Dalam menerbitkan buku ada beberapa tahapan perlu dilalui, salah satunya tahap penyuntingan naskah. Tahap ini akan membantu memastikan naskah buku tersebut memenuhi standar mutu. Sehingga layak untuk diterbitkan.
Proses penyuntingan dalam dunia penerbitan, umumnya dilakukan oleh editor dari suatu penerbit buku. Meskipun begitu, penulis juga dianjurkan menjadi penyunting di tahap pertama. Sehingga editor suatu penerbit menjadi penyunting tahap kedua.
Memahami bahwa penyuntingan perlu dilakukan penulis dan editor. Maka memahami apa itu penyuntingan dan bagaimana prosesnya adalah hal penting. Berikut penjelasan lebih rinci mengenai penyuntingan pada naskah.
Penyuntingan Naskah Sebelum Menerbitkan Buku
Dikutip melalui modul “Penyuntingan Naskah” yang disusun oleh Nadra Amalia, penyuntingan naskah secara umum memiliki 3 definisi. Pertama, penyuntingan adalah proses atau pekerjaan menyiapkan naskah yang siap untuk dicetak.
Kedua, penyuntingan adalah kegiatan merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak. Keempat, penyuntingan adalah kegiatan atau proses menyusun dan merakit film atau pita rekaman.
Definisi penyuntingan dipecah menjadi tiga, karena memang istilah ini umum digunakan di tiga bidang tersebut. Yakni bidang penerbitan buku, publikasi media massa, dan juga pembuatan film.
Dalam dunia penerbitan buku sendiri, penyuntingan naskah adalah proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan.
Penyuntingan dilakukan untuk memastikan kualitas naskah sudah baik dan sesuai standar. Setelahnya akan naik ke proses cetak untuk kemudian diterbitkan sesuai dengan aturan umum proses penerbitan buku. Sehingga penyuntingan adalah tahap penting sebelum buku diterbitkan.
Perbedaan Penyuntingan dan Pengeditan
Penyuntingan naskah dan pengeditan menjadi dua istilah yang umum digunakan dalam dunia penerbitan buku. Sekilas, keduanya tampak mirip. Sehingga banyak orang menganggap penyuntingan sama dengan pengedeitan.
Padahal, keduanya berbeda. Berdasarkan informasi dari Chat GPT versi 4, yang diakses pada 13 Desember 2024. Dijelaskan bahwa setidaknya ada 3 hal yang membedakan antara penyuntingan dan pengeditan naskah. Berikut penjelasannya:
1. Fokus Utama
Perbedaan yang pertama terletak pada fokus utama. Artinya, fokus koreksi dalam kegiatan penyuntingan dan pengeditan berbeda. Pada penyuntingan suatu naskah buku, fokus utamanya adalah pada kualitas konten dan struktur.
Sementara pada pengeditan, fokus utamanya adalah pada teknis dan detail. Penyuntingan akan memastikan naskah memiliki alur yang runtut, enak dibaca, dan mudah dipahami. Saat ada kesalahan struktur maupun gaya bahasa, maka dilakukan revisi.
Sementara pada pengeditan, editor maupun penulis akan fokus pada hal teknis. Seperti ada tidaknya kesalahan ketik (typo), penempatan dan pemilihan tanda baca, pengaturan margin (pada soft file naskah), dan sebagainya.
2. Tujuan
Perbedaan yang kedua antara penyuntingan naskah dengan pengeditan adalah pada tujuan. Tujuan penyuntingan secara umum adalah memastikan naskah memiliki memiliki alur yang logis, konsisten, relevan, dan makna tersampaikan dengan baik.
Sementara tujuan dari pengeditan adalah memastikan isi naskah bebas dari kesalahan teknis seperti ejaan, tanda baca, tata bahasa, dan format. Pengeditan memastikan naskah menjadi rapi dan juga lebih enak dibaca.
3. Proses
Jika dilihat dari segi proses, atau bentuk kegiatan selama penyuntingan dan pengeditan. Nantinya juga akan ditemukan perbedaan yang cukup signifikan. Pada penyuntingan, prosesnya akan mencakup beberapa hal berikut:
- Memperbaiki struktur paragraf dan kalimat agar mudah dipahami.
- Menyesuaikan gaya bahasa dengan target pembaca atau audiens.
- Mengevaluasi relevansi dan keakuratan informasi.
