilan dari lawan bicara. Nomina sapaan juga bisa digunakan untuk membantu menyebut audiens dalam jumlah besar tanpa perlu menyebut nama satu per satu.
Misalnya dalam pidato yang didengarkan 100 orang, pembicara bisa memakai sapaan untuk audiens yang mendengarkan apa yang akan disampaikan. Sehingga, memahami apa dan bagaimana serta kapan memakai nomina sapaan sangat penting.
Fungsi Kata Sapaan
Keberadaan kata sapaan dalam bahasa Indonesia, tentunya bukan sekedar keragaman bahasa saja. Melainkan ada beberapa fungsi khusus yang dimiliki oleh nomina sapaan ini. Dikutip melalui Kumparan.com, berikut beberapa diantaranya:
1. Menunjukan Rasa Hormat
Fungsi yang pertama dari penggunaan nomina sapaan adalah untuk menunjukan rasa hormat kepada lawan bicara. Rasa hormat ini secara umum perlu ditunjukan kepada siapapun lawan bicara.
Baik yang seumuran, memiliki jabatan dan pangkat yang sama, dan sebagainya. Kemudian, menggunakan nomina sapaan menjadi wajib ketika lawan bicara ada di posisi wajib dihormati.
Misalnya, lawan bicara lebih tua dari segi usia, memiliki jabatan dan pangkat lebih tinggi, dan lain sebagainya. Nomina sapaan membantu menunjukan rasa hormat dengan cara yang lebih tepat. Yakni lewat kata-kata, sehingga menggantikan bentuk hormat lewat membungkuk, bersujud, dan sejenisnya.
2. Sarana Menjalin Keakraban
Fungsi yang kedua dari penggunaan kata sapaan dalam berkomunikasi adalah menjalin keakraban. Dalam suatu kondisi dan situasi, seseorang perlu membangun keakraban dengan audiens atau lawan bicara.
Memanggil nama lengkap, terasa kurang praktis. Jika memanggil dengan nama panggilan, maka ada kekhawatiran terkesan tidak sopan. Oleh sebab itu, menggunakan nomina sapaan menjadi jalan tengah. Tetap sopan dan bisa membangun keakraban.
Misalnya, saat menyapa seseorang untuk bertanya maka bisa menyapanya dengan sapaan “Kak”, “Bu”, “Dik”, dan sejenisnya. Berikut contoh dalam kalimat untuk membangun keakraban dengan nomina sapaan:
- Dik, mau nanya. Ini ruang Kepala Sekolah ke arah mana ya?
- Bu, mohon maaf tadi dompetnya jatuh di kursi tunggu.
3. Cara untuk Menarik Perhatian
Kata sapaan juga memiliki fungsi untuk menjadi cara menarik perhatian lawan bicara. Artinya, nomina sapaan bisa digunakan untuk memanggil seseorang. Sehingga orang yang dipanggil tersebut mendengar dan memberi perhatian pada orang yang memanggilnya.
Dalam kondisi dan situasi tertentu, memanggil seseorang tidak memugkinkan dengan nama karena tidak tahu. Bisa juga terkesan tidak sopan, apalagi yang dipanggil memiliki usia lebih tua. Maka memakai nomina sapaan sering dilakukan.
4. Menunjukan Hubungan Sosial
Kata sapaan juga memiliki fungsi untuk menunjukan hubungan sosial. Hubungan sosial disini memiliki cakupan yang sangat luas. Paling sering adalah hubungan sosial kekerabatan.
Misalnya antara adik dengan kakak, maka ada sapaan “Kak” dan “Dik”. Sapaan ini membantu orang lain memahami hubungan kekerabatan yang dimiliki dua orang di hadapannya. Sehingga meminimalkan salah paham.
5. Mencerminkan Kesopanan
Fungsi terakhir dari nomina sapaan adalah mencerminkan kesopanan. Seseorang yang menggunakan nomina sapaan ketika menyebut lawan bicara, memanggil seseorang, dan dalam situasi sejenis lainnya.
Maka orang tersebut akan terkesan memiliki sopan santun dan tata krama yang baik. Sebab dalam budaya di Indonesia sendiri, memanggil orang lain dengan nama panggilan atau nama lengkap dianggap kurang sopan. Kecuali untuk teman akrab dan untuk komunikasi pribadi bukan di tempat umum untuk acara formal.
