Search
Close this search box.

Mengenal Kelogisan Kalimat dan Tata Cara Cara Menyusunnya

Dalam menyusun karya tulis, kelogisan kalimat perlu diperhatikan. Sehingga pembaca memahami dengan baik isi atau pesan dalam karya tulis tersebut. Sekaligus meningkatkan keterbacaan, dimana para pembaca menikmati proses membaca karya itu sendiri. 

Menyusun kalimat yang logis, sama artinya menyusun kalimat ang efektif. Sebab salah satu kriteria kalimat efektif, adalah kalimat tersebut bersifat logis. Sehingga mudah diterima oleh akal dan kemudian mudah dipahami. 

Meski terdengar sederhana dan mudah diterapkan. Aktualnya, masih banyak penulis yang sering menghasilkan kalimat tidak logis. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor dan tentunya bisa diatasi. Berikut penjelasannya. 

Apa Itu Kelogisan dalam Kalimat?

Mengutip dari artikel ilmiah berjudul “Kelogisan Bahasa: Sebuah Fenomena yang Terabaikan” karya Siti Jubei yang terbit pada jurnal Deiksis. Menjelaskan bahwa kelogisan kalimat adalah fenomena pemanfaatan bahasa yang secara universal dapat diterima dan dipahami bersama oleh masyarakat tutur.

Secara sederhana, kelogisan dalam kalimat adalah menjadikan kalimat tersebut mudah dipahami oleh semua pembaca. Alasan utamanya karena penulis memakai kosakata yang umum digunakan oleh masyarakat. Sehingga kalimat menjadi mudah dipahami. 

Sementara definisi dari Chat GPT versi 4, yang diakses pada 10 Desember 2024 menjelaskan bahwa kelogisan kalimat adalah kualitas atau sifat dari sebuah kalimat yang membuatnya mudah dipahami, sesuai dengan aturan tata bahasa, dan masuk akal secara semantik (makna).

Sehingga suatu kalimat baru bisa disebut logis ketika tidak hanya mudah dipahami. Akan tetapi juga bisa diterima oleh logika atau akal sehat. Kalimat yang tidak logis akan membuatnya susah dipahami. Sehingga kalimat tersebut harus berisi informasi yang mudah dicerna oleh akal logika. 

Syarat Kelogisan dalam Kalimat

Supaya kelogisan kalimat bisa tercapai, maka ada beberapa kriteria yang juga harus terpenuhi oleh kalimat tersebut. Kriteria atau syarat yang dimaksud antara lain: 

1. Tata Bahasa Sudah Benar 

Suatu kalimat akan menjadi logis atau bisa diterima akal logika ketika tata bahasanya baik dan benar. Artinya, kelogisan dari kalimat bisa didapatkan jika susunan atau strukturnya mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. 

Dalam bahasa Indonesia, susunan kalimat terdiri dari empat unsur. Yakni subjek, objek, predikat, dan keterangan. Dalam kalimat pendek, bisa saja hanya terdiri dari subjek kemudian predikat. 

Jadi, kalimat yang disusun bisa menjadi logis selama struktur dasar ini terpenuhi. Minimal dalam kalimat tersebut terdapat subjek dan predikat. Sehingga punya makna dan makna ini bisa ditangkap oleh pembaca. 

2. Adanya Keselarasan Makna 

Syarat yang kedua dari kelogisan kalimat adalah adanya keselarasan makna. Keselarasan makna sendiri adalah makna dari kalimat tersebut sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Artinya memang benar-benar terjadi. 

Misalnya, kalimat “Matahari terbit dari timur”. Kalimat ini logis, karena aktual di lapangan matahari memang terbit dari timur dan terbenam di barat. Lain halnya jika kalimat “Matahari terbit dari dasar laut”. Kalimat ini tidak selaras maknanya dengan aktual di lapangan. 

Jika ingin menyusun kalimat yang tidak punya keselarasan makna. Maka biasanya dituangkan dalam puisi maupun karya tulis fiksi yang sifatnya tidak harus logis. Sebab bisa dibuat berdasarkan fantasi atau hasil imajinasi. 

Misalnya dalam novel Harry Potter, ketika menjelaskan ada peron (jalur kereta api) setengah di stasiun kereta api. Misalnya 9 1/2 . Aktual di lapangan tidak ada peron seperti ini, melainkan di angka bulat. Namun di novel fantasi hal ini sah saja disampaikan penulis. 

