Kuesioner Terbuka dan Cara Menganalisis Jawaban Responden

Ada banyak pilihan metode pengumpulan data dalam penelitian, salah satunya lewat kuesioner terbuka. Kuesioner jenis terbuka menjadi salah satu jenis kuesioner, selain kuesioner tertutup. 

Kuesioner jenis terbuka bisa dipertimbangkan oleh peneliti untuk mendapatkan data kualitatif yang mendalam. Meskipun pada prakteknya, kuesioner jenis ini juga cocok untuk mendapatkan data yang bersifat kuantitatif. 

Kuesioner ini tentunya perlu dipahami mendalam. Termasuk kelebihan dan kekurangan agar bisa menimbang tepat tidaknya memakai jenis ini. Jika Anda peneliti dan masih bimbang harus memakai kuesioner ini atau jenis lain. Maka bisa menyimak penjelasan berikut. 

Kuesioner Terbuka

Dikutip melalui website Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie, kuesioner adalah alat pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang disusun secara sistematis untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner sering digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.

Kuesioner menjadi salah satu metode pengumpulan data yang jamak dipilih oleh peneliti. Sebab bisa menjangkau lebih banyak responden dalam tempo singkat. Pasalnya, kuesioner bisa dibuat dan dibagikan secara daring. 

Jika dilihat dari segi bentuk pertanyaan, kuesioner terbagi menjadi dua. Yakni kuesioner tertutup dan terbuka. Kuesioner terbuka adalah alat pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis dengan jawaban berbentuk esai atau narasi panjang. 

Analoginya, seperti soal ujian anak sekolah. Dimana ada soal berbentuk pilihan ganda, dan ada pula soal isian. Kuesioner jenis terbuka adalah soal dalam bentuk isian. Dimana jawaban dari narasumber berbentuk teks atau narasi. 

Sementara kuesioner tertutup adalah kebalikannya. Kuesioner jenis ini menyediakan pilihan jawaban. Sehingga narasumber tinggal memilih jawaban mana yang dirasa paling sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dan rasakan. 

Perbedaan Kuesioner Terbuka dan Kuesioner Tertutup

Melalui penjelasan sebelumnya, tentu sudah memiliki gambaran mengenai perbedaan kuesioner terbuka dan tertutup. Namun, untuk lebih jelasnya berikut adalah ragam perbedaan keduanya dilihat dari beberapa aspek: 

1. Format Pertanyaan

Perbedaan yang pertama adalah dilihat dari aspek format pertanyaan. Dikutip melalui Ebizmark, pertanyaan pada kuesioner jenis terbuka memakai prinsip 5W+1H. Sehingga pertanyaan membutuhkan jawaban lebih detail dari responden. 

Sehingga bentuk pertanyaan adalah esai atau paragraf. Artinya, dalam menjawab pertanyaan dari peneliti seorang responden perlu membuat esai pendek. Supaya jawaban lebih terstruktur dan mudah dianalisis, peneliti bisa memberi batasan. Misalnya menetapkan jawaban maksimal 50 kata. 

Sementara pada model pertanyaan di kuesioner tertutup adalah selalu diawali dengan apa, siapa, kapan, dan di mana. Model jawaban pun sudah disediakan oleh peneliti. Sehingga responden cukup memilih jawaban yang dirasa paling mewakili. 

2. Jenis Jawaban 

Salah satu aspek yang membedakan kuesioner terbuka dengan tertutup adalah pada jenis jawaban yang diharapkan peneliti. Pada kuesioner jenis terbuka, peneliti memberi kebebasan kepada responden dalam memberi jawaban. Pada kondisi ini, peneliti ingin mendapatkan jawaban yang lebih lengkap. Sehingga membutuhkan pendapat dan pandangan responden. 

Sementara pada kuesioner tertutup, jenis jawaban adalah tetap atau terikat. Sehingga responden tidak memiliki kebebasan dalam memberi jawaban. Sebab hanya bisa memilih jawaban yang sudah disediakan oleh peneliti. 

3. Kemudahan Analisis 

Aspek ketiga yang menjelaskan perbedaan antara kuesioner terbuka dengan kuesioner tertutup adalah pada kemudahan analisis. Mengacu pada jenis jawaban pada kuesioner, maka analisis kuesioner jenis terbuka lebih sulit. 

Sebab jawaban dari responden akan khas dan berbeda satu sama lain. Selain itu, juga berbentuk esai pendek. Sehingga dibutuhkan analisis lebih mendalam dan memakan waktu lama. 