- Melakukan penyesuaian terhadap format penulisan sehingga sesuai dengan kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia.
Sementara itu, pada proses pengeditan maka editor akan melakukan beberapa hal berikut:
- Memperbaiki kesalahan ejaan, typo, atau tata bahasa.
- Menyesuaikan konsistensi penggunaan tanda baca.
- Mengatur format teks, seperti spasi, margin, atau font, agar seragam.
Tujuan Menyunting Naskah
Ada beberapa tujuan spesifik yang menjadi alasan kenapa penyuntingan naskah perlu dilakukan sebelum buku diterbitkan. Tujuan tersebut antara lain:
1. Mengatasi Kesalahan pada Naskah
Tujuan pertama dari proses penyuntingan dalam penerbitan buku adalah mengatasi kesalahan pada naskah. Bahkan bisa disebut, penyuntingan adalah proses pembersihan kesalahan dalam naskah buku.
Misalnya bertujuan untuk mengatasi kesalahan dalam mengatur struktur kalimat dalam satu paragraf. Proses penyuntingan bisa mengubah struktur kalimat yang dirasa masih keliru. Bisa juga menyusun paragraf baru yang dirasa lebih sesuai.
Proses penyusunan paragraf baru biasanya dilakukan langsung oleh editor atau pihak yang menyunting, disebut penyunting. Namun, penyuntingan ini tentu saja atas persetujuan atau sepengetahuan penulis.
2. Naskah Lebih Enak Dibaca
Tujuan yang kedua dari proses penyuntingan naskah adalah meningkatkan keterbacaan naskah. Ada kalanya naskah buku yang dikirimkan penulis kepada penerbit masih belum enak dan mudah dibaca.
Misalnya masih ada kesalahan dalam menyusun kalimat, makna dari suatu paragraf atau bahkan satu bab seluruhnya masih rancu untuk dipahami, dan sebagainya. Sehingga penyuntingan oleh editor atau penyunting pun perlu dilakukan.
Harapannya naskah menjadi lebih enak untuk dibaca. Hal ini akan mendorong minat baca masyarakat, karena mereka merasa nyaman saat membaca naskah tersebut. Naskah yang enak dibaca akan lebih mudah menarik minat pembaca dan meningkatkan angka penjualan.
3. Memudahkan Penyampaian Pesan dari Penulis kepada Pembaca
Tujuan yang ketiga dari proses penyuntingan naskah adalah untuk memperjelas makna buku tersebut. Buku menjadi salah satu jenis karya tulis yang berfungsi sebagai jembatan untuk komunikasi antara penulis dengan pembaca.
Sayangnya, gaya bahasa sampai struktur isi buku yang masih dijumpai kesalahan. Bisa mengganggu komunikasi tersebut. Dampaknya, pembaca bisa kesulitan menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis pada bukunya.
Penyuntingan akan memperbaiki gaya bahasa sampai struktur naskah, paragraf demi paragraf. Sehingga menjadi lebih enak dibaca dan maknanya pun jelas. Pembaca pun tidak sulit memahami seluruh isi buku tersebut.
4. Naskah Layak Terbit Sesuai Ketentuan di Dunia Penerbitan
Penyuntingan naskah buku juga bertujuan untuk memastikan naskah tersebut layak terbit. Kelayakan suatu naskah untuk terbit disesuaikan dengan ketentuan atau standar di dunia penerbitan.
Secara umum, berikut adalah beberapa standar kelayakan naskah buku untuk terbit:
- Isi naskah relevan dan menarik, disebut relevan ketika topik buku sesuai kebutuhan target pembaca di masa sekarang. Sementara disebut menarik, jika topik tersebut unik, ada sudut pandang baru, topik segar, dan sebagainya.
- Struktur naskah terorganisir, sehingga enak dibaca dan makna isi naskah mudah dipahami oleh pembaca.
- Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, jika naskah memakai bahasa Indonesia maka sesuai kaidah yang berlaku. Yakni memakai standar sesuai EYD dan KBBI.
- Naskah original atau bebas plagiarisme dan pelanggaran etika lain dalam dunia penerbitan.
- Riset mendalam, artinya isi naskah menyampaikan suatu informasi yang jelas dan relevan dengan aktual di lapangan. Sehingga bukan karangan yang aneh dan tidak logis.