3. Konteks Kalimat Jelas 

Syarat ketiga dari kelogisan kalimat adalah konteks dari kalimat tersebut jelas. Artinya, kalimat yang disusun harus memiliki konteks yang jelas dan bisa diterima akal karena terjadi secara nyata di lapangan. 

Misalnya pada kalimat “Ibu memasak di dapur”. Kalimat ini memenuhi syarat konteks kalimat jelas. Sebab aktivitas memasak memang umumnya dilakukan di dapur. Lain halnya jika kalimat disusun menjadi “Ibu memasak di kamar tidur”. Kalimat ini menjadi tidak logis. 

Sebab akan menjadi hal aneh dan tidak sesuai konteks jika aktivitas memasak dilakukan di kamar tidur. Idealnya aktivitas tersebut adalah tidur, baik tidur di siang hari maupun di malam hari. Maka kalimat menjadi logis jika konteks tepat dan jelas. 

Inilah alasan, penulis perlu mencari informasi sebanyak mungkin. Sehingga setiap kalimat yang disusun memiliki konteks yang jelas. Bahkan berlaku untuk penulisan karya nonilmiah seperti novel. Jika penulis menggambarkan tokoh adalah dosen, maka akan menjelaskan mengajarnya di kampus bukan di sekolah. 

4. Sesuai dengan Logika Formal 

Syarat berikutnya untuk memenuhi kelogisan kalimat adalah sesuai dengan logika formal. Logika formal sendiri adalah struktur penalaran dalam sebuah kalimat atau argumen yang mengikuti aturan-aturan logika yang sah dan konsisten. 

Sehingga suatu kalimat mengandung informasi yang saling mendukung. Bukan informasi yang kontradiksi atau saling berseberangan. Misalnya saat penulis membuat kalimat maka bisa menjelaskan pola sebab disusul akibat. 

Contohnya “Hujan turun, maka halaman menjadi basah”. Secara logika formal, hujan yang turun akan membuat bumi basah. Lebih tepatnya permukaan bumi. Oleh sebab itu, ada informasi yang saling mendukung. Yakni hujan dan disusul efek basah yang ditimbulkan. Sebab tidak mungkin hujan turun malah membuat halaman kering. 

Penyebab Kalimat Tidak Logis 

Kelogisan kalimat bisa saja gagal disusun oleh seorang penulis. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal. Beberapa diantaranya adalah: 

1. Kesalahan Struktur Kalimat 

Penyebab yang pertama adalah karena susunan kalimat ada kesalahan. Seperti penjelasan sebelumnya, struktur kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri dari 4 unsur. Minimal bisa dua unsur sudah menjadi kalimat efektif dan logis. 

Namun, memiliki unsur pokok ini saja ternyata tidak cukup. Suatu kalimat akan menjadi logis jika urusan masing-masing unsur benar. Sehingga kalimat punya makna jelas dan bisa dipahami pembaca. 

Contohnya: 

  • Saya makan piring di meja (salah) 
  • Saya makan memakai piring di atas meja (benar) 

2. Adanya Kontradiksi Internal 

Penyebab kedua kalimat menjadi tidak logis adalah karena di dalamnya ada kontradiksi internal. Artinya ada informasi yang saling bertolak belakang atau berseberangan. 

Padahal idealnya, kalimat menjadi logis ketika informasi di dalamnya saling berhubungan dan mendukung. Sehingga relevan dengan aktual di lapangan dan mudah dipahami. Berikut contohnya: 

  • Arif anak orang kaya selalu mengeluh kekurangan uang (salah). 
  • Ari anak orang kaya, tidak pernah mengeluh kekurangan uang (benar). 

3. Pemilihan Kosakata Tidak Tepat 

Penyebab berikutnya kenapa kelogisan kalimat tidak bisa dipenuhi adalah karena salah dalam memilih kosakata atau diksi. Suatu kosakata akan menyempurnakan kalimat selama tepat, sesuai konteks. 

Sayangnya, ada saja penulis yang keliru dalam memilih kosakata sehingga menjadi tidak logis. Hal ini menjadikan kalimat sulit untuk dipahami. Contohnya: 

  • Sampel yang dipilih harus mempresentasikan karakter populasi penelitian. (salah). 
  • Sampel yang dipilih harus merepresentasikan karakter populasi penelitian. (benar). 

4. Penggunaan Tanda Baca yang Keliru 

Kelogisan kalimat juga gagal dipenuhi jika ada kesalahan dalam menggunakan tanda baca. Oleh sebab itu, penting sekali untuk teliti dalam memilih tanda baca dan penempatannya. 

