Menulis Buku

Penggunaan Diksi dan 6 Cara Menyuntingnya dalam Karya Tulis

Memahami bagaimana penggunaan diksi (pemilihan kata) yang tepat sangat penting bagi siapa saja untuk mendukung kegiatan komunikasi, baik komunikasi lisan maupun lewat tulisan. Pemilihan diksi atau kata yang tepat akan melancarkan komunikasi tersebut. 

Dalam dunia kepenulisan, pemilihan diksi perlu dilakukan dengan teliti karena ketika ada kesalahan maka akan memberi dampak besar. Misalnya, saat penulis keliru memilih diksi maka pembaca akan salah paham dan memicu masalah di kemudian hari. 

Oleh sebab itu, seorang penulis sangat penting untuk menguasai bagaimana penggunaan dari diksi yang tepat. Selain lihai dalam memilih diksi, penulis juga perlu lihai dalam menyunting diksi dalam karya yang dibuat. 

Penggunaan Diksi

Menulis adalah kegiatan mengungkapkan ide dalam pikiran penulis ke dalam bentuk tulisan yang memiliki makna. Supaya tulisan tersebut memiliki makna yang bisa dipahami para pembaca, penulis perlu teliti dalam memilih diksi dan menyusunnya menjadi kalimat efektif.  

Diksi atau pilihan kata menjadi satuan terkecil dari sebuah bahasa. Setiap kata atau diksi kemudian memiliki makna. Terkait dengan makna, ada makna konotatif (tidak sebenarnya atau kiasan) dan denotatif (makna sebenarnya). 

Penulis memiliki kebebasan untuk menentukan apakah memilih diksi konotatif atau denotatif. Biasanya akan disesuaikan dengan jenis atau genre dari karya tulis yang dibuat. Lalu, diksi disesuaikan pula dengan karakter target pembaca. 

Misalnya, saat menyusun naskah buku ilmiah maka akan selalu menggunakan makna denotatif agar langsung dipahami pembaca. Sebaliknya, dalam karya tulis fiksi, penulis mungkin butuh sentuhan estetik sehingga menggunakan diksi konotatif. 

Contoh lainnya, saat buku yang ditulis ditargetkan untuk pembaca remaja maka memilih diksi yang santai dan kekinian (bahasa gaul) akan dilakukan. Namun, jika target pembacanya adalah orang dewasa maka diksi formal dan sesuai EYD akan diprioritaskan. 

Jadi, penggunaan diksi dalam dunia kepenulisan tidak hanya memastikan karya yang dibuat mudah dipahami oleh pembaca. Melainkan juga membantu penulis melakukan komunikasi secara personal dengan pembaca karena memilih diksi sesuai karakter mereka. Hal ini membantu pembaca mendapat kesan sedang mengobrol dengan teman dekatnya. 

Informasi ini akan membantu memahami lebih dalam: Syarat Diksi Agar Penentuan Kata dalam Kalimat Tepat

Cara Menyunting Diksi dalam Naskah

Dalam proses menulis, tentunya tidak bisa dipisahkan dari aktivitas penyuntingan. Penyuntingan sendiri di dunia kepenulisan memiliki jenis dan bentuk yang beragam.

Dikutip dari buku Taktis Menyunting karya dari Bambang Trim (2023), proses penyuntingan karya tulis bisa dalam bentuk penyuntingan diksi, penyuntingan ejaan, penyuntingan kalimat, dan juga penyuntingan paragraf. Secara umum, penyuntingan ditujukan untuk meminimalkan atau menghilangkan kesalahan dalam tulisan. 

Dalam proses penyuntingan tersebut, seorang penulis sampai editor sebuah penerbit akan melakukan proses penyuntingan secara menyeluruh. Penyuntingan atau memperbaiki diksi dapat dilakukan beberapa cara. 