Lain halnya dengan kuesioner tertutup, dimana jawaban sudah pasti dan bisa diukur. Selain itu, data dari responden juga cenderung kuantitatif. Sehingga proses analisis lebih mudah dan cenderung lebih cepat. 

4. Kedalaman Informasi 

Perbedaan yang keempat adalah dari aspek kedalaman informasi. Kuesioner terbuka yang membebaskan responden dalam menjelaskan jawabannya. Sudah tentu memberi informasi lebih detail dan mendalam. 

Berbeda dengan kuesioner tertutup, dimana jawaban sudah saklek dan tidak bisa diubah. Kondisi ini membuat informasi yang didapat tidak sedalam dan sedetail kuesioner jenis terbuka. Sebab responden tidak punya kesempatan memberi informasi lebih. 

5. Jenis Penelitian 

Perbedaan berikutnya adalah pada aspek jenis penelitian. Secara garis besar, penelitian terbagi menjadi dua. Yaki penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kuesioner bisa diterapkan di kedua jenis penelitian tersebut. 

Hanya saja, kuesioner terbuka lebih cocok untuk penelitian kualitatif. Dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi lebih rinci mengenai suatu fenomena. Semenara kuesioner terututp lebih cocok untuk penelitian kuantitatif. 

Jadi, jika peneliti ingin menggali informasi dengan mendapatkan pandangan dari responden secara personal. Maka kuesioner jenis terbuka lebih ideal dipilih. Namun, jika peneliti membutuhkan data kuantitatif untuk penelitian kuantitatif, maka kuesioner tertutup lebih tepat untuk dipilih. 

Kelebihan dan Kekurangan Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka maupun tertutup, sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Hal ini tentu menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk menentukan yang mana. Pada kuesioner jenis terbuka, terdapat kelebihan sebagai berikut: 

1. Membantu Mendapat Informasi yang Mendalam 

Kelebihan yang pertama dari kuesioner jenis ini adalah membantu peneliti mendapat informasi lebih mendalam. Sebab ada informasi yang lebih rinci bisa diberikan responden. Hal ini terjadi karena jawaban dalam bentuk teks, esai, atau narasi. 

Bagi peneliti, informasi yang lebih detail dan mendalam tentu penting. Hal ini membantu mendapatkan data lebih lengkap dan beragam. Sehingga menghasilkan kesimpulan yang lebih tepat atau minim bias (kesalahan). 

2. Memberi Kebebasan pada Responden dalam Menjawab 

Kelebihan yang kedua adalah responden mendapat kebebasan dalam menjawab atau memberi informasi. Jawaban dalam bentuk isian atau esai, memudahkan responden memberi jawaban terbaik mereka. 

Sekaligus memberikan penjelasan yang lebih untuk menguatkan jawaban yang disampaikan. Bagi responden,kebebasan ini membantu mereka menjelaskan lebih tepat mengenai pendapat atau preferensi mereka. 

3. Cocok untuk Eksplorasi Ide dan Isu Kompleks 

Peneliti tentu kesulitan mendapat data yang detail mengenai isu kompleks maupun dalam penelitian eksplorasi. Mengatasi hal ini, maka bisa menggunakan kuesioner jenis terbuka untuk pengumpulan data. 

Kuesioner jenis ini membantu peneliti melakukan eksplorasi lebih mendalam pada topik-topik penelitian yang rumit. Serta penelitian yang mengusung isu kompleks, sehingga tidak cukup hanya mengandalkan data berupa jawaban sederhana dari responden. Contoh isu kompleks seperti topik perubahan iklim, krisis air bersih, dll. 

Sementara untuk kekurangan, kuesioner terbuka memiliki beberapa poin berikut untuk diperhatikan para peneliti: 

1. Data Sulit untuk Dianalisis 

Meskipun peneliti bisa mendapatkan informasi lebih dalam mengenai topik atau isu yang diteliti. Namun, jawaban dari responden yang berupa teks atau esai cenderung sulit dianalisis. 

Semakin banyak responden, semakin beragam jawaban yang diberikan. Hal ini tentu memberi tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding kuesioner tertutup. Oleh sebab itu, kuesioner ini bisa dipilih jika siap melakukan analisis data yang rumit dan kompleks. 

2. Membutuhkan Waktu Lama 

Kekurangan berikutnya adalah salah satu efek dari kekurangan di penjelasan sebelumnya. Analisis yang rumit dan sulit, tentu membutuhkan waktu lebih. Alhasil kuesioner ini membuat penelitian memakan waktu lebih lama. 

Jadi, perlu memperhatikan durasi penelitian, apakah sesuai dan mendukung untuk memakai kuesioner ini. Apalagi jika peneliti mendapatkan hibah untuk penelitian yang sedang dilakukan. 