Salah dalam menentukan tanda baca akan membuat makna kalimat tidak jelas. Begitu pula jika penempatannya tidak tepat. Hal ini bisa merubah konteks kalimat dan bahkan bisa menjadikannya ambigu. Berikut contohnya: 

  • Ani bernafas, lega ikan peliharaannya hidup. (salah)
  • Ani bernafas lega, ikan peliharaannya hidup. (benar). 

5. Kalimat Ambigu 

Penyebab kelima adalah kalimat ambigu, yaitu kondisi dimana kalimat memiliki makna lebih dari satu. Hal ini berpotensi membingungkan pembaca. Sehingga kalimat dianggap tidak logis. Berikut contohnya: 

  • Dia pergi ke pasar dengan teman-temannya. (Salah—Siapa yang pergi? Teman-temannya atau dia sendiri?)
  • Dia dengan teman-temanya pergi ke pasar. (benar). 

Contoh Kalimat Logis dan Tidak Logis

Membantu lebih memahami lagi apa itu kelogisan kalimat. Maka berikut adalah beberapa contoh yang bisa dipelajari: 

  1. Dia tidak mengerjakan tugasnya sama sekali, tetapi tetap menyelesaikannya tepat waktu. (tidak logis). 

Dia menyelesaikan tugasnya tepat waktu setelah bekerja keras sepanjang hari. (logis). 

  1. Air mendidih pada suhu 50 derajat Celcius di suhu ruangan. (tidak logis) 

Air mendidih pada suhu 100 derajat Celsius pada tekanan normal. (logis). 

  1. Saya pergi ke dokter, tetapi tidak perlu pemeriksaan apapun. (tidak logis). 

Saya pergi ke dokter untuk memeriksakan kesehatan saya. (logis). 

  1. Saya makan makanan yang tidak sehat setiap hari, tetapi saya selalu merasa sangat sehat. (tidak logis). 

Makan makanan bergizi sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh. (logis).

  1. Saya tidak belajar sama sekali, tetapi tetap mendapatkan nilai terbaik dalam ujian. (tidak logis). 

Saya belajar setiap hari agar bisa lulus ujian dengan nilai bagus. (logis). 

  1. Jalanan selalu kering dan tidak pernah licin meskipun sedang hujan lebat. (tidak logis). 

Musim hujan sering membuat jalanan menjadi licin. (logis). 

  1. Dia tidak berolahraga sama sekali dan tetap memiliki tubuh yang sangat bugar. (tidak logis). 

Dia berolahraga setiap pagi agar tetap sehat dan bugar. (logis). 

Tips Menyusun Kalimat yang Logis

Semua orang bisa menulis kalimat efektif dan memenuhi standar kelogisan kalimat. Tentunya dengan mempelajari tata cara yang tepat dan terus semangat menulis. Sebagai tips, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan: 

1. Memahami Kaidah Struktur Kalimat 

Kelogisan bahasa akan lebih mudah dipenuhi jika kalimat tersebut memenuhi kaidah bahasa. Yakni kaidah mengenai struktur kalimat yang baik dan benar dalam bahasa Indonesia. Seperti penjelasan di awal, yakni mengandung 4 unsur atau 2 diantaranya. 

Jadi, sebelum mulai menulis adalah baiknya mempelajari berbagai kaidah bahasa di dalam bahasa Indonesia. Hal ini akan membantu menyusun kalimat logis dan efektif. Kaidah ini bisa dipelajari dengan banyak membaca dan rutin memanfaatkan EYD sampai KBBI. 

2. Memilih Diksi yang Tepat dan Sesuai

Kalimat yang disusun menjadi tidak logis bisa karena keliru dalam memilih diksi atau kosakata. Dalam bahasa Indonesia sendiri diketahui ada banyak kosakata yang memiliki sinonim. Meski berbeda bentuk, tapi makna sama. 

Namun, meski secara makna memang sama. Ada beberapa kata yang memiliki konteks berbeda dengan sinonimnya. Misalnya kata “bau” yang mengarah ke kontek aroma tak sedap. Bandingkan dengan kata “aroma” maka konteks menjadi positif. 

Oleh sebab itu, pemilihan kosakata harus jeli dan tepat. Sehingga tidak keluar dari konteks dan kelogisan kalimat terjaga. Manfaatkan tools untuk membantu memilih kosakata terbaik. Misalnya KBBI, Tesaurus, dll. 