Oleh sebab itu, memakai nomina sapaan menjadi kebiasaan baik yang dilakukan oleh semua masyarakat di Indonesia. Sebab menjadi cermin seseorang menjunjung tinggi kesopanan setiap kali berkomunikasi.
Jenis Kata Sapaan
Dikutip melalui Gramedia.com, kata sapaan memiliki jenis yang cukup beragam. Dimana setidaknya ada 9 jenis nomina sapaan. Berikut penjelasan detailnya:
1. Kata Ganti Persona
Jenis nomina sapaan yang pertama adalah kata ganti persona, yaitu kata yang digunakan untuk menggantikan nama orang dalam komunikasi. Sehingga tidak lagi memanggil atau menyebut nama, melainkan digunakan kata ganti persona.
Secara umum, kata ganti persona terbagi lagi menjadi tiga. Yakni kata ganti persona pertama, kata ganti persona kedua, dan kata ganti persona ketiga. Berikut beberapa contohnya:
- Kata ganti persona pertama:
- Tunggal: saya, aku, daku, ku-
- Jamak: kami, kita.
- Kata ganti persona kedua:
- Tunggal: kamu, engkau, anda, dikau, kau-
- Jamak: kalian
- Kata ganti persona ketiga:
- Tunggal: dia, ia, beliau, -nya
- Jamak: mereka.
2. Nama Diri
Jenis nomina sapaan yang kedua adalah nama diri. Nama diri adalah nomina sapaan dengan bentuk menyebut nama dari seseorang atau lawan bicara atau tokoh yang digambarkan dalam cerita.
Contohnya tentu saja penyebutan nama orang atau nama panggilannya. Seperti pada kalimat berikut:
Nama Diri | Kalimat |
Bagas Mahardika | Yang bertanda tangan di bawah ini saya nama (Bagas Mahardika) |
Restu | Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Restu, 28 tahun Sarjana Akuntansi berpengalaman ingin mengajukan lamaran pekerjaan di perusahaan Bapak. |
3. Istilah Kekerabatan
Kata sapaan yang ketiga adalah istilah kekerabatan. Yaitu nomina sapaan yang digunakan untuk merujuk atau menunjukan hubungan darah (kekerabatan). Misalnya ayah, kakak, adik, ibu, bunda, bibi, paman, dan sebagainya. Berikut contoh dalam kalimat:
Kekerabatan | Kalimat |
Saudara/ Saudari | Atas pertimbangan Saudara, saya ucapkan banyak-banyak terima kasih. |
Orang Tua/ Wali Murid | Kami mohon kiranya para Orang Tua/Wali Murid dapat berpartisipasi pada acara tersebut. |
4. Gelar dan Pangkat
Jenis nomina sapaan yang keempat adalah gelar dan pangkat, yaitu nomina sapaan yang didasarkan pada gelar maupun pangkat yang dimiliki oleh seseorang. Gelar disini mencakup gelar kebangsawanan ataupun nonkebangsawanan.
Gelar kebangsawanan seperti Ndara, Raden, Gede, Lale, Bajang, dan Den Mas, dan lain sebagainya. Sementara gelar nonkebangsawanan mencakup akademis dan keagamaan (nonpendidikan). Misalnya Profesor, Doktor, Haji, Kyai, Pendeta, dll.
Sementara berkaitan dengan pangkat dan jabatan, maka terbagi menjadi kata sapaan jabatan dan kata sapaan pangkat. Nomina sapaan jabatan adalah kata-kata yang dipakai untuk menegur orang yang menduduki posisi dalam organisasi, perusahaan, maupun pemerintahan. Contoh: Bupati, Camat, Kadus, Ketua, dan lainnya.
