Daftar Isi
Mengubah hasil penelitian menjadi buku monograf. Buku monograf menjadi salah satu jenis buku ilmiah yang umum ditulis dan diterbitkan oleh dosen. Isinya sendiri bersumber dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh dosen itu sendiri.
Jadi, dalam hal ini dosen yang sudah menyusun laporan hasil penelitian kemudian melakukan konversi ke dalam bentuk buku. Disebut dengan buku monograf yang fokus membahas satu topik di suatu bidang keilmuan.
Meski terdengar mudah, aktualnya banyak dosen yang kesulitan dalam menyusun naskah buku monograf. Memahami kesulitan tersebut, penerbit deepublish menggelar webinar bertajuk Strategi Mengubah Hasil Penelitian Menjadi Buku Monograf.
Menyusun naskah buku monograf oleh kalangan dosen ternyata tidak semudah membalikan telapak tangan. Hal ini terlihat dari banyaknya dosen yang masih kesulitan untuk menyusunnya. Sehingga penerbitan buku monograf tidak kunjung bisa dilakukan.
Kesulitan ini memang lebih sering dihadapi oleh dosen muda yang masih terbilang pemula di dunia dosen. Meskipun begitu, tidak jarang ada dosen senior yang juga masih kesulitan dalam menyusun buku monograf agar sesuai ketentuan Dikti dan bisa masuk ke BKD.
Membantu para dosen agar bisa menyusun naskah buku monograf dengan baik dan benar sesuai ketentuan Dikti. Maka penerbit deepublish menggelar webinar khusus bertajuk Strategi Mengubah Hasil Penelitian Menjadi Buku Monograf pada Jumat (12/08).
Melalui webinar ini, penerbit deepublish mengundang Prof. Drs. Koentjoro Soeparno, MBSc., Ph.D., merupakan Psikolog yang merupakan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada sekaligus Penulis Buku Penerbit Deepublish sebagai narasumber utama.
Webinar ini sesuai dengan judulnya akan membahas secara tuntas mengenai strategi yang bisa diterapkan para dosen dalam menyusun buku monograf. Sehingga bisa produktif menulis dan menerbitkan buku monograf, yang mana satu judul buku bisa memberi KUM sampai 20 poin.
Webinar Strategi Mengubah Hasil Penelitian Menjadi Buku Monograf dibuka oleh moderator, dan berlanjut ke sesi pengenalan narasumber. Selanjutnya masuk ke acara inti, yakni pemaparan materi oleh Prof. Koencoro yang merupakan narasumber utama.
Pada pembukaannya, Prof. Koencoro menjelaskan sedikit mengenai kondisi pendidikan tinggi di Indonesia dan juga sistem yang mengatur profesi dosen sebagai pendidik di perguruan tinggi tanah air.
Beliau kemudian juga menunjukan beberapa karya tulis dalam bentuk buku ilmiah yang berhasil diterbitkan secara resmi. Dimana buku-buku yang ditampilkan merupakan buku yang bersumber dari hasil penelitian. Beberapa tentunya merupakan buku monograf.
Dalam pemaparan beliau, dijelaskan mengenai beberapa syarat agar proses mengubah hasil penelitian menjadi monograf bisa direalisasikan. Syarat-syarat tersebut adalah:
Syarat yang pertama adalah adanya karep yang artinya niat. Dosen harus memiliki niat untuk mengubah hasil penelitian menjadi monograf. Sehingga muncul keinginan untuk belajar dan produktif melakukan konversi.
Syarat yang kedua adalah makna, yang artinya dosen harus tahu apa alasan mengubah hasil penelitian menjadi monograf. Tujuannya apa, harapannya apa, dan untuk apa?
Dosen dalam mengubah hasil penelitian menjadi monograf idealnya memiliki keinginan untuk berbagi pengetahuan. Sebab sumber naskah adalah hasil penelitian yang merupakan ilmu pengetahuan baru. Idealnya ilmu ini disebarluaskan.
Mengubah hasil penelitian menjadi naskah buku monograf tentunya harus dilakukan dengan benar. Sehingga hasilnya sesuai dengan ketentuan, dimana isi buku monograf tersebut memang memenuhi kriteria untuk disebut sebagai monograf.