Menurut Bambang (2023), penyuntingan diksi bisa dilakukan dengan 6 cara atau teknik, yaitu:

1. Menyunting Kata

Cara pertama dalam menyunting diksi adalah dengan menyunting kata. Menyunting kata disini artinya penulis atau editor perlu mengubah suatu kata yang dianggap kurang tepat dengan kata lain yang lebih tepat. 

Kesalahan kata sering terjadi ketika penulis memiliki perbendaharaan kata yang terbatas. Kondisi ini membuatnya “setia” menggunakan suatu kata dan ketika ditempatkan pada kalimat tertentu justru membuatnya sebagai kesalahan diksi. 

Kesalahan dalam pemilihan diksi sehingga perlu disunting bisa karena kesalahan makna dan bisa karena kesalahan penggunaan. Berikut penjelasan rincinya: 

a. Kesalahan Makna

Kesalahan makna adalah kondisi dimana penulis memahami makna suatu kata sesuai pemikiran sendiri sehingga tidak mengetahui makna sebenarnya dari kata tersebut. 

Hal ini dapat terjadi karena suatu kata sering digunakan untuk komunikasi sehingga diartikan secara berbeda oleh penulis. Merasa sudah memahami maknanya, kata tersebut dituangkan dalam naskahnya sehingga menjadi kesalahan makna. Berikut beberapa contohnya: 

b. Kesalahan Penggunaan

Bentuk kesalahan kedua yang membutuhkan penyuntingan kata adalah kesalahan penggunaan. Artinya, ada beberapa kata yang secara makna perlu digunakan untuk kalimat tertentu agar menjadi kalimat efektif dan diksi tepat. 

Namun karena satu dan lain hal, misalnya penulis tidak tahu perbedaan penggunaan suatu kata maka sengaja tetap digunakan dan menjadi kesalahan penggunaan. Misalnya: 

  • Barang yang harus dibawa, seperti senter, baterai, dan tali. (Benar)
  • Barang yang harus dibawa, seperti senter, baterai, tali, dan sebagainya. (Salah).

Kenapa contoh kalimat kedua disebut salah? Dalam KBBI, kata dan sebagainya digunakan untuk kalimat perincian apabila yang diperinci sejenis atau dalam kelompok yang sama. 

Pada perincian di atas adalah untuk kelompok tidak sama sehingga seharusnya memakai kata dan untuk menyebut kelompok terakhir. Mengatasi kesalahan ini, dianjurkan untuk mengecek cara penggunaan di KBBI. Setelah definisi akan diikuti contoh penggunaan yang benar. 

2. Menyunting Bentuk Lewah (Mubazir)

Cara penyuntingan diksi yang kedua agar penggunaan diksi dari tidak tepat menjadi tepat adalah menyunting bentuk lewah atau mubazir. Artinya, dalam beberapa momen seorang penulis keliru memakai kata secara berlebihan. 

Seharusnya kata tersebut tidak perlu ditambahkan tetapi tetap ditambahkan. Alasannya karena penulis bisa jadi memahami kata tersebut memang tepat untuk ditambahkan sehingga tidak menyadari kesalahannya. Contoh kesalahan diksi jenis ini adalah: 

3. Menyunting Ungkapan

Cara ketiga untuk melakukan penyuntingan diksi agar penggunaan diksi menjadi tepat adalah menyunting ungkapan. Dalam bahasa Indonesia ada frasa maupun kata yang merupakan ungkapan sehingga menjadi kata dengan makna konotatif. 

Seorang ahli bahasa Indonesia, yakni Jus Badudu, diketahui menyusun keberagaman ungkapan dalam bahasa Indonesia. Semua dikumpulkan ke dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Berikut beberapa contoh menyunting ungkapan untuk memperbaiki kesalahan pemilihan kata: 

Dalam menyusun karya tulis, seorang penulis bisa menggunakan ungkapan apapun. Namun, harus dipastikan sesuai dengan konteks dan makna yang ingin disampaikan dipahami dengan mudah oleh pembaca. 

