Daftar Isi
Melakukan parafrase dengan AI (Artificial Technology) barangkali menjadi langkah yang diambil sebagian besar orang di era seperti sekarang. Cara ini dikenal praktis, efisien, dan efektif.
Namun, di dunia ini tentu saja tidak ada gading yang tak retak. Sebagus dan semaju apapun suatu teknologi kadang kala memang masih lebih baik kembali ke masa lalu, konvensional, dan manual. Hal ini ternyata berlaku juga untuk teknologi AI dalam parafrase.
Kebanyakan orang menganggap teknologi AI tanpa cela dalam melakukan parafrase pada teks karya ilmiah. Jika ditelusuri lebih dalam. ternyata kekurangan AI cukup beragam dan memicu berbagai dampak merugikan. Lalu, apa saja kekurangan melakukan parafrase dengan AI dan bagaimana solusinya?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), parafrase atau parafrasa adalah penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.
Secara sederhana, parafrase adalah proses mengubah susunan kata suatu kalimat agar struktur berbeda tetapi makna tetap sama. Tujuan awalnya, parafrase dilakukan untuk memahami maksud suatu kalimat yang dipaparkan seorang ahli, sumber dari buku.
Namun, tujuan dilakukannya parafrase terus berkembang disesuaikan dengan konteks atau kebutuhan pelakunya. Bagi akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, salah satu tujuan parafrase adalah mengurangi penulisan kutipan langsung.
Tujuan final parafrase adalah untuk menentukan kesamaan teks atau similarity indeks untuk menghindari dugaan melakukan tindak plagiarisme. Melakukan parafrase dikenal tidak mudah karena merombak suatu kalimat butuh penguasaan lebih banyak kosakata dan bahasa.
Pada akhirnya hanya sedikit yang bisa benar-benar melakukan parafrase. Hingga akhirnya muncul solusi berbasis teknologi terkini, yakni parafrase dengan AI yang kini digandrungi banyak kalangan, termasuk kalangan akademisi.
Lewat teknik parafrase dengan teknologi AI maka penulis cukup menyalin teks asli untuk diubah oleh “mesin” sehingga cepat dan praktis. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak platform yang menyediakan jasa parafrase berbasis AI, ada yang gratis ada yang berbayar.
Bicara mengenai topik parafrase dengan AI, tentu akan berkaitan erat dengan arti penting melakukan parafrase. Sebab sampai ada banyak perusahaan yang merilis platform untuk melakukan parafrase dengan teknologi AI tersebut. Hal ini menunjukan jika parafrase dibutuhkan dan dilakukan oleh banyak orang.
Lalu, apa sebenarnya arti penting melakukan parafrase dalam kegiatan menyusun karya tulis? Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah sejumlah arti penting dilakukannya parafrase:
Pernahkah Anda membaca suatu artikel atau buku ilmiah yang mencantumkan terlalu banyak kutipan langsung? Mencantumkan kutipan langsung dan diikuti penulisan sumber adalah hal yang sah dilakukan dalam dunia kepenulisan.
Jika kutipan langsung terlalu banyak, kualitas tulisan akan menurun di mata pembaca. Penulis akan dipandang tidak kreatif dan tidak bisa menyusun kalimat sendiri karena sebagian besar karyanya berisi kutipan langsung.
Belum lagi dengan risiko adanya similarity indeks yang kelewat tinggi. Jika terjadi pada artikel untuk jurnal, naskah memiliki kemungkinan sulit tembus di jurnal bereputasi dan berkredibilitas baik.
Solusi atas kondisi ini adalah dengan melakukan parafrase sehingga jumlah kutipan langsung berkurang. Selain itu, menuliskan hasil pemahaman penulis setelah membaca sejumlah sumber atau referensi. Hal tersebut dipandang lebih menarik dan lebih profesional oleh pembaca.