Prof. Koencoro menjelaskan ada beberapa cara bisa dilakukan untuk mengubah hasil penelitian menjadi monograf. Berikut detailnya:
Cara yang pertama adalah mengubah bahasa atau gaya bahasa. Hasil penelitian yang disusun menjadi artikel ilmiah memiliki bahasa yang cenderung kaku. Sementara bahasa di dalam buku harus lebih komunikatif.
Sehingga buku tersebut lebih enak dibaca oleh masyarakat luas dibanding artikel ilmiah. Maka PR pertama bagi para dosen adalah mengubah bahasa yang digunakan agar tidak terlalu kaku dan cenderung lebih komunikatif.
Kebanyakan dosen mengira naskah monograf isinya adalah teks narasi, padahal aktualnya tidak demikian. Dosen tidak harus memaparkan materi dalam bentuk teks narasi.
Melainkan diperbolehkan menyisipkan bagan dan angka yang dilengkapi narasi yang menjelaskannya. Sehingga isi buku tidak hanya berupa teks, teks yang terlalu panjang justru susah disusun penulis dan bahkan susah dipahami pembaca.
Terkait pembahasan, jika di dalam artikel ilmiah hasil penelitian dipaparkan dalam bab terbatas. Maka di dalam naskah buku monograf bisa dikembangkan menjadi susunan bab disusun susunan sub bab demi sub bab yang dibuat menarik.
Cara berikutnya adalah terkait judul, dimana judul ini tidak hanya dibuat mempresentasikan judul saja. Melainkan memiliki daya tarik sehingga bisa menggaet minat pembaca untuk mengetahui isi buku tersebut.
Dalam pembahasan berikutnya, Prof. Koencoro juga menjelaskan mengenai isi dari setiap bab di dalam buku monograf. Hal ini tentu penting untuk diketahui para dosen karena isi setiap bab antara artikel ilmiah dan naskah buku terdapat perbedaan signifikan. Berikut detailnya:
Terkait pada Bab I atau bab pertama, Prof. Koencoro menyarankan untuk mengisinya dengan beberapa pembahasan. Dimulai dari mendefinisikan isi atau pembahasan utama di dalam buku monograf.
Kemudian menunjukan masalah yang menjadi latar belakang penentuan topik sambil menunjukan bukti masalah tersebut. Tahap berikutnya adalah memaparkan pendapat para ahli dan hasil penelitian dari peneliti terdahulu yang relevan.
Sedangkan pada Bab II, Prof. Koencoro menjelaskan dosen tidak perlu mengumpulkan pendapat para ahli dan menarik kesimpulan. Lebih baik memahami dulu konsepnya, temukan dasar yang valid, dan jelaskan dengan teks naratif sesuai pemahaman yang dimiliki.
Pada bab III, dosen bisa mencoba menyusun narasi dari metode penelitian yang dilakukan. Gunakan bahasa yang komunikatif dan tidak ada salahnya menyelipkan fakta yang terjadi di lapangan selama proses penelitian berlangsung.
Pada bab IV, disarankan untuk mengisinya dengan pembahasan yang berkaitan dengan faktor, indikator, maupun dengan judul buku atau judul penelitian. Selanjutnya bisa mengisinya dengan bagan kesimpulan dan dijelaskan dengan teks naratif.
Berikutnya adalah pada bab V yang umumnya menjadi bab penutup. Prof. Koencoro menyarankan para dosen untuk mengisinya dengan kesimpulan dan saran, dimana kesimpulan ini harus sejalan dengan tujuan dan hipotesis. Sedangkan saran disesuaikan dengan tujuan dan temuan penelitian.
Dengan memahami apa saja isi pembahasan di setiap bab naskah buku monograf maka diharapkan bisa membantu menyusunnya dengan detail. Tanpa ada pembahasan yang keluar dari topik maupun hasil penelitian.
Webinar bertajuk Strategi Mengubah Hasil Penelitian Menjadi Buku Monograf kemudian ditutup dengan sesi tanya jawab. Para peserta baik yang hadir melalui aplikasi Zoom maupun menonton webinar secara live di kanal Youtube sebagian aktif mengajukan pertanyaan dan sigap dijawab oleh Prof. Koencoro.
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…