Membangun semangat menulis memang tidak semudah kita membaca tulisan. Tidak mudah pula mempraktekan apa yang akan saya tuliskan di artikel kali ini. Saya pun yakin, mungkin artikel akan dibaca saja, setelah itu prakteknya tidak semua melakukan. Hanya sebagian kecil yang akhirnya bisa mempraktekan.
Lantas, apa saja sih cara membangun semangat menulis? Berikut tips semangat menulis untuk Anda yang ingin memiliki buku sendiri. Semoga apa yang saya lakukan, bisa membantu Anda yang mungkin juga mengalami malas menulis.
Rahasia membangun semangat menulis yang pertama adalah, menulislah karena memang dorongan dari hati. Menulislah sesuai passion bukan karena alasan biar terkenal, biar dapat uang dan faktor lain. Memang tidak ada salahnya menjadikan uang dan ketenaran sebagai alasan. Karena dua hal tersebut hanya penyemangat yang sifatnya eksternal.
Ketika realitanya tidak sesuai, missal tulisan tidak laku dipasaran, royalty atau honor sangat sedikit. Maka jatuhnya akan kecewa dan tidak mau menulis lagi. Sebaliknya, ketika menulis itu dilandasi karena passion dan dorongan dari hati, maka sekalipun tidak terkenal dan mendapatkan uang sedikit, tetap semangat menulis. Karena memang landasan tujuannya yang berbeda.
Jadi, salah satu upaya agar tetap semangat menulis adalah, membenahi tujuan dasarnya. Pastikan tujuan dasarnya harus kuat, agar tidak mudah goyah. Bagaimanapun juga, semangat menulis modal utama untuk mewujudkan menjadi seorang penulis. Tentunya, Anda tidak ingin menjadi seorang penulis yang hanya isapan jempol bukan? Menjadi penulis itu persaingan. Jika tidak mampu bersaing, maka akan tersingkir secara alamiah.
Ada banyak alasan kenapa semangat menulis buku bisa luntur? Ada yang karena terlalu over tulisan yang harus diselesaikan, bisa juga karena faktor tuntutan menyelesaikan artikel dari klien – dimana artikel atau tulisan tersebut ditentukan oleh klien, meski sadar tidak sesuai dengan passion dan karakter Anda – bisa juga karena memang binggung ingin menuangkan dan menuliskannya.
Memang berbeda ketika menulis karena pesanan dari klien, dengan ketika menulis karena keinginan dan tema yang sesuai kesenangan kita. Setidaknya ketika menulis sesuai yang kita sukai, di situ ada rasa cinta dan rasa senang yang bagian dari emosi positif. Emosi positif inilah yang yang menjadi energi baru sekaligus media memudahkan untuk menemukan ide dan gagasan baru yang muncul tiba-tiba saat menuliskannya.
Pertanyaannya adalah, kenapa kita tidak menjadikan tulisan dari klien yang membosankan dan sulit itu menjadi menyenangkan? Padahal jika mau, kita pun bisa mencintai tema tulisan dari klien, agar semangat menulis terjaga dan semakin cepat pula kita menuliskannya. Nah, salah satu caranya dengan menemukan seni mencintai tema baru dan asing.
Salah satu kunci agar semagnat menulis tetap konsisten, apapun alasannya adalah rasa cinta. Seni mencintai tema asing dari klien salah satunya. Memang tidak mudah mencintai sesuatu yang tidak bisa kita sukai. Bisa dibayangkan bagiamana rasanya memaksakan rasa cinta?
Setiap orang memang memiliki caranya sendiri-sendiri. Jika saya, selalu mencoba untuk memahami tema yang diberikan klien. Bagi saya, salah satu alasan kenapa kita tidak bisa mencintai tema tersebut karena tidak mengenal dengan baik terhadap tema. Ini pulalah alasan kenapa tulisan dari klien terasa sulit.
Sebenarnya bukan karena tulisan atau temanya yang sulit. Karena penguasaan terkait ilmu tersebut yang terbatas. Maka, solusi yang bisa kita coba adalah mempelajari terelbih dahulu. Memang memakan waktu lebih banyak. Alasan ini pulalah yang sering dijadikan alasan semangat menulis semakin turun.
