Search
Close this search box.

5 Aturan Pemenggalan Kata dalam Bahasa Indonesia

Aturan Pemenggalan Kata

Dalam kegiatan menulis di media kertas, ada kalanya kalimat terlalu panjang dan melebihi batas kanan kertas tersebut. Sehingga ada satu kata yang dipenggal untuk dilanjutkan di baris bawahnya. Namun, pemenggalan kata seperti ini ternyata tidak bisa asal-asalan. 

Ada beberapa aturan dalam menulis dengan bahasa Indonesia dan bukan sekedar aturan kata baku dan tidak baku. Melainkan ada beberapa aturan yang bisa dibilang kompleks untuk memastikan tulisan tersebut baik dan benar. Termasuk dalam pemenggalan kosakata. 

Jadi, jika masih aktif menulis manual memakai alat tulis seperti buku dan pulpen. Maka penting untuk memahami tata aturan pemenggalan di dalam bahasa Indonesia. Tujuannya agar tulisan yang dibuat sesuai kaidah yang tentu meningkatkan kualitasnya.

Aturan Pemenggalan Kata dan Contohnya 

Seperti yang dijelaskan di awal, pemenggalan kata dalam bahasa Indonesia tidak bisa dilakukan asal. Melainkan ada aturannya, dan aturan ini perlu dijadikan acuan agar pemenggalan sudah sesuai kaidah. 

Dikutip melalui ejaan.kemdikbud.go.id yang dikelola oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, berikut aturan pemenggalan kosakata sesuai kaidah yang berlaku: 

1. Pemenggalan Kata pada Kata Dasar

Aturan yang pertama adalah pemenggalan untuk kata dasar yang memang mengacu pada huruf vokal di dalam kata dasar tersebut. Beberapa kosakata dipenggal untuk memisahkan dua huruf vokal yang berjejer. 

Namun, ada beberapa huruf vokal yang wajib tetap disatukan dan tidak boleh dipenggal. Lebih jelasnya, bisa menyimak uraian berikut: 

a. Huruf Vokal Berurutan di Tengah Kata Dasar 

Sejumlah kosakata dalam bahasa Indonesia memiliki dua huruf vokal yang berurutan atau berjejer. Misalnya pada kata “buah” dimana ada huruf vokal “u” berjejer dengan huruf vokal “a”. 

Kosakata dengan dua huruf vokal berurutan seperti ini bisa dipenggal antara dua huruf vokal tersebut. Berikut beberapa contohnya: 

  • bu-ah
  • ma-in
  • ni-at
  • sa-at

b. Monoftong eu

Dalam sejumlah kosakata di bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa daerah, diketahui memiliki monoftong. Monoftong sendiri adalah bunyi vokal tunggal yang diucapkan dalam satu suku kata. 

Misalnya kata “eurih”, dimana ada dua huruf vokal yakni “e” dan “u” yang dibaca tunggal menjadi “u”. Biasanya kosakata dengan monoftong eu ditemukan pada bahasa Sunda dan tidak boleh dipenggal. 

Jadi, jika perlu dipenggal maka harus di luar monoftong eu tersebut. Berikut beberapa contohnya: 

  • ci-leun-cang
  • seu-da-ti
  • seu-lu-mat

c. Diftong ai, au, ei, dan oi

Selain monoftong, dalam bahasa Indonesia juga ada kosakata yang disebut diftong. Diftong adalah gabungan dua huruf vokal yang menghasilkan satu bunyi, dan sering disebut sebagai vokal rangkap.

Jika monoftong hanya ada satu jenis, lain halnya dengan diftong yang terbagi menjadi 4 jenis. Yaitu diftong ai, au, ei, dan oi. Aturan pemenggalan kata diftong adalah tidak dipenggal. 

