Kesalahan Penggunaan Awalan di: Cara Membedakan dan Contohnya!

kesalahan penggunaan awalan di

Kesalahan Penggunaan Awalan di. Seorang penulis tidak hanya perlu memahami dasar-dasar menulis, tetapi juga perlu memahami penggunaan awalan di dalam sebuah kata atau kalimat. Supaya, penulis terhindar dari kesalahan penggunaan awalan di dalam membuat karya tulisnya.

Karena, banyak orang yang masih sering melakukan kesalahan penggunaan awalan di dalam sebuah kata atau kalimat. Meskipun kesalahan penggunaan awalan di biasanya tidak sampai mengubah makna, tapi ini akan membuat tulisan terlihat rancu.

Jadi, penulis harus bisa membedakan penggunaan awalan di yang dipisah dan digabungkan ketika membuat tulisan. Oleh sebab itu, pelajari fungsi awalan di, contoh kesalahan penggunaan awalan di dan cara membedakan penggunaannya.

Pengertian Awalan di

Awalan atau prefiks adalah sebuah afiks yang ditambahkan atau dibubuhkan pada awal sebuah kata dasar. Kata “awalan” berasal dari bahasa Arab yaitu “awwal” yang berarti awal dan akhiran “-an” adalah pertengahan.

Pada studi bahasa Semitik, awalan disebut dengan performatif karena prefiks bisa mengubah bentuk kata yang dibubuhinya.

Dalam bahasa Indonesia, ada beberapa jenis awalan, yakni awalan se-, di-, me-, meng-, ber-, pe-, per-, ter-, dan ke-.

Awalan di- dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif dan berkaitan dengan bentuk aktifnya yang menggunakan awalan me-.

Kesalahan penggunaan awalan di yang sering terjadi ketika digunakan sebagai kata depan untuk menunjukkan tempat. Seharusnya, penulisan awalan di- untuk menunjukkan tempat dipisah, berbeda dengan penggunaan awalan di- untuk kata kerja yang harus digabungkan.

Contohnya:

  1. Awalan di- untuk kata kerja bentuk pasif, seperti dijual, dipakai.
  2. Awalan di- sebagai kata depan atau preposisi, seperti di sana, di rumah, di bangku.

Cara mudah untuk membedakan penggunaan awalan di sebagai kata kerja pasif dan kata depan adalah melihat jenis kata yang terbentuk. Bila kata yang terbentuk bertujuan sebagai penunjuk tempat, maka harus dipisah. Bila kata yang terbentuk dengan imbuhan di menunjukkan kata kerja, maka harus digabungkan.

Baca Juga: Penggunaan Kata Di Yang Benar

Penggunaan Awalan di yang Baik dan Benar

Seorang penulis harus mengacu kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar ketika menulis sebuah kalimat. Supaya, informasi yang disampaikan melalui tulisan tidak membingungkan, tidak menimbulkan makna ganda dan mudah dipahami pembacanya.

Karena, salah pemilihan kata dan penulisan ejaan bisa menimbulkan makna lain yang mengakibatkan pesan suatu kalimat tak tersampaikan. Salah satunya, penulisan dan penggunaan awalan di- dalam sebuah kata.

Dewasa ini, banyak orang yang masih salah dan kebingungan meletakkan posisi di- sebagai awalan yang baik dan benar.

Menurut Eko Sugiarto dalam Kitab Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) tahun 2017, ada dua macam penggunaan awalan di- dalam sebuah kata.

1. Penggunaan awalan di- sebagai kata depan

Penggunaan imbuhan di- sebagai kata depan harus terpisah dari kata yang mengikutinya. Penggunaan awalan di- sebagai kata depan ini bertujuan menunjukkan tempat, nama, waktu, dan lokasi.

Penggunaan imbuhan di- sebagai kata depan harusnya bisa digantikan dengan kata lain, seperti dari. Contohnya “di sekolah” bisa diganti dengan “dari sekolah.

Satu lagi yang harus diingat, karena sering menjadi kesalahan penggunaan awalan di-, yakni imbuhan di sebagai kata depan tidak bisa diubah menjadi kata kerja aktif yang menggunakan awalan me-. Misalnya, kata “di toko” tidak bisa diubah menjadi “ me toko” yang merupakan kata kerja aktif.

Contoh penggunaan awalan di sebagai kata depan.