Lantas bagaimana agar semangat menulis tidak turun dan bisa mencintai tema yang harus ditulis? Cukup ciptakan kebahagiaan. Berikan sugesti kepada diri sendiri dengan hal positif, agar terbangun emosi positif. Emosi positif inilah yang akan membantu dalam menemukan gagasan, ide spontan yang sangat membantu pekerjaan Anda.
Salah satu penyebab semangat menulis turun karena kecewa terhadap harapan yang sudah terbangun. Tidak dapat dipungkiri manusia memiliki hak untuk berharap. Tentu saja harapan yang selalu diinginkan adalah harapan baik. Sayangnya, banyak yang berharap baik dan terlalu tinggi, tetapi tidak menyiapkan mental untuk harapan tidak sesuai ekspektasi.
Bukannya belajar dari kegagalan, justru mencari pembelaan agar ekspektasi yang dibangun menjadi sesuai harapan. Padahal di dunia ini, ada banyak hal yang tidak sesuai kehendak kita, agar kita bisa belajar mengambil pelajaran tersebut. Alih-alih mengambil pelajaran, justru semangat menulis semakin turun, dan tanpa sadar tidak menulis apapun.
Dalam kasus semangat menulis, penulis pemula memang sah-sah saya membangun ekspektasi tinggi, sebagai bentuk ikhtiar dan penyemangat. Misalnya, berekspektasi mendapatkan royalty besar dan menjadi penulis terkenal. Padahal, realita di lapangan tidak semudah itu. Royalti tidak sebesar yang kita bayangkan! Popularitas juga tidak mudah didapatkan hanya sekali menulis. Bahkan setahun jam terbang menulis pun bukan jaminan bisa menjadi penulis beken dan tenar.
Maka dari itu, agar semangat menulis stabil, salah satu caranya cukup berekspektasi sewajarnya. Jangan terlalu tinggi. Jika tidak sesuai ekspektasi, bisa mencoba lagi. Toh orang di luar sana tidak tahu apa yang kita kerjakan. Mereka juga tidak tahu jika kita gagal ataupun sukses. Jadi, cukup berjalan bersahaja, tanpa memamerkan. Jalani sepenuh hati dan ikhlas. Yang penting konsisten dan selalu menjaga semangat menulis serta menikmati proses. Biarkan hasil Tuhan yang menentukan, asal Anda sudah bekerja maksimal.
Tips agar semangat menulis tetap terjaga adalah, jangan merasa puas dengan apa yang sudah dicapai. Banyak yang berpongah diri. Karena sudah menerbitkan satu buku, langsung lupa diri dan sombong diri.
Buku pertama yang harusnya sebagai branding dan mendapatkan pangsa pasar, justru pasar merasa ilfill dan pergi tidak jadi melirik hanya karena ulas sombong kita. Tentu saja hal-hal ini tidak kita inginkan.
Tidak berpuas diri membantu kita untuk bersikap lebih berhati-hati dalam bersikap, bertindak dan berpikir. Tidak berpuas diri pun juga mendorong kita secara alami untuk terus belajar lagi dan lagi, sehingga selalu ada hal yang baru yang akan mendorong kita selangkah lebih maju lagi.
Sebenarnya hal-hal kecil seperti inilah yang perlu diperhatikan. Tetapi banyak calon penulis pemula yang terkesan abai dengan hal-hal ini. Tentu saja tidak berpuas diri akan menjadikan kita menjadi pribadi yang rendah hati, yang bersedia belajar dari orang lain.
Baca juga : Cara Membuat Buku agar Diterima Penerbit dan Pembaca
Itulah beberapa tips membangun semangat menulis dari hal-hal yang sangat sederhana dan sering tidak diperhatikan. Semoga dengan tips di atas Anda pun bisa semakin semangat menulis dan lebih produktif lagi melahirkan karya-karya. Tidak selalu dalam bentuk buku, Anda pun bisa menulis opini di surat kabar atau di majalah. (Irukawa Elisa).
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…