Sehingga pemenggalan harus di luar posisi dua huruf vokal berjejer tersebut. Berikut beberapa contohnya: 

  • pan-dai
  • sau-da-ra
  • sur-vei
  • am-boi

d. Terdapat Huruf Konsonan di Tengah Kata dasar 

Sejumlah kata dalam bahasa Indonesia terdapat huruf konsonan di bagian tengah yang memisahkan antara dua huruf vokal. Misalnya pada kata “bapak” dimana ada huruf konsonan “p” yang memisahkan dua huruf vokal “a”. 

Dalam aturan pemenggalan kata, kata dasar yang terdapat huruf konsonan di bagian tengah dipenggal sebelum huruf konsonan tersebut. Berikut beberapa contohnya: 

  • ba-pak
  • de-ngan
  • ke-nyang
  • la-wan
  • mu-ta-khir
  • mu-sya-wa-rah

e. Terdapat 2 Huruf Konsonan di Tengah Kata dasar 

Dalam sejumlah kosakata di bahasa Indonesia, juga didapatkan kata dasar yang memiliki 2 huruf konsonan di bagian tengah kata. Misalnya kata “April” yang terdapat 2 konsonan berjejer yakni “pr”. 

Aturan pemenggalan untuk kelompok kata seperti ini adalah dipenggal diantara dua huruf konsonan tersebut. Sehingga ditempatkan di tengah-tengah dua huruf konsonan yang berjejer. Berikut contohnya: 

  • Ap-ril
  • ban-tu
  • man-di
  • som-bong
  • swas-ta

f. Gabungan Huruf Konsonan yang Melambangkan Satu Bunyi

Terdapat pula kosakata dalam bahasa Indonesia yang memiliki 3 atau lebih huruf konsonan yang berjajar. Sehingga membentuk satu bunyi dan dalam aturan pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan pertama atau kedua. 

Misalnya pada kata “ambruk” dimana terdapat 3 konsonan “mbr”. Maka pemenggalan dilakukan setelah huruf konsonan “m” menjadi “am-bruk”. Berikut beberapa contoh lainnya: 

  • ben-trok
  • in-fra
  • ul-tra
  • in-stru-men

2. Pemenggalan Kata pada Kata Berimbuhan 

Tak hanya kata dasar, kata di dalam bahasa Indonesia yang sudah mendapat imbuhan juga bisa dipenggal. Tentunya ada aturan tersendiri sebagaimana aturan pemenggalan kata pada kata dasar. Berikut penjelasannya: 

a. Pemenggalan kata berimbuhan dilakukan di antara bentuk dasar 

Sejumlah kata dalam bahasa Indonesia memiliki imbuhan di depan atau di belakang kata dasar dan bahkan di keduanya. Maka aturan pemenggalannya adalah di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Berikut contohnya: 

  • ber-jalan
  • di-ambil
  • ke-kasih
  • mem-bantu
  • peng-intai
  • di-per-jual-beli-kan
  • per-tanggung-jawab-kan
  • mem-per-tanggung-jawab-kan

b. Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan

Sejumlah kata dasar yang mendapat imbuhan akan mengalami perubahan bentuk dalam bahasa Indonesia. Misalnya pada kata dasar “pakai” jika mendapat imbuhan me- maka kata dasar berubah menjadi “makai” yakni menjadi “memakai”. 

Aturan pemenggalan untuk kata berimbuhan berubah bentuk adalah dipenggal pada imbuhan dan di antara kata dasar. Berikut beberapa contohnya: 

  • pe-mi-kir
  • pe-nga-rang
  • pe-no-long
  • pe-nye-but

c. Pemenggalan kata yang mendapat sisipan

Sejumlah kosakata dalam bahasa Indonesia bisa mendapat sisipan kata di bagian tengah, disebut pula dengan istilah infiks. Misalnya dari kata dasar “getar” yang mendapat sisipan di tengah menjadi “gemetar”. 

Aturan pemenggalan untuk kata yang mendapat sisipan adalah dipenggal seperti pada kata dasar. Berikut beberapa contohnya: 

  • ge-lem-bung
  • ge-mu-ruh
  • ge-ri-gi
  • si-nam-bung
  • te-lun-juk
  • ge-me-tar

d. Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir

Aturan pemenggalan berikutnya adalah pada kata berimbuhan yang dipenggal menyebabkan ada satu huruf di awal atau di akhir. Artinya, pemenggalan tidak bisa dilakukan jika ada satu huruf yang tertinggal atau diawali dari satu huruf. 