- Naskah memiliki potensi pasar yang baik, artinya buku tersebut punya potensi mendapat pasar atau diminati oleh masyarakat. Misalnya, topik buku sesuai tren, naskah enak dibaca, dan sebagainya.
Aspek yang Disunting
Hal penting berikutnya yang perlu dipahami adalah aspek yang disunting dalam proses penyuntingan. Ada banyak aspek yang biasanya diperhatikan dan disunting. Sehingga menghasilkan buku yang layak terbit dilihat dari banyak sisi. Berikut penjelasannya:
1. Aspek Isi
Aspek pertama yang disunting dalam proses penyuntingan adalah aspek isi. Isi disini mencakup penyuntingan isi harus relevan dengan topik utama. Begitu pula relevansinya dengan informasi di dalamnya.
Jika buku adalah fiksi, maka isi cerita dari buku tersebut relevan dengan topik utama yang diusung oleh penulis. Selain itu, pada aspek isi juga memperhatikan konsistensi. Artinya, fokus pada topik dari bab pertama sampai akhir dan tidak melebar ke topik lain.
2. Aspek Struktur
Aspek kedua yang disunting adalah struktur. dalam proses penyuntingan, penyunting akan memastikan alur cerita atau penyampaian informasi runtut. Sehingga lebih enak dibaca dan bisa dipahami. Bukan disampaikan secara asal dan loncat-loncat.
3. Aspek Format
Khusus pada buku ilmiah atau nonfiksi, dalam penyuntingan juga memperhatikan aspek format. Format disini disesuaikan dengan ketentuan struktur penyusunan buku ilmiah. Terutama pada bab atau bagian-bagian tertentu yang ditetapkan formatnya.
Misalnya pada daftar isi, dimana ada ketetapan mencantumkan setiap halaman dan bab secara runtut. Contoh lain adalah pada daftar pustaka, dimana ada gaya sitasi yang harus dijadikan patokan dalam menyusunnya. Jika daftar rujukan pertama memakai APA Style, maka begitu seterusnya sampai rujukan terakhir.
4. Aspek Bahasa
Aspek keempat yang disunting oleh penyunting adalah aspek bahasa. Aspek bahasa disini mencakup penyuntingan untuk kalimat dan paragraf yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kemudian juga gaya bahasa disesuaikan dengan karakter target pembaca.
Hal lain dalam aspek bahasa adalah berkaitan dengan konsistensi penggunaan istilah. Misalnya, jika dari awal memakai kata ganti “Anda” maka penyunting akan memastikan konsisten memakainya dari halaman pertama sampai terakhir.
5. Aspek Visual
Aspek berikutnya adalah aspek visual jika memang ada. Dalam buku tertentu, penulis mungkin menambahkan elemen visualisasi. Misalnya grafik, tabel, foto atau gambar, dan sebagainya untuk menjelaskan suatu informasi atau data.
Visualisasi bisa ditemukan dalam buku ilmiah dan sejumlah buku nonilmiah, misalnya pada novel dengan ilustrasi gambar. Penyuntingan akan memastikan visualisasi ini relevan untuk ditambahkan dan punya kualitas baik aga terlihat jelas. Sekaligus bisa dipahami oleh pembaca.
6. Aspek Target Audiens
Aspek terakhir yang disunting adalah aspek target audiens atau target pembaca. Hal ini berkaitan dengan kesesuaian isi, apakah relevan dengan selera dan kebutuhan target pembaca.
Begitu juga dengan gaya bahasa, agar mudah dipahami oleh target pembaca sekalipun menggunakan istilah khusus. Baik itu istilah ilmiah, istilah dalam bahasa daerah, dan sebagainya.
Cara Menyunting Naskah
Dikutip melalui fachmycasofa.com, terdapat 5 langkah dalam cara menyunting naskah buku. Hal ini perlu dipahami penulis apabila ingin melakukan penyuntingan naskah tahap pertama. Sekaligus, menginformasikan kepada penulis bahwa tahapan ini bisa memakan waktu jika dilakukan editor sebuah penerbit. Adapun 5 langkah penyuntingan adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa Kelengkapan Naskah
Langkah yang pertama dalam proses penyuntingan adalah memeriksa kelengkapan naskah. Dalam dunia penerbitan, penulis perlu mengirimkan naskah secara lengkap. Hal ini penting untuk menunjukan naskah sudah selesai disusun.
