Daftar Isi
Sudahkah menemukan berbagai contoh kata serapan dari bahasa daerah? Bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu di Indonesia. Sehingga siapa saja di Indonesia bisa berkomunikasi dengan bahasa nasional ini tanpa takut tidak paham.
Hal menarik selain fakta bahwa bahasa Indonesia menjadi mata pelajaran wajib di semua sekolah di Indonesia. Adalah keberadaan kata serapan, baik yang dari bahasa asing sampai bahasa daerah dari berbagai wilayah di tanah air.
Sebelum menelusuri apa saja contoh kata serapan dari bahasa daerah, maka dibahas dulu mengenai apa itu kata serapan. Dalam KBBI, kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.
Sedangkan istilah serapan memiliki definisi sebagai kata yang diserap dari bahasa lain. Sehingga kata serapan adalah unsur bahasa yang diucapkan dan dituliskan yang berasal dari bahasa lain.
Secara sederhana, kata serapan adalah kosakata yang berasal dari bahasa lain dan masuk ke bahasa Indonesia. Dikutip melalui gramedia.com, ada 3 hal yang menjadi penyebab kenapa dalam bahasa Indonesia ada kata serapan. Yaitu:
Sebab yang pertama adalah karena proses adopsi istilah dari bahasa lain, sehingga kata dan istilah ini diambil secara utuh untuk masuk ke bahasa Indonesia tanpa mengalami perubahan. Baik bentuk penulisan maupun dari segi ejaan.
Sebab kedua adalah adanya proses adaptasi, yaitu proses masuknya kata dan istilah dari bahasa lain yang kemudian mengalami penyesuaian dengan ejaan dan aturan penulisan di dalam bahasa Indonesia.
Sebab ketiga adalah karena adanya proses menerjemahkan suatu kata atau pun istilah dari bahasa lain. Sehingga istilah dari bahasa lain tersebut dan hasil terjemahannya masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Misalnya dari kata “online” yang berasal dari bahasa Inggris kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “dalam jaringan”. Kondisi ini kemudian memunculkan akronim daring, kata “daring” adalah baku menurut EYD.
Pelajari lebih lanjut apa itu kata serapan di sini:
Kata dari bahasa lain, baik bahasa dari negara lain dan bahasa daerah di Indonesia, ternyata tidak lantas bisa masuk ke bahasa Indonesia begitu saja. Dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah menyebutkan ada syarat yang harus dipenuhi. Yaitu:
Syarat pertama suatu kata dari bahasa lain bisa masuk ke bahasa Indonesia adalah memiliki konotasi yang sesuai. Secara sederhana, kata dari bahasa lain tersebut memiliki makna yang sesuai dengan makna dalam bahasa Indonesia.
Syarat kedua suatu kata atau kosakata dari bahasa lain bisa masuk ke dalam bahasa Indonesia adalah karena lebih singkat atau ringkas. Jika dibandingkan dengan hasil terjemahannya.
Misalnya saja kata “kantor” dalam bahasa Indonesia yang merupakan kata serapan dari bahasa Belanda, yakni dari kata “kantoor”. Ketika diterjemahkan maka menjadi “ruang kerja”, yang tentu lebih panjang dibanding diterjemahkan apa adanya menjadi “kantor”.
Jadi, selama kata aslinya lebih ringkas, maka akan menjadi kata serapan yang tidak mengalami perubahan. Sekalipun berubah biasanya dari ejaan atau aspek lain agar sesuai dengan ketentuan dalam EYD.
Syarat yang ketiga adalah istilah dari bahasa lain tersebut masuk ke dalam istilah bahasa Indonesia yang memiliki banyak sinonim. Sehingga suatu kata yang sudah punya sinonim cukup banyak nantinya akan bertambah sinonimnya.
Jika membahas mengenai kata serapan, maka tidak hanya ada kosakata dan istilah dari bahasa asing. Melainkan juga dari bahasa daerah, sehingga ada banyak contoh kata serapan dari bahasa daerah yang umum digunakan masyarakat di seluruh Indonesia.