Contoh Pertanyaan Kuesioner Terbuka

Berikut adalah beberapa contoh pertanyaan yang sesuai dengan ciri khas dari pertanyaan kuesioner terbuka: 

  1. Topik Kepuasan Pelanggan 
  • “Apa yang Anda sukai dari produk atau layanan kami?”
  • “Bagaimana menurut Anda cara kami dapat meningkatkan kualitas layanan?”
  1. Topik Pendidikan 
  • “Apa saja tantangan yang Anda hadapi dalam proses belajar mengajar?”
  • “Bagaimana pendapat Anda tentang metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah ini?”
  1. Topik Teknologi 
  • “Bagaimana pengalaman Anda menggunakan aplikasi atau platform digital ini?”
  • “Menurut Anda, apa fitur yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kenyamanan pengguna?”
  1. Topik Kesehatan dan Gaya Hidup 
  • “Apa saja hambatan yang Anda hadapi untuk menjaga pola hidup sehat?”
  • “Bagaimana pendapat Anda tentang fasilitas kesehatan yang tersedia di daerah Anda?”
  1. Topik Lingkungan 
  • “Apa pendapat Anda tentang upaya pemerintah dalam mengatasi perubahan iklim?”
  • “Bagaimana cara Anda pribadi berkontribusi untuk menjaga lingkungan?”

Dalam menyusun pertanyaan untuk kuesioner jenis terbuka, ada beberapa tips bisa diterapkan. Diantaranya adalah: 

1. Pertanyaan Jelas dan Bisa Dipahami 

Pertanyaan di dalam kuesioner jenis ini dan jenis lainnya, wajib mudah dipahami dan jelas. Gunakan kalimat pendek untuk setiap pertanyaan dan merupakan kalimat efektif. Jadi, minimalkan penyusunan pertanyaan panjang karena responden rentan bingung atau sulit memahaminya. 

2. Jumlah Pertanyaan Tidak Berlebihan 

Tips yang kedua, pastikan jumlah pertanyaan cukup. Hindari memberikan terlalu banyak pertanyaan, apalagi sampai ada yang mirip. Kuesioner ini bertujuan mendapatkan data, bukan psikotes dalam rekrutmen kerja. Jadi, jumlah pertanyaan lebih baik dibuat pas. Artinya tidak kurang dan tidak juga berlebihan. 

3. Menyediakan Ruang Menjawab yang Cukup 

Berikan ruang kepada responden untuk memberikan jawaban. Misalnya, lembar kuesioner disediakan ruang yang cukup untuk jawaban 100 kata. Kemudian, berikan batas maksimal jawaban yang dirasa cukup. Jangan terlalu sedikit, misalnya maksimal 25 kata. Hal ini membuat responden bingung menyusun jawaban. 

Cara Mengolah Data Kuesioner Terbuka

Hal penting yang perlu dipahami para peneliti tentu saja tata cara mengolah data kuesioner terbuka. Mengolah data untuk kuesioner jenis ini perlu tahapan yang jelas dan terstruktur, sehingga lebih mudah dan tidak memakan waktu terlalu lama. 

Secara umum, akan ada 5 tahapan dalam mengolah data dari kuesioner jenis terbuka. Berikut penjelasannya: 

1. Membaca dan Memahami Jawaban Responden 

Tahap pertama dalam mengolah data dari kuesioner jenis ini adalah membaca dan memahami jawaban. Pada tahap ini, peneliti mengawalinya dengan membaca seluruh jawaban responden. Kemudian menyaringnya. Jika mendapati jawaban tidak relevan atau tidak dijawab responden, maka bisa dihapus dari tahap berikutnya. 

2. Mengelompokkan Data (Koding) 

Tahap kedua adalah mengelompokkan data atau disebut dengan istilah tahap koding. Dalam pengumpulan data dari kuesioner, tahap ini adalah tahap wajib. Data yang sudah dipahami dan dirasa relevan dengan topik penelitian lalu dikelompokan. 

Pengelompokan diawali dengan membuat variabel yang diteliti, kemudian menentukan kategori pengelompokan, baru ditentukan data yang masuk di masing-masing kategori. Proses ini bisa dikerjakan manual, bisa juga memakai tools seperti NVivo atau yang lainnya. 

3. Menganalisis Data 

Tahap ketiga adalah menganalisis data yang sudah dikelompokkan. Pada tahap ini akan ada setidaknya tiga hal yang dilakukan peneliti. Yaitu: 

  1. Menghitung frekuensi: menghitung berapa kali setiap kategori muncul untuk mengetahui tema (kategori) yang paling sering dibicarakan (jawaban sama).
  2. Melakukan analisis tematik: meneliti hubungan antara tema dengan pola dalam jawaban. 
  3. Melakukan analisis mendalam: dilakukan untuk mendapatkan wawasan atau informasi tambahan yang dirasa diperlukan. 