Selain itu, masing-masing penerbit memiliki kebijakan untuk melampirkan beberapa dokumen yang melengkapi submit naskah. Misalnya surat pernyataan keaslian naskah, sinopsis, biografi singkat penulis, dll. Kelengkapan ini akan diperiksa dulu oleh penyunting.
2. Membaca Naskah Secara Menyeluruh
Langkah yang kedua adalah proses membaca naskah secara keseluruhan oleh penyunting. Hal ini perlu dilakukan dengan baik dan teliti, sehingga bisa memakan waktu cukup lama. Tujuannya agar bisa menemukan kesalahan sekecil apapun.
Apalagi salah satu tujuan penyuntingan naskah memang menghapus segala bentuk kesalahan. Selama proses ini berjalan, penyunting perlu fokus untuk memastikan dilakukan dengan benar.
3. Memberi Penanda pada Kesalahan yang Ditemukan
Langkah ketiga adalah proses memberi penanda. Proses ini pada dasarnya menjadi satu dengan langkah sebelumnya. Yakni selama proses membaca, penyunting bisa sekaligus memberi penanda pada bagian-bagian yang dirasa masih keliru.
Pemberian penanda bisa dilakukan dengan pensil. Sehingga bisa dihapus jika dirasa bagian tersebut tidak perlu disunting saat masuk ke tahap berikutnya. Apabila naskah dalam format digital atau soft file. Maka bisa menggunakan aplikasi tertentu untuk memberi penanda.
Misalnya, jika naskah dalam format Docx dan dibuka dengan Word. Maka penulis bisa memberi penanda dengan memberi garis bawah, memberi blok warna tertentu, mencetak tebal, dan sebagainya sesuai preferensi penyunting.
4. Memulai Proses Penyuntingan Naskah
Langkah yang keempat adalah memulai proses penyuntingan itu sendiri. Pada tahap ini, penyunting bisa mengandalkan penanda yang sudah dibuat di tahap sebelumnya. Sehingga bisa fokus di masing-masing penanda.
Satu per satu, bagian yang dirasa ada kesalahan diperbaiki. Secara etika, perubahan pada naskah dalam proses penyuntingan diketahui oleh penulis. Sehingga dalam proses ini akan ada komunikasi antara penyunting dengan penulis.
Namun, beberapa penerbit buku mungkin memiliki kebijakan berbeda. Sehingga bisa disesuaikan dan penulis biasanya akan diberi penjelasan mengenai hal ini di tahap awal. Yakni sebelum proses penyuntingan mulai dilakukan.
5. Membaca Ulang Hasil Penyuntingan
Langkah terakhir dalam proses penyuntingan adalah membaca ulang hasil penyuntingan. Hasil penyuntingan perlu dibaca ulang untuk memastikan sudah baik dan benar. Serta tidak ada kesalahan berulang.
Tahap ini bisa menjadi cukup sulit. Pertama, penyunting mungkin merasa hasil penyuntingan masih keliru. Sehingga melakukan penyuntingan ulang dan hal ini bisa memakan waktu lebih lama.
Kedua, hasil penyuntingan mungkin dianggap sudah sempurna. Padahal bisa jadi ada kesalahan. Oleh sebab itu, pemeriksaan hasil penyuntingan harus dilakukan dengan teliti untuk meminimalkan bias atau kesalahan tersebut.
Inilah alasan kenapa penyuntingan perlu dilakukan oleh penyunting profesional. Tujuannya agar prosesnya benar dan hasilnya pun bisa maksimal. Hal ini bisa meningkatkan potensi adanya peningkatan kualitas pada naskah.
Apakah Penulis Wajib Menyunting Naskah?
Secara umum, proses penyuntingan naskah dilakukan oleh para profesional. Salah satunya editor perusahaan penerbitan yang juga memiliki tugas menjadi penyunting. Namun, penulis sekali lagi bisa melakukan penyuntingan tahap pertama.
Sehingga meminimalkan kesalahan dan memperbesar peluang naskah diterima oleh penerbit besar dan kredibel. Namun tentunya, penulis tidak ada kewajiban untuk melakukan penyuntingan. Utamakan untuk memakai jasa profesional.
Apabila terkendala oleh biaya, maka bisa menerbitkan buku yang sudah disusun ke Penerbit Deepublish. Sebab disediakan layanan penyuntingan secara gratis oleh editor profesional, berpengalaman, dan bersertifikasi BNSP.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi berkaitan dengan topik penyuntingan naskah. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.