Civitas academica, yang terhitung dari tingkat sarjana sampai profesor, di Indonesia sebenarnya terbilang cukup banyak secara jumlah. Diluar ukuran kualitas, kuantitas yang semakin hari semakin besar. Sayangnya, tidak semua ‘civitas academica’ di Indonesia mengejar pendidikan tinggi untuk melakukan penelitian, tetapi sekedar jalan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik.
Ironisnya lagi, tidak sedikit dari golongan tersebut yang sangat memprioritaskan lulus cepat agar tidak kehilangan kesempatan pekerjaan di kemudian hari. Padahal, hakikat sejati bagi orang-orang yang menempuh pendidikan setinggi itu tidak hanya terbatas dalam dunia kerja, melainkan juga dalam kegiatan membuat buku dan karya ilmiah.
Berbagai faktor yang mempengaruhi civitas academica untuk enggan dalam menulis karya ilmiah. Ada yang beranggapan hal itu adalah pekerjaan yang sia-sia, karena prospek keberhasilan karya ilmiah tidak begitu menjanjikan. Ada juga yang ‘menghindar’ dari yang namanya karya ilmiah karena memang pada dasarnya orang/kelompok tersebut menyerah sebelum perang.
Tidak sedikit orang yang tidak benar-benar paham apa tujuan membuat karya ilmiah serta feedback yang akan didapat dari mengerjakan hal itu. Maka dari itu, tulisan ini menjelaskan tentang tujuan karya ilmiah beserta manfaat yang akan didapat secara terperinci.
Setiap pekerjaan selalu memiliki tujuan, termasuk dalam dunia menulis karya ilmiah. Orang tidak akan membuat buku jika tidak memiliki tujuan, baik itu untuk pribadi maupun orang lain. Berikut ini tujuan-tujan membuat buku ilmiah.
Karya ilmiah dapat menjelaskan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui, tidak jelas, dan tidak pasti, menjadi sebaliknya. Dengan melakukan penelitian, pasti nantinya ada proses untuk mencari data.
Aktivitas inilah yang nantinya akan membuka pikiran-pikiran baru dalam pengembangan teori menjadi kenyataan. Data yang dulunya hanya sekedar pengetahuan umum tingkat awam pun, bisa diubah menjadi data yang berdampak kepada beberapa aspek kehidupan, hanya melalui karya ilmiah.
Zaman sekarang memang yang namanya ramalan hanyalah pemanis kehidupan semata. Bahkan, tak ayal, ramalan menjadi guyonan bagi mereka yang tidak terlalu percaya dan bisa jadi menjadi panduan hidup bagi orang yang percaya.
Baca juga: Cara Membuat Buku Sendiri: 5 Tips Buku Laris
Terlepas dari segi mistis yang menembus hukum ruang dan waktu, ramalan sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang lebih masuk akal. Ya, dengan menulis buku karya ilmiah, kita dapat memprediksi suatu hal menjadi lebih mantap. Dalam kata lain, karya ilmiah dapat membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa mendatang.
Bagi orang-orang yang ‘rakus’ akan ilmu pengetahuan, pasti mereka menginkan ilmu pengetahuan yang mereka miliki memiliki sayap yang lebih lebar lagi. Tidak terkecuali, dengan cara menyanggah hukum-hukum yang sudah dibuat oleh orang-orang sebelum mereka.
Bukan bermaksud untuk disrespect, atau menciptakan perselisihan baru, terkadang sanggahan pernyataan dari pernyataan sebelumnya sangat diperlukan. Ibaratnya seperti sistem ketatanegaraan yang ada di suatu bangsa.
Suatu bangsa pernah berada dalam sistem pemerintahan monarki absolut. Sering berjalannya waktu, jika sistem tersebut semakin lama semakin merugikan rakyatnya, pasti suatu saat nanti ada saatnya revolusi. Itulah konsepsi salah satu tujuan karya ilmiah.
Tentu saja, tujuan dari penulisan karya ilmiah tidak lain tidak bukan adalah mengembangkan potensi si penulis itu sendiri. Dengan menulis karya ilmiah, kita bisa mengukur sejauh mana kemampuan daya analisis kita terhadap problematika yang ada di sekitar kita.
Termasuk juga, kita dapat mengasah pikiran kita untuk dalam mencari inovasi terbaru demi kepentingan pribadi hingga kontribusi memajukan bangsa. Maka dari itu, salah satu jalan untuk mengembangkan potensi membuat buku adalah dengan membuat karya ilmiah.
Jika ada sebab, maka ada akibat – tujuan adalah proses menuju manfaat (baca: hasil). Memang manfaat tidak akan selalu ada dalam segala aktivitas yang dilakukan, sehingga ada istiliah ‘kegiatan yang tidak bermanfaat’.
Namun dalam menulis karya ilmiah, tidak ada hal yang tidak bermanfaat. Berikut ini beberapa manfaat yang bisa didapatkan dengan membuat karya ilimiah, menurut Sikumbang (1981:2-5)
Berdasarkan hal itu pula, it’s a shame bagi civitas academica yang tidak mau untuk membuat karya ilmiah, selain skripsi atau tesis yang menjadi syarat kelulusan semata. Sebagai seorang yang menempuh pendidikan tinggi, seharusnya bisa menggunakan ‘ilmu tinggi’-nya kepada orang lain supaya bermanfaat.
Jika ada yang tidak ingin membuat karya ilmiah karena belum paham, belajarlah! jika hatinya belum tergerak untuk berkontribusi terhadap nusa dan bangsa, maka gerakkanlah! Itulah hakikat sejati seorang yang menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Ingatlah anak-anak di setiap pelosok negeri ini yang berjuang mati-matian untuk mengenyam pendidikan, namun belum terwujud. Maka bersyukurlah dan gunakanlah segala yang Anda bisa! Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat membuat buku. [Mas Aji Gustiawan]
Referensi :
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS di sini.
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…