  1. Selama pandemi Covid-19, semua pelajar harus belajar di rumah saja. (Benar)

Selama pandemi Covid-19, semua pelajar harus belajar dirumah saja. (Salah)

  1. Ibu meletakkan semua bumbu dapur di lemari gantung. (Benar)

Ibu meletakkan semua bumbu dapur dilemari gantung. (Salah)

  1. Nina berdiri di antara Uti dan Kiki ketika foto buku tahunan. (Benar)

Nina berdiri diantara Uti dan Kiki ketika foto buku tahunan. (Salah)

2. Penggunaan awalan di- sebagai kata kerja

Penulisan imbuhan di- sebagai awalan harus digabungkan dengan kata yang mengikutinya. Penggunaan awalan di- dalam sebuah kata ini akan membentuk kata kerja pasif. Artinya, kata kerja pasif itu bisa diubah menjadi kata kerja aktif yang menggunakan imbuhan me-. Misalnya, kata kerja pasif “dipukul” bisa diubah menjadi kata kerja aktif “memukul”.

Contoh penggunaan awalan di sebagai kata kerja pasif.

  1. Obat dari dokter untuk pasien Covid-19 ini harus diminum rutin sehari 3 kali. (Benar)

Obat dari dokter untuk pasien Covid-19 ini harus di minum rutin sehari 3 kali. (Salah)

  1. Pelipis Budi memar setelah dipukul oleh Adam. (Benar)

Pelipis Budi memar setelah di pukul oleh Adam. (Salah)

  1. Bekal makan siang milikku dari ibu dimakan  bersama teman-teman saat istirahat (Benar)

Bekal makan siang milikku dari ibu di makan bersama teman-teman saat istirahat. (Salah)

Baca Juga: Macam-Macam Kata Kerja dan Contoh Lengkapnya

Kesalahan Penggunaan Awalan di dan Pembenarannya

Penggunaan awalan di- sering kali salah dan keliru antara dipisah dan digabungkan. Sebagian besar orang mungkin belum memahami penggunaan awalan di- yang baik dan benar.

Meskipun penggunaan awalan di- ini terlihat sangat sepele, tetapi penulis harus memahami hal ini lebih detail ketika menulis. Karena, penggunaan awalan di- yang salah bisa menyebabkan sebuah kata atau kalimat itu terlihat rancu. 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), awalan di bisa menjadi kata depan yang harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Awalan di- juga bisa digunakan sebagai pembentuk kata kerja yang harus digabungkan dengan kata yang mengikutinya.

Berikut ini, beberapa contoh kesalahan penggunaan awalan di yang sering ditemui dalam sebuah penulisan.

1. Kesalahan penggunaan awalan di untuk menunjukkan suatu tempat

Penggunaan awalan di untuk menunjukkan suatu tempat biasanya berfungsi sebagai kata depan. Dalam hal ini, awalan di biasanya diikuti oleh kata yang menunjukkan suatu tempat, posisi, waktu atau menanyakan suatu tempat. Karena itu, penulisan awalan di sebagai kata depan harus terpisah dengan kata yang mengikutinya. Berikut ini contoh kesalahan penggunaan awalan di sebagai kata depan dan pembenarannya.

a. Disekolah

Kata di atas adalah kesalahan penggunaan awalan di, karena awalan di- digunakan untuk menunjukkan suatu tempat. Penulisan awalan di- di atas harus dipisah, sebab kata yang mengikutinya tidak bisa diberi imbuhan me-, meng- dan lainnya. Jadi, penulisan yang benar adalah “Di Sekolah”.

b. Dimana

Kata di atas adalah kesalahan penggunaan awalan di, karena awalan di- digunakan untuk kalimat tanya yang mengarah pada suatu tempat. Penulisan awalan di- di atas harus dipisah, sebab kata yang mengikutinya tidak bisa diberi imbuhan me-, meng- dan lainnya. Jadi, penulisan yang benar adalah “Di mana”.

c. Ditengah-tengah

Kata di atas adalah kesalahan penggunaan awalan di, karena awalan di- ini berfungsi menunjukkan posisi atau tempat. Penulisan awalan di- di atas harus dipisah, sebab kata yang mengikutinya tidak bisa diberi imbuhan me-, meng- dan lainnya. Maka, penulisan yang benar harus adalah “Di tengah-tengah”

d. Disana

Kata di atas adalah kesalahan penggunaan awalan di, karena awalan di- ini berfungsi menunjukkan suatu tempat yang jauh. Maka, penulisan awalan di- di atas harus dipisah, sebab kata yang mengikutinya tidak bisa diberi imbuhan me-, meng- dan lainnya. Jadi, penulisan awalan di yang benar dari kata di atas adalah “Di sana”.

e. Disore

Kata di atas termasuk kesalahan penggunaan awalan di, karena awalan di- ini berfungsi menunjukkan waktu. Dalam hal ini, penulisan awalan di- untuk menunjukkan waktu sama seperti yang menunjukkan tempat, yakni dipisah. Sebab, kata dasar yang mengikutinya tidak bisa diberi imbuhan me-, meng- dan lainnya. Maka, penulisan yang benar harus adalah “Di sore”.

