Dalam dunia akademik, seorang dosen diwajibkan untuk melaksanakan seluruh isi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Salah satunya adalah melaksanakan kegiatan penelitian diikuti publikasi terhadap hasil penelitian tersebut.
Publikasi hasil penelitian dosen tidak hanya bisa dilakukan lewat jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional. Melainkan juga bisa dalam bentuk buku yang ternyata lebih menguntungkan bagi dosen.
Sebab biaya publikasi buku lebih terjangkau dibandingkan dengan publikasi jurnal, selain itu nilai KUM juga tinggi antara 10 sampai 40 poin per judul. Lewat alasan inilah penerbit deepublish bekerjasama dengan Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang menggelar Program Pendampingan Pembuatan Buku Monograf dan Book Chapter.
Mendukung para dosen untuk bisa disiplin melakukan publikasi dan kemudian sukses mengembangkan karir akademiknya. Penerbit deepublish kemudian menggelar berbagai program yang mendampingi dosen untuk mengembangkan keterampilannya menulis.
Salah satu kegiatan yang digelar untuk mencapai tujuan tersebut adalah program Pendampingan Pembuatan Buku Monograf dan Book Chapter. Program ini sendiri merupakan hasil kerjasama antara penerbit deepublish dengan Prodi Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang.
Program pendampingan ini digelar secara online yang dilaksanakan selama dua hari berturut-turut, yakni pada 1-2 November 2022. Narasumber dalam program ini adalah Dr. Miguna Astuti, S.Si., MM., MOS, CPM. yang merupakan salah satu dosen di Universitas Pembangunan Nasional Jakarta.
Webinar yang mengusung tajuk Pendampingan Pembuatan Buku Monograf dan Book Chapter kemudian dibuka oleh moderator. Selanjutnya diisi dengan penyampaian sambutan dari Kaprodi Kesehatan Gizi Poltekkes Kemenkes Kupang.
Acara inti adalah penyampaian materi yang disampaikan oleh Ibu Miguna Astuti yang akrab disapa Bu Miguna. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan mengenai karir dosen yang bisa dikembangkan secara internal maupun eksternal.
Jadi, dalam dunia akademik seorang dosen bisa mengembangkan karirnya seluas mungkin. Bahkan oleh Kemdikbud sendiri tidak ada larangan bagi dosen untuk mengembangkan diri di luar dunia pendidikan. Hal ini sejalan dengan kebijakan Kampus Merdeka.
Sehingga dosen diberi kesempatan untuk mengembangkan diri secara akademik melalui jabatan fungsional dosen maupun secara non akademik. Secara akademik, dosen bisa mengembangkan jabatan fungsionalnya.
Dimana ada tingkatan Asisten Ahli, Lektor, disusul Lektor Kepala, dan kemudian Guru besar. Selain itu, dosen juga bisa mengejar karirnya di dunia non akademik dengan menekuni profesi lain sebagai sampingan dan sarana mengembangkan diri. Misalnya:
Dosen yang menjadi pakar dalam suatu bidang keilmuan bisa mengembangkan karir eksternal dengan menjadi konsultan. Yakni melayani konsultasi sesuai keahlian atau kepakaran yang dimiliki. Sehingga ilmunya bisa bermanfaat kepada lebih banyak orang.
Karir eksternal dosen juga bisa dibangun dengan menjadi entrepreneur, baik mendirikan usaha atau bisnis sendiri maupun merintis bisnis dengan sistem kerjasama dengan pihak atau entrepreneur lainnya.
Terakhir dosen juga bisa menjadi investor, yakni memberikan modal atau dana segar kepada perusahaan yang menjalin kemitraan dengannya. Baik itu usaha dari mahasiswa sendiri, sesama dosen, maupun siapa saja yang sekiranya menguntungkan.
Dalam mengembangkan karir eksternal, dosen tetap mengamalkan atau memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan akademik yang dimiliki. Sehingga pada dasarnya, dosen dalam mengembangkannya juga ikut mengembangkan diri.
Bu Miguna selanjutnya juga memaparkan mengenai materi inti mengenai buku monograf dan juga book chapter. Dimana keduanya disebutkan sebagai bentuk publikasi dosen terhadap hasil penelitian di luar artikel ilmiah ke dalam jurnal ilmiah.