Selain itu, ungkapan tidak lumrah dan tidak dianjurkan untuk digunakan dalam karya tulis ilmiah. Baik artikel maupun buku ilmiah, yang lebih memprioritaskan penggunaan kata sesuai EYD dengan makna denotatif. Jika ada kekeliruan, silakan dilakukan penyuntingan ungkapan. 

4. Menyunting Ungkapan Idiomatik

Cara ketiga untuk memperbaiki kesalahan penggunaan diksi adalah menyunting ungkapan idiomatik. Secara sederhana, ungkapan idiomatik adalah gabungan dua kata atau lebih dalam bahasa Indonesia yang khas dan tepat. 

Ketika suatu kata idiomatik ini disusun tunggal maka akan menjadi kesalahan diksi. Maka sudah seharusnya disusun bersamaan karena memang seolah sudah “ditakdirkan” menjadi pasangan kata. Berikut beberapa contohnya: 

Jadi, jika ada penulis yang hanya menggunakan kata “terdiri” padahal seharusnya menjad idiomatik “terdiri dari”. Maka perlu diubah agar menjadi diksi yang tepat dan maknanya jelas. 

5. Menyunting Kesalahan Ketik

Cara kelima dalam menyunting penggunaan diksi agar tepat adalah menyunting kesalahan ketik. Kesalahan ketik atau typo sering dipandang bukan kesalahan dalam bahasa Indonesia. 

Namun dalam beberapa kondisi, kesalahan ketik bisa membentuk kata yang sesuai EYD tetapi makna berbeda. Maka dalam proses penyuntingan diksi, mengubah kata yang salah ketik penting untuk dilakukan. Berikut beberapa contohnya: 

  • perbesaran → persebaran
  • ketika → ketiak
  • nabi → babi
  • koki → joki
  • disalip → disalib
  • yang → uang

6. Menyunting Kata Turunan

Cara terakhir dalam menyunting diksi adalah menyunting kata turunan. Kata dasar yang mendapat imbuhan dalam bahasa Indonesia disebut kata turunan. Imbuhan akan mengubah makna suatu kata. 

Kadang kala penulis melakukan kesalahan dengan menempatkan kata turunan yang kurang tepat sehingga harus disunting atau diganti, misalnya: 

  • persebaran Covid-19 (Benar, karena makna: tersebarnya Covid-19)
  • penyebaran Covid-19 (Salah, karena makna: proses menyebarkan Covid-19).

Menggunakan kata penyebaran tidak tepat karena memberi makna bahwa virus Covid-19 disebarkan oleh seseorang atau suatu pihak. Padahal aktual di lapangan tidak ada pihak manapun yang sengaja menyebar virus mematikan ini. 

Penyuntingan diksi akan membantu menyempurnakan naskah sehingga dipastikan seluruh diksi di dalamnya tepat. Sehingga makna yang terkandung mudah dipahami oleh pembaca dan menggunakan ragam kata yang sesuai dengan karakter naskah (fiksi atau non fiksi) dan pembaca. 

Baca Juga: Fungsi Diksi dan Pentingnya dalam Menulis Buku

Contoh Penggunaan Diksi yang Tepat

Pada dasarnya, penggunaan diksi yang tepat akan menciptakan kalimat efektif sehingga enak dibaca dan mudah dipahami. Jadi, diksi yang tepat berkaitan erat dengan kalimat efektif. Keduanya akan membantu penulis menyusun kalimat yang baik dan sesuai. 

Dikutip melalui laman resmi Binus University, pemilihan diksi dikatakan tepat ketika memenuhi 5 syarat yakni (1) benar, (2) cermat, (3) tepat, (4) lazim, dan (5) serasi. Apabila syarat ini dipenuhi, penulis bisa menyusun kalimat efektif dan seluruh diksinya tepat. 