Artinya, beberapa bahasa daerah yang tadinya hanya digunakan untuk komunikasi masyarakat lokal. Kemudian masuk ke bahasa Indonesia, dianggap baku dalam EYD, dan menjadi kosakata di dalam bahasa Indonesia. Sehingga digunakan berkomunikasi secara nasional.
Kosakata dari bahasa daerah ini sudah membaur dengan bahasa Indonesia. Sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa kosakata tersebut masuk kategori kata serapan. Indonesia yang negara berbentuk kepulauan, membuat budayanya sangat kaya.
Selain itu, bahasa yang digunakan masyarakat di setiap daerah meskipun di dalam satu pulau rata-rata khas. Misalnya antara bahasa Jawa yang digunakan masyarakat Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sementara di Jawa Barat mayoritas menggunakan bahasa Sunda.
Masuknya sejumlah kosakata dari bahasa daerah lantas semakin memperkaya kosakata di dalam bahasa Indonesia itu sendiri. Saat ini semakin banyak kosakata dari bahasa daerah yang dipahami maknanya oleh masyarakat di seluruh Indonesia.
Membantu lebih mengenal kata serapan dari bahasa daerah di Indonesia. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa contoh kata serapan dari bahasa daerah yang sudah masuk dan umum digunakan komunikasi lisan dan tulisan oleh masyarakat di Indonesia:
Kata “amblas” adalah dari salah satu kosakata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti “turun” dan “tenggelam” yakni dari kata “ambles”. Kata ini menjadi kata serapan dan mengalami pergeseran makna menjadi “hilang” dan “lenyap”.
Contoh kedua adalah kata “kanceh” yang merupakan bahasa daerah asal Minangkabau. Makna dari kata ini adalah “kerdil” dan “tidak bisa jadi besar”. Kata ini kemudian masuk ke dalam bahasa Indonesia.
Dalam KBBI, kanceh memiliki definisi terhalang pertumbuhannya sehingga menjadi kecil; tidak dapat menjadi besar; terbantut (kerdil). Kata ini menjadi kata serapan yang tidak mengalami perubahan apapun.
Contoh kata serapan dari bahasa daerah yang ketiga adalah kata “asoi” yang berasal dari bahasa Sunda. Arti kata ini adalah “menyenangkan”, dan “bergerak sedikit-dikit”.
Kata asoi kemudian sudah masuk ke dalam bahasa Indonesia, dalam keseharian sering digabungkan dengan kata “geboy”. Adapun makan dalam KBBI, asoi adalah enak; nikmat.
Berikutnya adalah kata “molek” yang berasal dari bahasa daerah masyarakat suku Batak. Artinya adalah “cantik”, “indah”, dan “bagus”. Ketika masuk ke dalam bahasa Indonesia, makna dan aturan penulisan tidak berubah.
Contoh kelima adalah kata “butut” yang berasal dari Jakarta dan menjadi bahasa keseharian masyarakat Betawi. Arti dari kata ini adalah “jelek”, dan “tua”. Dalam keseharian sering digunakan untuk menyebut kendaraan yang sudah tua.
Siapa sangka, kata “santai” juga termasuk contoh kata serapan dari bahasa daerah. Kata ini berasal dari daerah Palembang yang artinya “seenaknya”, dan “tidak bersungguh-sungguh”.
Selanjutnya ada kata “beta” yang ternyata berasal dari bahasa daerah di Ambon. Adapun artinya adalah “aku”, “saya”, dan “orang pertama”. Kosakata ini sendiri sering digunakan dalam karya sastra, seperti puisi sampi syair untuk lagu.
Berikutnya adalah kata “bablas” yang berasal dari bahasa Jawa. Arti dari kata ini adalah “hilang”. Sementara dalam KBBI, bablas definisinya adalah 1) terus; · 2) lenyap (hilang) (Kata kiasan) contoh: ‘uangnya bablas dilarikan orang’.