Mempublikasikan hasil penelitian dalam bentuk buku bisa menjadi sarana bagi dosen untuk memperluas jangkauan target pembaca. Sebab buku memiliki bahasa yang tidak lagi terlalu ilmiah dan membuatnya bisa dibaca oleh masyarakat luas, bahkan yang awam sekalipun.
Dalam pengembangan karir akademik atau karir internal dosen, maka publikasi ini tidak bisa dilepaskan. Sebab di dalam PO BKD sendiri dosen diwajibkan atau disarankan untuk mempublikasikan minimal satu judul buku per tahun.
Jika dosen sudah menjadi Lektor Kepala dan Guru Besar maka publikasi ke jurnal dan buku sudah menjadi agenda rutin dan dilaporkan ke dalam laporan Kewajiban Khusus sesuai isi PO BKD tahun 2021 yang terbaru.
Meskipun buku monograf dan book chapter sama-sama berisi hasil penelitian, Bu Miguna menjelaskan mengenai perbedaan keduanya. Berikut perbedaannya dalam bentuk tabel:
No. | Buku Monograf | Book Chapter |
1. | Sumber pembuatan buku dari hasil penelitian | Sumber pembuatan buku dari hasil penelitian |
2. | Isi buku disusun sesuai alur logika atau urutan keilmuan. Terdapat peta keilmuan | Isi buku disusun sesuai alur logika atau urutan keilmuan. Terdapat peta keilmuan |
3. | Gaya penyajian formal | Gaya penyajian formal |
4. | Diterbitkan (disebarluaskan) dan ber-ISBN | Diterbitkan (disebarluaskan) dan ber-ISBN |
5. | Substansi pembahasan hanya satu hal dalam bidang keilmuan | Terdiri dari beberapa penelitian dengan topik yang sama. Substansi pembahasan hanya satu topik dalam satu bidang keilmuan |
6. | Lingkup penggunaan untuk penelitian dan pengajaran | Lingkup penggunaan untuk penelitian dan pengajaran dan proses pembelajaran terbimbing |
7. | Dapat dibuat sitasi dan ditulis dalam daftar referensi karya ilmiah | Dapat dibuat sitasi dan ditulis dalam daftar referensi karya ilmiah |
Dari penjelasan tersebut bisa dipahami bahwa antara monograf dan book chapter memiliki beberapa persamaan. Dimulai dari sama-sama bersumber dari hasil penelitian, kemudian disusun dengan alur logika keilmuan, disajikan secara formal, dan diterbitkan dengan ISBN.
Keduanya diketahui juga sama-sama bisa dijadikan rujukan atau referensi, baik untuk referensi penelitian maupun karya tulis ilmiah. Misalnya skripsi, tesis, sampai makalah. Sementara itu, keduanya juga punya beberapa perbedaan.
Salah satunya dari segi substansi pembahasan, dimana buku monograf hanya mengajarkan satu topik di suatu bidang keilmuan. Sementara book chapter membahas banyak topik di satu bidang keilmuan yang sama.
Sehingga isinya lebih kompleks dan pembahasannya lebih luas. Ciri khas book chapter ini juga yang membuatnya cocok dijadikan sebagai media tambahan untuk proses pembelajaran terbimbing. Artinya, isinya juga cocok dibaca oleh para mahasiswa.
Lebih lanjut, Bu Miguna juga memberikan contoh dari segi judul untuk membantu para peserta webinar memahami perbedaan keduanya dengan baik. Berikut detailnya:
Book chapter bisa digabungkan dari beberapa hasil penelitian dosen yang kemudian dibukukan menjadi satu judul buku. Sementara monograf bersumber dari satu hasil penelitian dosen saja. Jadi book chapter bisa disebut dari kumpulan beberapa buku monograf.
Usai pemaparan materi oleh Bu Miguna, sesi berikutnya adalah sesi tanya jawab. Para peserta terlihat aktif mengajukan pertanyaan terkait materi yang sudah disampaikan oleh narasumber.
Pada hari kedua, webinar Pendampingan Pembuatan Buku Monograf dan Book Chapter kemudian menghadirkan narasumber dari pihak penerbit deepublish. Yakni oleh Tri Mahfita yang menjelaskan mengenai informasi dan prosedur penerbitan buku monograf dan book chapter lewat penerbit deepublish.
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…