Misalnya hendak menulis kata “ibu” dan dipenggal dari huruf “i” maka tidak diperbolehkan. Melainkan harus ditulis di baris baru agar tidak terpenggal. Sehingga tidak ada satu huruf tunggal di ujung kanan maupun satu huruf di baris baru yang membingungkan pembaca. 

Berikut penjelasan lebih detail dalam bentuk contoh: 

  • Salah: 

Beberapa pendapat mengenai masalah i-

tu telah disampaikan oleh pembicara.

Benar:

Beberapa pendapat mengenai masalah

itu telah disampaikan oleh pembicara.

  • Salah: 

Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah mengakhir-

i pandemi ini.

Benar:

Penerapan protokol kesehatan adalah cara termudah meng-

akhiri pandemi ini.

3. Pemenggalan Kata pada Kata yang Terdiri dari Beberapa Unsur 

Beberapa kosakata dalam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa unsur. Artinya, ada beberapa kosakata yang aslinya satu kata akan tetapi terdiri dari dua kosakata atau lebih. Jika digabungkan maupun dipisah, sama-sama punya makna. 

Misalnya pada kata “fotokopi” yang merupakan gabungan dari dua kosakata, yakni kata “foto” dan “kopi”. Jika disatukan maka akan membentuk kosakata dengan makna. Begitu pula jika dipisah, masing-masing punya makna sendiri-sendiri. 

Aturan pemenggalan kata untuk kosakata yang terbentuk dari beberapa unsur adalah dipenggal di antara unsur-unsur tersebut. Berikut beberapa contohnya: 

  • bio-grafi
  • bio-data
  • intro-speksi
  • intro-jeksi
  • kilo-gram
  • kilo-meter
  • pasca-sarjana

4. Pemenggalan Kata pada Nama Orang 

Aturan pemenggalan juga berlaku untuk penulisan nama orang. Pada nama orang aturannya tidak dipenggal atau tidak boleh dipenggal. Namun, untuk nama yang terdiri dari dua kata atau lebih, bisa dipenggal diantara kata dalam nama. 

Misalnya nama dua kata “Andi Subekti” maka pemenggalan bisa setelah kata “Andi”. Jika terdiri dari tiga kata, maka pemenggalan bisa setelah kata pertama dan kata kedua. Pemenggalan hanya dipisahkan spasi bukan tanda hubung (-). Berikut beberapa contohnya: 

  • Pencetus nama bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda adalah Mohammad

Tabrani.

  • Lagu “Indonesia Raya” dikumandangkan pada Kongres Pemuda II oleh Wage

Rudolf Supratman.

5. Pemenggalan Kata pada Singkatan 

Dalam kaidah penulisan teks berbahasa Indonesia, tidak ada aturan pemenggalan pada singkatan dan akronim. Artinya, singkatan dan akronim tidak bisa dipenggal dan harus ditulis apa adanya. 

Jika sudah mepet di tepi kanan lembar kerja, maka singkatan tersebut bisa ditulis di baris berikutnya dan merupakan baris baru. Berikut beberapa contohnya: 

  • Salah:

Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di BKK-

BN.

Benar

Ia telah mengabdi selama sepuluh tahun di

BKKBN.

  • Salah:

Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa ST-

NK.

Benar:

Semua pengguna kendaraan bermotor wajib membawa

STNK.

Pemenggalan kata dalam proses penulisan pada dasarnya bertujuan meningkatkan keterbacaan. Sehingga karya tulisan lebih enak dilihat dan enak dibaca, untuk kemudian lebih mudah dipahami. Maka pemenggalan harus sesuai aturan seperti yang sudah dijelaskan. 

Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Artikel Penulisan Buku Pendidikan