Daftar Isi
Tidak ada gading yang tak retak, sehingga tidak ada yang sempurna di dunia. Hal ini juga berlaku untuk kegiatan penelitian yang dilakukan akademisi maupun peneliti lembaga penelitian, sehingga penting untuk menjelaskan keterbatasan penelitian yang dilakukan.
Sesuai dengan namanya, keterbatasan ini menunjukan sisi kelemahan dari penelitian yang dilakukan. Sebab dalam prakteknya, kegiatan penelitian memang berhadapan dengan sejumlah keterbatasan dan penting untuk dijelaskan. Lalu, bagaimana membuatnya?
Dikutip melalui laman Dunia Kampus, keterbatasan penelitian adalah sebuah kalimat yang ditulis untuk menjelaskan bahwa penelitian yang dikerjakan oleh peneliti masih belum sempurna, terdapat kelemahan, kekurangan dan keterbatasan.
Seperti penjelasan di awal, kegiatan penelitian tentu akan menjumpai berbagai kendala atau hambatan. Sehingga memberi keterbatasan pada pelaksanaan penelitian tersebut. Mulai dari keterbatasan pendanaan, sumber atau partisipan, SDM, dan lain sebagainya.
Keterbatasan tersebut tentunya akan mempengaruhi proses dan hasil penelitian yang didapatkan. Sehingga penting untuk disampaikan di laporan hasil penelitian dan publikasinya.
Namun, isi dari keterbatasan tersebut tidak hanya berupa kalimat pendek. Melainkan harus diberi penjelasan dengan deskripsi yang jelas dan mudah dipahami. Serta diikuti dengan pembuktian lewat penjelasan dampaknya ke proses dan hasil penelitian yang didapatkan.
Meskipun mencantumkan keterbatasan penelitian sama artinya menunjukan kelemahan atas penelitian yang dilakukan. Namun langkah ini adalah langkah yang tepat dan secara aturan dalam dunia penelitian memang wajib dicantumkan atau dijelaskan.
Lalu, apa kira-kira alasan keterbatasan ini perlu disampaikan ke publik? Bukankah akan menimbulkan kesan jika penelitian yang dilakukan tidak maksimal dan hasilnya dianggap tidak kredibel?
Ada banyak alasan yang membuat keterbatasan dalam penelitian tidak hanya menjadi data pribadi peneliti, melainkan disampaikan ke publik. Alasan tersebut antara lain:
Alasan yang pertama kenapa keterbatasan dalam penelitian perlu disampaikan adalah sebagai bentuk kerendahan hati peneliti. Seperti yang diketahui, bahwa di dunia ini memang tidak ada yang sempurna.
Merasa sudah sempurna, detail, rinci, dan sebagainya belum tentu semua hal berjalan dengan baik. Sebab ada kalanya beberapa hal meleset dari rencana atau perkiraan dan memberi pengaruh pada apa yang dilakukan. Penelitian pun demikian.
Sengaja tidak mencantumkan keterbatasan dari penelitian justru menunjukan kesombongan dan sesuatu yang berlebihan. Sebaliknya, saat peneliti menyadari kekurangan dan kelemahan dari penelitian yang dilakukan.
Maka hal ini menjadi bentuk kerendahan hati yang membantu mendapat respek dari semua pihak. Kerja keras Anda dan hasil publikasi ilmiah akan dihargai oleh para pembaca dan peneliti lainnya.
Alasan kedua kenapa keterbatasan penelitian perlu dicantumkan atau disampaikan adalah karena menjadi bagian dari batasan masalah. Dalam penelitian, inti dari apa yang diteliti adalah sebuah masalah.
Satu masalah tersebut kemudian bisa menyebabkan adanya masalah dalam proses penelitiannya. Ketika menjelaskan keterbatasan yang menjadi masalah tersebut, maka sama artinya sudah memberi batasan pada penelitian.
Sebab kendala dalam penelitian adalah hal normal dan seringnya perlu diabaikan untuk tetap fokus. Jadi, dengan menyampaikan hal ini kepada publik luas, Anda juga ikut menjelaskan batasan masalah yang diteliti.
Salah satu prinsip dalam etika penelitian dan publikasi ilmiah adalah kejujuran. Kejujuran ini tidak hanya berbentuk mencantumkan data sesuai yang didapatkan di lapangan sepanjang penelitian.
Akan tetapi juga mencakup mampu bersikap jujur atas kelemahan dari penelitian yang dilakukan. Jika memang data terbatas, maka sampaikan apa adanya. Jika memang ada keterbatasan biaya, maka jelaskan apa adanya juga.
Hal ini akan membantu pembaca dan peneliti lain memahami keterbatasan dari suatu penelitian untuk sebuah topik. Sehingga membantu mereka memahami kondisi selama penelitian berlangsung, hasil penelitiannya, dan sebagainya.
Mencantumkan keterbatasan penelitian adalah salah satu bentuk kontribusi peneliti untuk mendukung penelitian lanjutan. Suatu penelitian dijamin memiliki kekurangan, dan di masa mendatang kekurangan ini akan diatasi oleh peneliti lainnya.