Baca Juga: Macam-Macam Kesalahan Penulisan Kata Baku

2. Kesalahan penggunaan awalan di sebagai kata kerja

Penggunaan awalan di sebagai kata kerja pasif maka harus diikuti oleh kata kerja dasar. Penulisan awalan di sebagai kata kerja pasif yang diikuti kata kerja dasar pun harus digabungkan. Karena, kata dasar yang mengikutinya bisa diberi imbuhan lain, seperti me-, meng- dan lainnya. Berikut ini, contoh kesalahan penggunaan awalan di sebagai kata kerja pasif dan pembenarannya.

a. Di pukul

Kata di atas termasuk kesalahan penggunaan awalan di yang berfungsi membentuk kata kerja pasif dari “pukul”. Karena, penulisan awalan di untuk membentuk kata kerja pasif, maka harus digabungkan. Sehingga penulisan awalan di- yang benar dari kata tersebut adalah “dipukul”. Anda masih bisa mengubah awalan di dengan me agar menjadi memukul.

b. Di tendang

Kata di atas termasuk kesalahan penggunaan awalan di yang berfungsi membentuk kata kerja pasif dari “tendang”. Karena, penulisan awalan di untuk membentuk kata kerja pasif, maka harus digabungkan. Sehingga, penulisan awalan di- yang benar dari kata tersebut adalah “ditendang”. Anda masih bisa mengubah awalan di dengan men agar menjadi menendang.

c. Di sikat

Kata di atas termasuk kesalahan penggunaan awalan di yang berfungsi membentuk kata kerja pasif dari “sikat”. Penulisan awalan di untuk membentuk kata kerja pasif harus digabungkan. Maka, penulisan awalan di- yang benar dari kata tersebut adalah “disikat”. Karena, Anda masih bisa mengubah awalan di dengan meny- sehingga menjadi menyikat.

d. Di cintai

Kata di atas adalah kesalahan penggunaan awalan di, karena termasuk bentuk kata kerja pasif. Meskipun cinta adalah sesuatu hal yang tak terbentuk dan tak bisa dilihat, tapi kata “cinta” merupakan kata kerja dasar. Maka, penulisan awalan di untuk membentuk kata kerja pasif ini harus digabungkan, yakni “dicintai”. Karena, Anda masih bisa mengubah awalan di menjadi men-, yakni mencintai.

e. Di abaikan

Kata di atas termasuk kesalahan penggunaan awalan di yang sering terjadi dan terlewatkan. Padahal awalan di di atas diikuti oleh kata kerja “abai”. Maka penulisan awalan di dan kata kerjanya harus digabungkan, yakni “diabaikan”. Sebab, Anda masih bisa mengubah awalan di dengan meng- sehingga menjadi mengabaikan.

Baca Juga: 15 Jenis Kata Hubung Lengkap dengan Contohnya

Cara Membedakan Penggunaan Awalan di yang Dipisah dan Digabungkan

Pada dasarnya, kesalahan penggunaan awalan di biasanya tidak sampai mengubah makna sebuah kata. Tapi, kesalahan ini cukup membuat tulisan terlihat rancu dan tidak profesional ketika diperhatikan oleh pembaca.

Guna menghindari kesalahan penggunaan awalan di dalam sebuah kata atau kalimat, Anda harus bisa membedakan fungsi penggunaannya. Berikut ini, cara paling mudah untuk membedakan penggunaan awalan di yang harus dipisahkan dan digabungkan.

1. Perhatikan kata dasar yang mengikutinya

Cara mudah mengidentifikasi penggunaan awalan di dengan cara dipisah dan digabungkan adalah perhatikan kata dasar yang mengikutinya. Karena, kata dasar yang menggunakan awalan di dengan cara dipisah atau digabungkan sangat berbeda.

Penggunaan awalan di dengan cara digabungkan berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Maka, kata dasar yang mengikuti awalan di sudah pasti kata kerja, seperti ditulis dari kata kerja tulis, dibaca dari kata kerja baca, dan dipotong dari kata kerja potong.

Sedangkan, penggunaan awalan di dengan cara dipisah berfungsi untuk menunjukkan sebuah tempat. Maka, kata dasar yang mengikutinya sudah pasti menunjukkan suatu tempat atau posisi, seperti di luar, di antara, dan di rumah.