Arti penting kedua dari melakukan parafrase adalah menurunkan deteksi similarity indeks. Similarity indeks adalah kesamaan kata terhadap karya tulis ilmiah lain yang sudah dipublikasikan dan bisa diakses di internet. Misalnya lewat browser atau mesin pencari.
Similarity indeks yang tinggi bisa disebabkan karena jumlah kutipan langsung terlalu banyak sehingga perlu diturunkan dan salah satunya dengan melakukan parafrase. Dengan demikian, kesamaan kata bisa turun otomatis dan terhindar dari dugaan melakukan tindak plagiarisme.
Pelajari lebih lanjut mengenai similarity index melalui Similarity Index pada Turnitin, Batas, Cara Menurunkan.
Arti penting parafrase pada karya tulis berikutnya adalah membantu meningkatkan kualitas karya tulis. Hal ini berkaitan erat dengan penjelasan di poin pertama, dimana jumlah kutipan langsung menurun dan pembaca cenderung lebih menyukainya.
Sebab, kutipan langsung biasanya ada kesan kaku dan dipandang mencerminkan kemalasan penulis karena tinggal copy paste.
Dengan parafrase secara manual, kualitas tulisan Anda di mata pembaca akan dipandang lebih baik. Gaya bahasa yang seragam dari halaman pertama sampai akhir akan memberi kenyamanan bagi pembaca sehingga dipandang sudah kreatif, profesional, dan menulis dengan kerja keras.
Parafrase juga penting dilakukan untuk membantu penulis lebih memahami topik sebab parafrase diawali dengan membaca teks asli dari sumber dan ditulis ulang. Jika belum paham, parafrase belum bisa dilakukan.
Jadi, ketika parafrase dilakukan maka dijamin teks asli sudah dipahami dan membantu memahami topik utama yang dikembangkan dalam karya tulis. Hal ini tentu penting agar penulis bisa memberi informasi menyeluruh pada naskahnya.
Parafrase sesuai dengan definisi yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah proses menulis ulang suatu kalimat dengan bahasa sendiri. Artinya, parafrase tidak sekadar copy paste kalimat dari sumber yang dijadikan referensi melainkan ada proses membaca teks tersebut dan ditulis ulang sesuai dengan pemahaman yang berhasil didapatkan.
Dengan melakukan cara itu, kemampuan menulis akan ikut mendorong keterampilan menulis lebih baik lagi.
Parafrase secara umum penting untuk dilakukan dengan metode manual agar bisa mendapatkan semua arti penting di atas. Namun, bagaimana jika penulis memutuskan untuk melakukan parafrase dengan AI?
Parafrase dengan teknologi AI membuat prosesnya jauh lebih cepat dibanding dengan teknik manual. Parafrase dengan memanfaatkan artificial intelligence sering dijadikan jalan ninja bagi akademisi dan siapa saja yang merasa tidak memiliki cukup waktu maupun tenaga memakai teknik manual.
Namun, benarkah memakai AI untuk parafrase diperbolehkan? Dikutip melalui artikel opini berjudul Keterbatasan Alat Parafrase berbasis AI: Sebuah Pandangan Skeptis karya dari Syahiduz Zaman, Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penggunaan teknologi AI untuk parafrase sah saja dilakukan selama tujuannya sesuai dengan kaidah atau aturan yang berlaku. Salah satunya adalah untuk tujuan menerjemahkan teks dari bahasa asing agar lebih mudah dipahami.
Namun, jika teknologi AI digunakan untuk tujuan akademik atau profesional, parafrase dengan AI dipandang tidak bijaksana. Mengapa demikian? Parafrase dengan AI cenderung tidak etis karena mengubah suatu kalimat yang disusun susah payah oleh seseorang dengan sebuah mesin.
Selain itu, teknologi AI dalam proses parafrase juga memiliki banyak kekurangan yang bisa menjadi bumerang di masa mendatang. Apalagi ada ketentuan hukum yang berbeda mengenai parafrase di sejumlah negara. Hal ini tentu menjelaskan jika parafrase dengan AI tidak langsung membebaskan penulis dari tanggung jawab hukum.