Dengan dukungan teknologi yang lebih baik, peralatan penelitian yang lebih lengkap, pendanaan yang lebih baik, dan sebagainya. Maka kekurangan yang dialami peneliti sebelumnya berhasil diatasi dan menyempurnakan hasil penelitian.
Suatu mobil tidak langsung bisa melaju dengan kecepatan 100 km per jam. Ketika pertama kali ditemukan, mobil memiliki kecepatan sekitar 10 km per jam dan terus dikembangkan hingga mencapai kecepatan seperti sekarang. Inilah contoh pemanfaatan keterbatasan dalam penelitian sebelumnya.
Alasan terakhir kenapa keterbatasan penelitian perlu dicantumkan adalah menjadikan pembahasan dan hasil penelitian lebih mudah dipahami. Adanya keterbatasan yang dijelaskan membantu peneliti menjelaskan data dan hasil penelitian dengan lebih mudah.
Misalnya penyajian data penelitian dalam bentuk tabel, maka akan dibuat apa adanya sesuai dengan jumlah responden maupun data dari narasumber. Sehingga tidak akan memunculkan pertanyaan kenapa datanya sedikit, kenapa hanya ada jawaban A, dan sejenisnya.
Setelah paham betul arti penting menjelaskan dan mencantumkan keterbatasan penelitian dalam laporan maupun publikasi hasil penelitian. Maka, para peneliti juga harus paham bagaimana tata cara membuat keterbatasan tersebut dalam karya tulis ilmiah.
Terdapat beberapa tahapan yang perlu dilalui untuk menyusun kalimat keterbatasan riset dengan baik. Berikut tahapan dalam cara menulis keterbatasan penelitian tersebut:
Tahap pertama dalam membuat keterbatasan riset adalah mengidentifikasi kendala dalam penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, Anda tentu memiliki susunan rencana penelitian.
Dalam penerapan atau pelaksanaan rencana tersebut, tentu akan menghadapi beberapa kendala. Beberapa mungkin perlu diusahakan lebih keras, beberapa lagi mungkin berhadapan dengan hal-hal di luar rencana.
Kendala-kendala ini besar kemungkinan akan mempengaruhi hasil penelitian. Maka pahami betul apa saja kendala yang dihadapi dan kendala inilah yang nantinya menjadi keterbatasan dari penelitian yang dilakukan.
Sebagai contoh, Anda sebenarnya membutuhkan responden setidaknya 50 orang. Namun aktual di lapangan hanya menemukan 20 responden. Keterbatasan jumlah ini tentu mempengaruhi data penelitian dan analisisnya.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, keterbatasan penelitian bukan hanya menyebutkan ada tidaknya kendala dalam penelitian. Melainkan mendeskripsikan kendala tersebut dan dampak atau pengaruhnya pada penelitian.
Jadi, pada tahap kedua dalam menyusun keterbatasan dari penelitian yang dilakukan adalah mulai menyusun kalimat penjelas. Mulailah dengan mendeskripsikan kendala tersebut dan jelaskan dampaknya pada penelitian.
Misalnya, saat jumlah responden lebih sedikit dari rencana penelitian yang disusun. Maka akan mendapatkan data dalam jumlah terbatas, sehingga akan mempengaruhi analisis data dan penarikan kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Tahap akhir dari menyusun kalimat keterbatasan penelitian adalah membaca ulang susunan kalimat tersebut. Kemudian melakukan pengeditan sesuai dengan kebutuhan.
Misalnya merasa ada kata yang tidak lengkap, maka bisa dilengkapi. Jika dirasa ada kesalahan dalam pemilihan tanda baca, maka bisa segera diperbaiki. Tujuannya agar mudah dipahami oleh para pembaca dan tidak menimbulkan masalah di masa mendatang.
Tahapan tersebut menjadi cara mencari dan menyusun keterbatasan dalam kegiatan penelitian. Jika bingung maka bisa melihat beberapa contoh dari publikasi ilmiah, sebab semua karya tulis ilmiah berisi hasil penelitian akan ada bagian yang menjelaskan keterbatasan riset.
Lalu, dimana keterbatasan riset perlu dicantumkan? Secara umum bagian ini masuk ke bab terakhir, yakni bab penutup. Biasanya ditempatkan setelah poin kesimpulan dan saran. Adapun bentuknya bisa teks atau paragraf maupun dibuat penomoran atau poin-poin.
Membantu lebih memahami apa itu keterbatasan dalam penelitian, bagaimana menyusunnya, dan harus ditempatkan dimana di karya tulis ilmiah. Maka berikut beberapa contoh keterbatasan riset dari sejumlah karya tulis ilmiah dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif:
Bab V
Penutup
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut, antara lain:
Bab V
Penutup
Keterbatasan Penelitian
Dalam proses melakukan penelitian ini, terdapat keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu:
Itulah penjelasan rinci mengenai apa itu keterbatasan penelitian dan bagaimana menyusunnya dengan baik dalam karya tulis ilmiah. Pemahaman ini membantu menjalankan penelitian dengan baik dan memenuhi etika penelitian sampai publikasi ilmiah.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…