Sementara nomina sapaan pangkat adalah level dalam jabatan kepegawaian, posisi, atau pangkat kebangsawanan dalam komunitas. Contohnya Sersan, Letnan, Kapten, Direktur, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian, Kepala Produksi, dan sebagainya. Berikut contohnya dalam kalimat:
Gelar dan Pangkat | Kalimat |
Doktor (gelar) | Gelar akademik tertinggi diperoleh Hasan Alwi tahun 1990 dalam Program Doktor Bidang Linguistik, Universitas Indonesia. |
Wakil Perdana Menteri Malaysia (pangkat) | Pemulihan hubungan diplomatik tersebut merupakan hasil perundingan yang dilakukan Tun Abdul Razak |
5. Nama Pelaku
Jenis berikutnya adalah nomina sapaan nama pelaku. Nama pelaku dalam konteks nomina sapaan adalah sapaan yang berbentuk pe+ kata kerja. Contohnya pembaca, penonton, pendengar, dan sebagainya.
6. Bentuk Nominal
Jenis selanjutnya adalah bentuk nominal, yaitu nomina sapaan yang memiliki bentuk “N (nominal) + ku”. Contohnya: sayangku, kekasihku, ibuku, Tuhanku, dan sebagainya.
7. Kata Indeks
Selanjutnya adalah kata indeks, yaitu kata yang referennya berpindah–pindah atau berganti–ganti tergantung pada siapa yang menjadi pembicara, waktu dan tempat tersebut dituturkan. Contohnya adalah sapaan disana, disini, disitu, dan sejenisnya.
8. Nominal Lain
Nominal lain adalah jenis kata sapaan yang menunjukan nominal. Misalnya tuan, nyonya, dan sejenisnya.
9. Ciri Nol
Terakhir adalah nomina sapaan jenis ciri nol. Yaitu sapaan yang tidak lagi disertai dengan bentuk kata sapaannya. Sehingga tidak menyebut nama, gelar, pangkat, dan sejenisnya tapi lawan bicaranya jelas dan maknanya pun dipahami.
Misalnya “Sudah mau berangkat?” Meski tidak ada sapaan nama dan sebagainya, tapi lawan bicara sudah paham jika yang ditanya adalah mereka dan bukan orang lain.
Bentuk Kata Sapaan
Tak hanya memiliki banyak jenis, kata sapaan dalam bahasa Indonesia juga memiliki beberapa bentuk. Secara garis besar, bentuk nomina sapaan terbagi menjadi 4. Berikut penjelasannya:
1. Bentuk Kata Sapaan dari Jenis Kelamin
Nomina sapaan dari sisi jenis kelamin adalah sapaan yang menunjukan gender. Misalnya sapaan “Mbak” untuk perempuan muda, dan sapaan “Mas” untuk laki-laki muda. Bisa juga bapak, ibu, dan sebagainya.
2. Bentuk Kata Sapaan dari Umur atau Usia
Bentuk kedua dari nomina sapaan adalah dari sisi umur atau usia. Yaitu bentuk nomina sapaan yang menunjukan tingkatan usia. Misalnya kakak dengan adik, teteh dengan akang, dan sebagainya.
3. Bentuk Kata Sapaan dari Status Sosial
Bentuk ketiga adalah dari sisi status sosial. Yaitu sapaan yang digunakan untuk menunjukan status sosial seseorang. Status sosial disini bisa jabatan, gelar, pekerjaan, dan sebagainya dari lawan bicara. Contohnya Pak RT, Bu Ketua, Bu Lurah, Pak Ustad, dan sebagainya.
4. Bentuk Kata Sapaan dari Kekerabatan
Bentuk yang terakhir adalah sapaan dari sisi kekerabatan. Yaitu sapaan yang digunakan untuk menunjukan adanya hubungan kekerabatan (hubungan darah). Misalnya kakak, adik, ayah, ibu, paman, bibi, dan sebagainya.
Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Sapaan
Penggunaan dan pemilihan kata sapaan dipengaruhi oleh setidaknya 4 faktor. Mulai dari faktor situasi, usia, status sosial, sampai hubungan kekerabatan. Berikut penjelasan rincinya:
1. Situasi
Penggunaan dan pemilihan sapaan dipengaruhi sekali oleh yang namanya situasi dan kondisi. Dalam hal ini, ada dua situasi yakni situasi formal dan informal. Jika berada di situasi formal, maka bisa memakai sapaan gelar dan jabatan, dan sebagainya.