Seperti yang dijelaskan di awal, melakukan parafrase dengan AI tidak selalu tanpa cela sebab teknologi AI untuk kegiatan ini juga memiliki beberapa kekurangan. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa kekurangan menggunakan AI untuk parafrase:
Salah satu kekurangan parafrase dengan teknologi AI adalah hasil tidak terstruktur. Artinya, struktur kalimat hasil parafrase dengan teknologi AI ini menjadi tidak rapi sehingga ada kemungkinan susunan kata ada yang terbalik, tidak pada tempatnya, tidak logis, dan membuat makna kalimat menjadi rancu.
Kondisi ini tentu saja sangat mungkin terjadi karena bagaimanapun juga teknologi AI bekerja dengan algoritma mesin sehingga hasil kinerjanya tidak selalu di atas kualitas pengerjaan manual oleh seseorang (manusia).
Jika Anda menggunakan teknik parafrase dengan AI maka ada kemungkinan hasil parafrase sulit dipahami. Hal ini berkaitan dengan kekurangan AI untuk parafrase yang dijelaskan di poin sebelumnya dimana struktur kalimat bisa berantakan.
Apalagi AI termasuk dalam mesin yang bekerja dengan logika mesin bukan logika manusia sehingga ada kemungkinan hasil parafrase kehilangan konteks dan bisa merubah makna. Belum lagi dengan resiko hasilnya sulit dipahami.
Jadi, berharap lebih pada teknologi AI untuk hasil parafrase yang manusiawi tentu sebuah kekeliruan. Sebab lebih terjamin dilakukan parafrase manual dan dipahami teknik yang benar seperti apa agar terbiasa dan tidak bergantung pada mesin yang sewaktu-waktu bisa eror (bermasalah).
Turnitin mengembangkan teknologi deteksi AI untuk parafrase. Artinya, ketika teknologi ini sudah jadi dan dirilis maka hasil parafrase dengan AI otomatis terdeteksi.
Jika terdeteksi parafrase dibuat dengan mesin maka bisa kehilangan konteks dan makna berubah serta resiko lainnya. Bahkan ada kemungkinan dipandang melakukan pelanggaran etika sesuai dengan aturan hukum di sebuah negara.
Oleh sebab itu, menghindari stempel hanya bisa melakukan parafrase dengan teknologi AI. Sebaiknya membiasakan diri sejak dini melakukan parafrase manual. Sebab lebih terjamin aman dan hasilnya memuaskan, serta keterampilan melakukan parafrase akan terus meningkat.
Salah satu kekurangan parafrase dengan AI yang harus menjadi perhatian semua orang adalah hilangnya kemampuan penulis untuk memahami teks asli. Parafrase yang dilakukan secara manual baru bisa dilakukan saat teks asli sudah dipahami.
Bayangkan jika parafrase dilakukan dengan AI maka proses memahami teks asli akan diabaikan atau dilewati demi efisiensi. Jika terus dilakukan maka penulis akan kehilangan fundamental melakukan parafrase untuk memahami teks asli dan menulis ulang dengan bahasa sendiri tanpa mengubah makna.
Bagaimana jika pelakunya mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dan tidak paham kutipan yang diparafrase karena memakai AI? Bagaimana jika ditanya dosen penguji dan gelagapan? Tentu nilai ujian skripsi menjadi taruhannya.
Parafrase manual membantu seorang penulis memahami teks asli yang dikutip dengan baik sehingga saat ditulis ulang dengan bahasa lebih sederhana dan sesuai gaya bahasa yang dimiliki tidak mengalami kendala sama sekali.
Parafrase yang dilakukan secara rutin ternyata efektif mengasah keterampilan menulis. Sebab bisa terampil memilih kosakata yang dianggap lebih pas, sesuai konteks, dan mampu mempertahankan makna meski banyak sinonim digunakan.