3. Menghindari Kontradiksi 

Tips yang ketiga adalah selalu menghindari kontradiksi dalam kalimat. Sangat penting untuk membuat kalimat yang menyajikan informasi saling mendukung. Kecuali jika dipisahkan dengan kata hubung. 

Jadi, jika tidak berencana menambahkan kata hubung. Pastikan memilih menyusun kalimat yang tidak kontradiksi. Namun, jika harus membuat kalimat kontradiksi maka tambahkan kata hubung. Misalnya kata tapi, hanya saja, dan sejenisnya. 

4. Memilih dan Menempatkan Tanda Baca dengan Tepat 

Tips yang keempat untuk menjaga kelogisan kalimat adalah memilih dan menempatkan tanda baca dengan tepat. Seperti penjelasan sebelumnya, penempatan tanda baca bisa menghilangkan sifat logis dalam kalimat. 

Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami kapan tanda baca digunakan. Kemudian penempatannya yang ideal harus dimana. Sebab tanda baca yang ditempatkan di tengah kalimat, maka posisinya harus tepat agar tidak mengubah makna kalimat tersebut. Lain halnya dengan tanda baca di akhir kalimat. 

5. Menghindari Pengulangan Kata Berlebihan 

Tips berikutnya adalah selalu berusaha menghindari pengulangan kata dan bahkan sampai berlebihan. Harus dipahami bahwa, adanya pengulangan suatu kata sampai beberapa kali. Justru bisa membuat kalimat yang tadinya logis menjadi tidak logis. 

Pasalnya, penggunaan kata yang sama berulang kali bisa menurunkan efektivitas kalimat. Hal ini akan mempengaruhi kelogisannya, sehingga tidak dianjurkan. Anda bisa menggunakan sinonim untuk mengurangi pengulangan suatu kata. 

6. Menggunakan Kata Hubung yang Tepat 

Bicara mengenai kelogisan kalimat, maka akan ada sangkut pautnya dengan  kata hubung. Salah satu syarat kalimat menjadi logis adalah memiliki informasi yang saling mendukung. Bukan kontradiksi. 

Namun, dengan adanya informasi yang kontra. Kemudian ingin dijadikan satu dalam satu kalimat yang sama. Maka penambahan kata hubung bisa menjadi solusi. Sehingga menghilangkan kontradiksi dari kalimat tersebut. Misalnya: 

  • Ani miskin, sering belanja barang mahal. (salah). 
  • Ani miskin, tapi sering belanja barang mahal. (benar). 

7. Menyusun Kalimat Sederhana dan Pendek 

Tips selanjutnya adalah meminimalkan pembuatan kalimat yang terlalu panjang dan kompleks. Hal ini bisa menurunkan kelogisan kalimat tersebut. Pasalnya, pembaca dan penulis bisa kehilangan fokus. Tanpa sada kalimat menjadi tidak logis. 

Bagi pembaca, kalimat yang terlalu panjang membuat mereka susah fokus dan kesulitan menangkap makna. Hal ini membuat kalimat tersebut dipandang tidak logis dan tidak lagi enak untuk dibaca. Solusinya, adalah menyusun kalimat sederhana dan cenderung pendek. Sehingga lebih mudah memenuhi syarat kelogisan dalam kalimat. 

8. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis 

Tips terakhir adalah meningkatkan kemampuan dalam berpikir logis. Secara sederhana, syarat mutlak dari kalimat logis adalah sesuai dengan aktual di lapangan. Sekaligus menjelaskan informasi yang memiliki fakta di lapangan. 

Jadi, mengasah kemampuan berpikir logis sangat penting. Sehingga membantu penulis menyusun kalimat yang memang logis. Ada banyak cara bisa dilakukan untuk mengasah kemampuan berpikir logis. 

Mulai dari rajin membaca, memperhatikan kondisi di sekitar, aktif berdiskusi, mendengarkan podcast maupun siaran di televisi, dan sebagainya. Semakin banyak informasi dan pengetahuan didapatkan, maka semakin terasah pula kemampuan berpikir logis. 

Itulah beberapa tips yang bisa diterapkan agar kelogisan kalimat bisa selalu dipenuhi. Kalimat yang logis akan menjadikan kualitas karya tulis lebih baik. Hal ini bisa meningkatkan jumlah pembaca dan isinya bermanfaat besar bagi mereka. 

Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Artikel Penulisan Buku Pendidikan