Contoh:

  1. Di (awalan) + kejar (kata kerja) = dikejar, bukan di kejar.
  2. Di (awalan) + makam (keterangan tempat) = di makam, bukan dimakam.

2. Gunakan imbuhan lain sebagai pengganti awalan di

Cara paling mudah untuk mengidentifikasi di- sebagai awalan atau kata dasar adalah gunakan kata imbuhan lain untuk mengubah “di”, seperti me-, meng-, meny-, men, mem-.

Bila kata dasar yang menggunakan awalan di tetap bisa bermakna ketika diubah menggunakan imbuhan me- dan lainnya. Maka, penulisan awalan di yang diikuti kata dasar itu harus digabungkan untuk membentuk kata kerja pasif. Misalnya, kata ditulis bisa diubah dengan menulis.

Bila kata dasar dengan awalan di tidak bisa menggunakan imbuhan lain, seperti me-, seperti didapur yang tidak bisa diubah menjadi mendapur, medapur atau lainnya. Artinya, penggunaan awalan di itu berfungsi menunjukkan tempat. Maka, penulisan awalan di untuk menunjukkan tempat harus dipisah. Hal ini bisa membantu menghindari kesalahan penggunaan awalan di.

Contoh:

  1. Dikejar

Penulisan awalan di dan kata kerja di atas harus digabungkan. Karena awalan di bisa diganti dengan imbuhan lain, seperti meng- agar menjadi bentuk kata kerja aktif, yakni mengejar.

  1. Di makam

Penulisan awalan di di atas harus dipisahkan karena berfungsi menunjukkan suatu tempat. Kata dasar yang mengikutinya pun tidak bisa diberi imbuhan lain, seperti me-, meng, mem-, meny- dan sebagainya. Misalnya, memakam yang tidak ada dalam ejaan Bahasa Indonesia.

Contoh Penggunaan Awalan di

Adapun beberapa contoh penulisan yang benar dan kesalahan penggunaan awalan di dalam kata yang masih sering terjadi, berikut ini contohnya.

1. Contoh penggunaan awalan di yang digabungkan

Berikut ini, beberapa contoh penulisan awalan di yang digabungkan untuk menghindari kesalahan penggunaan awalan di.

  1. Dialihkan, bukan di alihkan
  2. Dibeli, bukan di beli
  3. Ditarik, bukan di tarik
  4. Didorong, bukan di dorong
  5. Ditanam, bukan di tanam
  6. Dicegah, bukan di cegah
  7. Dimasak, bukan di masak
  8. Direbus, bukan di rebus
  9. Disimpan, bukan di simpan
  10. Dianjurkan, bukan di anjurkan
  11. Ditempati,  bukan di tempati
  12. Didatangi, bukan di datangi
  13. Dikasihi, bukan di kasihi
  14. Disampingkan, bukan di sampingkan
  15. Disuap, bukan di suap

2. Contoh penggunaan awalan di yang dipisah

Berikut ini, beberapa contoh penulisan awalan di yang dipisah untuk menghindari kesalahan penggunaan awalan di.

  1. Di sebuah, bukan disebuah
  2. Di pagi, bukan dipagi
  3. Di kulkas, bukan dikulkas
  4. Di rumah, bukan dirumah
  5. Di kursi, bukan dikursi
  6. Di sini, bukan disini
  7. Di saat, bukan disaat
  8. Di sekitar, bukan disekitar
  9. Di tempat, bukan ditempat
  10. Di tepi, bukan ditepi
  11. Di dalam, bukan didalam
  12. Di luar, bukan diluar
  13. Di tengah, bukan ditengah
  14. Di kota, bukan dikota
  15. Di malam hari, bukan dimalam hari

Mau menulis tapi waktu Anda terbatas?

Gunakan saja Layanan Parafrase Konversi!

Cukup siapkan naskah penelitian (skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah atau naskah lainnya), kami akan mengonversikan jadi buku yang berpeluang memperoleh nomor ISBN!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan informasi terbaru dari kami seputar promo spesial dan event yang akan datang

logo deepublish

Penerbit Deepublish adalah penerbit buku yang memfokuskan penerbitannya dalam bidang pendidikan, pernah meraih penghargaan sebagai Penerbit Terbaik pada Tahun 2017 oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

Kritik/Saran Pelayanan  : 0811-  2846 – 130

Alamat Kantor

Jl.Rajawali G. Elang 6 No 3 RT/RW 005/033, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I Yogyakarta 55581

Telp/Fax kantor : (0274) 283-6082

E1 Marketing : [email protected]
E2 Marketing : [email protected]

© 2024 All rights reserved | Penerbit Buku Deepublish - CV. Budi Utama