Jika melakukan parafrase dengan AI, keterampilan menulis tidak berkembang dan cenderung menurun sehingga penggunaan AI untuk kebutuhan profesional sekali lagi dianggap sebagai pilihan yang kurang bijaksana dan sebaiknya menjadi pilihan paling akhir.
Kecanggihan teknologi yang menawarkan kemudahan dan kepraktisan tidak selalu berdampak positif. Tetap saja akan dijumpai dampak negatif yang akan dirasakan oleh pengguna teknologi tersebut.
Hal klise seperti ini juga berlaku untuk penggunaan teknologi AI dalam melakukan parafrase. Sebab terbiasa mengandalkan mesin untuk melakukan parafrase maka perlahan akan menumbuhkan sikap malas.
Sebab hasilnya lebih cepat dan tidak menuntut penulis untuk bekerja terlalu keras. Alhasil mengabaikan pentingnya mengasah keterampilan menulis dan melakukan parafrase manual untuk hasil lebih baik. Perlahan kemampuan melakukan parafrase akan hilang begitu saja karena terbiasa memakai AI.
Kekurangan selanjutnya dari parafrase dengan AI yang perlu diwaspadai dan diperhatikan adalah terjadi plagiarisme konseptual. Ada beberapa orang yang mengira hasil parafrase dengan teknologi AI menghasilkan kalimat baru.
Sehingga merasa tidak perlu melakukan sitasi atau mencantumkan sumber teks asli sebagaimana saat melakukan parafrase manual dan kutipan langsung. Padahal, teknologi AI cenderung mengubah struktur kata dalam kalimat.
Meski secara struktur telah berubah dan susunan kata tidak lagi terdeteksi similarity indeks. Akan tetapi konteks dasarnya sama persis dengan teks asli. Jika tidak ada sitasi maka penulis dianggap melakukan plagiarisme konseptual dan dijerat dengan resiko hukum jika sampai terungkap dan dilaporkan.
Memahami bahwa melakukan parafrase dengan AI memberi kemungkinan berhadapan dengan sejumlah kekurangan. Kekurangan ini bisa jadi menjadi risiko besar di masa mendatang.
Oleh sebab itu, banyak ahli menyatakan jika parafrase jauh lebih baik dilakukan secara manual sebab dijamin bisa menghindari beberapa risiko dari kekurangan AI untuk proses parafrase sekaligus meningkatkan pemahaman penulis terkait topik yang dikembangkan.
Pelajari lebih lanjut tentang plagiarisme dan teknik menghindarinya:
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, meskipun parafrase secara manual adalah pilihan paling aman dan terjamin dibanding parafrase dengan AI. Namun dibutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Sebab butuh keterampilan bahasa yang baik untuk bisa menulis ulang suatu teks memakai kalimat sendiri tanpa mengubah makna. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk parafrase manual memang tidak sebentar.
Kondisi ini yang membuat parafrase manual masih menjadi pilihan paling akhir oleh banyak akademisi atau penulis. Lalu, apa solusi terbaiknya? Anda bisa menggunakan jasa parafrase profesional.
Salah satunya adalah Jasa Parafrase Turnitin dari Penerbit Deepublish. Lewat jasa ini, Anda akan dibantu melakukan parafrase yang dikerjakan tim ahli, berpengalaman, dan bersertifikasi BNSP sehingga kualitas hasil parafrase lebih terjamin.
Layanan ini bisa dijadikan pilihan karena ada garansi persentase similarity indeks turun, kemudian ada fasilitas file cek Turnitin gratis, dan tentu saja biayanya yang terjangkau. Sehingga Anda bisa memastikan parafrase dilakukan dengan baik tanpa perlu turun tangan.
Informasi lebih lengkap mengenai Jasa Parafrase Turnitin dari Penerbit Deepublish maupun untuk proses pemesanan. Bisa mengunjungi tautan Jasa Parafrase Turnitin.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik parafrase dengan AI dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Yogyakarta, 16 Desember 2024 — Webinar bertajuk "Transformasi AI di Dunia Akademik, Pemanfaatan AI bagi…
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…