4. Menyajikan Hasil Analisis Data 

Tahap keempat adalah menyajikan hasil analisis data. Dalam tahap ini, peneliti akan menyusun data dalam versi tervisualisasi. Bisa menggunakan tabel frekuensi, diagram batang, maupun diagram lingkaran. 

5. Menarik Kesimpulan 

Tahap terakhir adalah menarik kesimpulan. Data yang sudah divisualisasikan akan lebih mudah dibaca dan dipahami. Sehingga perlu ditarik kesimpulan untuk membantu analisis seluruh data penelitian. Dimana biasanya data tidak hanya bersumber dari kuesioner, bisa dari wawancara dan metode lainnya. 

Supaya lebih mudah memahami tahapan yang dijelaskan di atas, maka berikut adalah contoh kasusnya: 

Pertanyaan:
“Apa yang Anda sukai dari layanan restoran kami?”

Jawaban Responden:

  1. “Pelayanan cepat dan stafnya ramah.”
  2. “Makanannya enak, terutama menu tradisionalnya.”
  3. “Harganya terjangkau dibanding restoran lain.”
  4. “Tempatnya nyaman untuk keluarga.”
  5. “Pelayanan sangat ramah dan profesional.”
  6. “Pilihan menu cukup banyak dan variatif.”
  7. “Tempatnya bersih dan suasananya tenang.”

Langkah Mengolah Data: 

  1. Membaca dan Memahami Jawaban Responden

Berdasarkan jawaban, tema-tema yang muncul adalah:

  1. Pelayanan
  • Cepat
  • Ramah
  • Profesional
  1. Kualitas Makanan 
  • Enak
  • Menu tradisional
  • Variatif
  1. Harga
  • Terjangkau. 
  1. Tempat
  • Nyaman
  • Bersih
  • Cocok untuk keluarga
  1. Mengelompokkan Data

Jawaban responden dikelompokkan ke dalam tema:

  1. Pelayanan 
  • “Pelayanan cepat dan stafnya ramah.”
  • “Pelayanan sangat ramah dan profesional.”
  1. Kualitas Makanan 
  • “Makanannya enak, terutama menu tradisionalnya.”
  • “Pilihan menu cukup banyak dan variatif.”
  1. Harga 
  • “Harganya terjangkau dibanding restoran lain.”
  1. Tempat 
  • “Tempatnya nyaman untuk keluarga.”
  • “Tempatnya bersih dan suasananya tenang.”
  1. Menganalisis Data 
TemaFrekuensi
Pelayanan 3
Kualitas Makanan 3
Harga 1
Tempat 2
  1. Menyajikan Hasil Analisis Data

Temuan: 

  1. Pelayanan (3 responden):

Banyak responden memuji pelayanan yang cepat, ramah, dan profesional. Hal ini menunjukkan bahwa aspek pelayanan menjadi salah satu kekuatan utama restoran.

  1. Kualitas Makanan (3 responden):

Responden menyukai rasa makanan, terutama menu tradisional, dan variasi menu yang ditawarkan. Ini menjadi poin penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas makanan.

  1. Harga (1 responden):

Harga yang terjangkau disebutkan oleh salah satu responden, menunjukkan bahwa nilai ekonomis juga menjadi daya tarik restoran.

  1. Tempat (2 responden):

Responden mengapresiasi kenyamanan dan kebersihan tempat, yang dianggap cocok untuk keluarga dan menciptakan suasana yang tenang.

  1. Menarik Kesimpulan 

Restoran memiliki keunggulan pada aspek pelayanan, kualitas makanan, dan kenyamanan tempat. Namun, untuk menarik lebih banyak pelanggan, restoran dapat mempertimbangkan strategi pemasaran terkait keunggulan harga dan menonjolkan suasana ramah keluarga.

Contoh Kuesioner Terbuka

Berikut adalah contoh tampilan kuesioner terbuka yang siap dibagikan kepada responden yang memenuhi kriteria dan bersedia mengisi: 

Kuesioner bisa dibagikan langsung dengan tatap muka antara peneliti ke responden. Bisa juga dibagikan secara daring. Baik itu lewat email, fitur pesan pribadi di media sosial, chat di WhatsApp, dan sebagainya. 

Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi terkait topik kuesioner terbuka. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dari artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat. 

Artikel Penulisan Buku Pendidikan