Supaya tidak bingung mengenai bagaimana pemilihan dan penggunaan diksi yang tepat, berikut beberapa contoh dan penjelasannya: 

  1. Gara-gara mencuri buah mangga, Ari sejak kemarin menjadi buah bibir di kampung. (kata buah mangga memiliki makna denotatif, sementara buah bibir memiliki makna konotatif yang artinya menjadi bahan pembicaraan).
  2. Anita selalu mengacuhkan janji yang sudah dibuat. (kata mengacuhkah adalah diksi yang kurang tepat, dan bisa diganti dengan kata mengabaikan sehingga lebih enak didengar atau dibaca).
  3. Seorang pria ditemukan mati mengenaskan di tepi Sungai Lusi kemarin siang. (kata mati pada kalimat ini menjadi diksi dengan makna kasar, sehingga agar lebih enak dibaca isa diperhalus dengan memakai kata meninggal).
  4. Para guru-guru akan melakukan rapat kenaikan kelas pada tanggal 23 Agustus 2014. (kata para guru-guru adalah diksi yang kurang tepat karena memiliki makna ganda. Kata para berarti jamak, begitu juga dengan guru-guru. Maka salah satunya harus dihapus agar menjadi kalimat efektif dengan diksi yang tepat).
  5. Udara disana sangat sejuk dan pepohonannya juga sangat lebat. (kata sangat lebat dalam kalimat ini adalah contoh diksi yang kurang tepat. Dibanding memakai diksi tersebut, dianjurkan memakai diksi rimbun. Sehingga lebih tepat dalam mendeskripsikan banyaknya pepohonan yang tumbuh).

Hindari hal berikut agar tulisan Anda mudah dipahami pembaca: Bentuk Kesalahan Penggunaan Kata dalam Karya Tulis

Penggunaan diksi yang tepat akan meningkatkan kualitas karya tulis yang disusun. Dalam hal ini memang butuh proses. Maka penting sekali bagi seorang penulis untuk produktif menulis dan rajin membaca. 

Semakin banyak perbendaharaan kata dimiliki, semakin memudahkan dalam pemilihan diksi yang tepat. Oleh sebab itu, meskipun sudah menjadi penulis usahakan tidak mengabaikan kebutuhan untuk rutin membaca karya orang lain dan membaca karya tulis di berbagai media. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik penggunaan diksi pada artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke rekan penulis lainnya. Semoga bermanfaat.

Pujiati

Pujiati telah menjadi SEO Content Writer hampir 10 tahun. Dia berpengalaman menulis konten seputar dosen, kepenulisan akademis dan kreatif, serta kesehatan. Melalui tulisan, Pujiati merasa senang ketika apa yang ia tulis bermanfaat untuk pembaca.

Recent Posts

Ketik Ulang agar Tidak Plagiat, Emang Bisa?

Dalam menyusun karya tulis ilmiah maka akan identik dengan penambahan kutipan. Kutipan ini biasanya dicantumkan…

1 minggu ago

8 Cara Mencari Sinonim Kata untuk Prafrase

Salah satu upaya yang umum dilakukan penulis untuk menghindari plagiarisme adalah dengan melakukan parafrase. Teknik…

1 minggu ago

Cara Mengubah Kata agar Tidak Plagiat dan Toolsnya

Ada banyak cara bisa dilakukan peneliti untuk menghindari plagiarisme saat menyusun karya ilmiah, salah satunya…

1 minggu ago

Cara Bebas Finansial bagi Akademisi, Bisa?

Berada di kondisi bebas finansial menjadi impian banyak orang di dunia, bisa jadi Anda termasuk…

1 minggu ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Buku Ber-ISBN di Jakarta

Bagi sebuah perguruan tinggi, memastikan dosen-dosen di bawah naungannya menerbitkan buku ber-ISBN adalah hal penting.…

1 minggu ago

Kerja Sama Workshop Penulisan Karya Ilmiah di Jakarta

Setiap perguruan tinggi di Indonesia tentu ingin memaksimalkan pencapaian IKU (Indikator Kinerja Utama). Ada banyak…

1 minggu ago