Sementara untuk situasi informal atau santai, maka bisa memakai sapaan nama diri sampai sapaan hubungan kekerabatan. Dalam situasi santai cenderung lebih fleksibel. Misalnya saat mengobrol dengan teman dekat maka akan memakai nama panggilan masing-masing tanpa gelar, pangkat, dan sejenisnya.
2. Usia
Faktor kedua yang mempengaruhi jenis dan bentuk kata sapaan yang digunakan adalah usia. Usia dari lawan bicara akan sangat menentukan jenis sapaan yang akan digunakan. Sehingga menunjukan etika dan kesopanan yang tinggi.
Misalnya, saat berhadapan dengan orang yang lebih muda. Maka bisa menyapanya dengan saudara, adik, teman-teman, dan sejenisnya. Sebaliknya, saat lawan bicara lebih tua maka bisa memakai sapaan pak, bu, kak, dan sejenisnya.
3. Status Sosial
Faktor ketiga yang mempengaruhi bentuk dan jenis kata sapaan yang digunakan adalah status sosial. Status sosial disini mencakup gelar maupun jabatan dan pangkat sampai tingkat ekonomi seseorang.
Meskipun ada orang yang lebih tua, ketika berhadapan dengan orang dengan pangkat lebih tinggi atau orang lebih kaya. Biasanya akan memakai sapaan yang menunjukan rasa hormat.
4. Hubungan Kekerabatan
Faktor terakhir yang menentukan sapaan yang digunakan adalah hubungan kekerabatan. Hubungan keluarga akan menentukan sapaan yang dirasa tepat, lebih sopan, lebih halus, dan sebagainya.
Misalnya, seorang istri akan memanggil suaminya dengan sapaan lebih hormat. Contoh lain, seorang adik akan memanggil kakaknya dengan sapaan lebih hormat. Sementara sang kakak bisa menyapa adiknya dengan menyebut nama panggilan saja.
Penulisan Kata Sapaan dalam Kalimat
Dalam bahasa Indonesia, terdapat aturan mengenai tata cara penulisan kata sapaan dalam kalimat. Aturan tersebut antara lain:
1. Diawali dengan Huruf Kapital
Aturan yang pertama, sapaan selalu diawali dengan huruf kapital. Apapun jenis dan bentuk nomina sapaan yang digunakan. Berikut contohnya dalam kalimat:
- “Selamat pagi, Ibu!”
- “Pak, boleh saya bertanya?”
2. Dipisahkan dengan Tanda Koma (,)
Aturan yang kedua dalam penulisan nomina sapaan pada kalimat adalah dipisahkan oleh tanda koma (,). Jika sapaan ada di bagian depan kalimat, maka setelahnya ada tanda koma. Jika sapaan ada di akhir kalimat, maka sebelumnya ada tanda koma. Berikut contohnya:
- “Selamat pagi, Ibu!” (tanda koma sebelum sapaan)
- “Pak, boleh saya bertanya?” (tanda koma setelah sapaan).
Contoh Kata Sapaan
Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang terdapat kata sapaan di dalamnya yang bisa dijadikan bahan tambahan memahami apa itu nomina sapaan:
- Bapak/Ibu: Atas kehadiran dan doa restu Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.
- Teman sebangku: Bekerja samalah bersama teman sebangku Anda untuk mencari sebuah artikel teks editorial di media massa!
- Hayam Wuruk, Raja Majapahit: Dalam tulisan itu Surabaya tercantum dalam pujasastra tentang perjalanan pesiar tahun 1365 yang dilakukan Hayam Wuruk.
- Sarjana S-1: Pada tahun 1971, Hasan Alwi menyelesaikan pendidikan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia.
- Walikota Surabaya, Soeparno: Versi terakhir, dikeluarkan pada tahun 1975 ketika … menetapkan tanggal 31 Mei 1293 sebagai hari jadi Kota Surabaya.
- Ditjen Dikti: Ditjen Tinggi Patdono Suwignjo mengatakan selain untuk menutupi kekurangan jumlah guru.
Melalui penjelasan di atas, maka tentunya akan memudahkan dalam menentukan kata sapaan yang tepat. Sesuai dengan situasi, kondisi, dan faktor lain yang memang mempengaruhi sapaan yang digunakan. Sehingga komunikasi lancar dan mampu menunjukan sopan santun serta etika yang tinggi.