Kata serapan dari bahasa daerah berikutnya adalah kata “babut” yang berasal dari bahasa Jawa dan memiliki arti “cabut—mencabut, dicabut, dll). Dalam KBBI, babut memiliki definisi sebagai “permadani” dan “karpet”.
Kosakata dari bahasa daerah berikutnya yang masuk ke bahasa Indonesia adalah kata “lugu”. Kata ini berasal dari bahasa Jawa yang artinya “masih polos” dan “tidak tahu apa-apa”.
Dalam KBBI, lugu memiliki definisi tidak banyak tingkah; bersahaja; sewajarnya; apa adanya. Selain itu juga memiliki definisi sebagai “orang dari desa yang belum tahu apa-apa mengenai kehidupan di kota”.
Contoh kata serapan dari bahasa daerah yang selanjutnya adalah kata “lugas” yang berasal dari bahasa Jawa. Artinya adalah “beres”, “tanpa hiasan”, dan “apa adanya”. Ketika masuk ke bahasa Indonesia, makna kata ini bergeser.
Dalam KBBI, lugas memiliki dua definisi. Pertama, mengenai yang pokok-pokok (yang perlu-perlu) saja. Kedua, seperti apa adanya dan tidak berbelit-belit. Sehingga istilah lugas digunakan untuk menunjukan penjelasan yang langsung ke inti masalah.
Contoh selanjutnya kata “majikan” yang berasal dari bahasa Sunda dengan arti “tuan”, “bendahara”, dan “orang kaya”. Kata ini masuk ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi kata serapan.
Mengenai makna, dalam KBBI kata majikan memiliki dua definisi. Pertama, orang atau organisasi yang menyediakan pekerjaan untuk orang lain berdasarkan ikatan kontra. Kedua, orang yang menjadi atasan.
Kata “pangling” juga termasuk kata serapan dari bahasa daerah, yakni dari bahasa Sunda yang artinya “terlihat berbeda”. Dalam KBBI, pangling definisinya adalah sebuah kata yang diucapkan karena tidak mengenal sesuatu lagi.
Contoh selanjutnya adalah kata “nyeri” yang ternyata dari bahasa daerah yakni bahasa Sunda dengan arti “rasa sakit pada badan”. Dalam KBBI, nyeri memiliki arti terasa sakit (seperti ditusuk-tusuk jarum atau dijepit pada bagian tubuh); rasa yang menimbulkan penderitaan.
Contoh berikutnya adalah kata”langka” yang berasal dari bahasa Jawa dengan arti “jarang”. Dalam KBBI, artinya pun sama yakni jarang dengan beberapa penggunaan. Seperti jarang didapat; jarang ditemukan; jarang terjadi.
Selanjutnya adalah kata “ampuh” yang berasal dari bahasa Jawa dengan arti “sakti”. kata ampuh ketika masuk ke dalam bahasa Indonesia memiliki beberapa definisi menurut KBBI. Yaitu:
Kata “mending” juga termasuk contoh kata serapan dari bahasa daerah, yakni dari bahasa Sunda yang memiliki arti “lumayan”. Dalam KBBI, maka kata mending adalah lebih baik (daripada yang lain); agak baik; lumayan.
Siapa sangka, kata “asin” ternyata juga termasuk kata serapan dari bahasa daerah. Yakni dari bahasa Sunda yang artinya “garam”. Dalam KBBI, kata asin memiliki definisi “berasa garam” sehingga menunjukan suatu sensasi bukan kata benda.
Beberapa contoh kata serapan dari bahasa daerah tersebut bisa dikatakan baru segelintir atau sebagian kecil. Sehingga di luar contoh tersebut, masih banyak kata serapan lain yang berasal dari bahasa daerah di Indonesia.
Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan topik dalam artikel ini, jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…