Daftar Isi
Memudahkan proses pencarian referensi ilmiah yang kredibel, akademisi bisa mengandalkan Scopus maupun ScienceDirect. Keduanya diketahui dirilis oleh Elsevier, akan tetapi apa perbedaan Scopus dan ScienceDirect tersebut?
Sebab, Elsevier tentu memiliki alasan tersendiri memisahkan dua website yang berisi publikasi ilmiah tersebut. Intinya, kenapa Elsevier harus repot menciptakan dua website dengan dua database berbeda?
Hal ini karena memang antara Scopus dengan ScienceDirect memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut tentu perlu dipahami agar membantu akademisi dan peneliti menentukan website mana yang perlu dituju saat mencari referensi ilmiah. Berikut penjelasannya.
Membantu memahami apa saja perbedaan Scopus dan ScienceDirect, maka dimulai dengan memahami definisi masing-masing. Sehingga bisa mengetahui mana yang sebaiknya dipilih sesuai dengan tujuan atau kebutuhan.
Scopus memiliki definisi sebagai kumpulan ringkasan literatur terbesar di dunia, dengan citation (kutipan) yang menyediakan Abstract (ringkasan) dari literatur-literatur ilmiah dan penelitian yang telah di-review (peer-reviewed).
Secara sederhana, Scopus bisa dipahami sebagai sebuah database yang akan mengindeks jurnal ilmiah, khususnya jurnal internasional. Scopus diketahui dimiliki dan dikelola oleh publisher terkemuka, yakni Elsevier.
Scopus masuk ke dalam jajaran database jurnal internasional dengan kredibilitas tinggi sehingga bereputasi. Publikasi ke jurnal internasional yang terindeks di database ini masuk kategori jurnal internasional bereputasi.
Tidak mengherankan, karena Scopus diketahui memiliki kebijakan dan aturan ketat dalam menyaring seluruh jurnal internasional. Hanya jurnal internasional dengan reputasi dan kredibilitas yang baik yang bisa masuk ke dalam database-nya.
Selain itu, secara berkala pihak Scopus melakukan evaluasi terhadap seluruh jurnal yang sudah terindeks. Ketika dijumpai jurnal kredibel berubah memiliki indikasi sebagai jurnal predator, maka akan dihapus dari database. Disebut dengan istilah jurnal discontinued.
Lalu, apa itu ScienceDirect? Mengenal perbedaan Scopus dan ScienceDirect tentu penting juga untuk memahami apa itu ScienceDirect. Sehingga bisa dipahami hal mendasar yang membedakannya dengan Scopus.
ScienceDirect merupakan database yang berisi kumpulan dokumen full-text yang berkualitas yang telah diperiksa oleh peer-review Elsevier. Pada tahun 2022, ScienceDirect tercatat memiliki r sekitar 26,000 judul buku dan 2,500 judul jurnal dalam databasenya.
ScienceDirect juga dimiliki dan dikelola oleh Elsevier, sama seperti Scopus. Hanya saja keduanya memiliki beberapa perbedaan yang nanti akan dijelaskan lebih detail di bawah. Laman ScienceDirect juga bisa dituju untuk mencari referensi ilmiah, sama seperti Scopus.
Hanya saja, Scopus mendata seluruh jurnal internasional dari berbagai publisher, sementara ScienceDirect hanya mengindeks hasil publikasi pemiliknya. Yakni Elsevier. Meskipun begitu koleksi di dalamnya cukup banyak seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Sehingga situs ScienceDirect juga cocok dituju untuk tujuan mencari referensi ilmiah. Bahkan bisa mengunduh referensi tersebut secara langsung. Sebab sesuai definisinya, di laman ScienceDirect memang menyediakan publikasi ilmiah dalam versi full-text alias lengkap.
Meskipun sama-sama dimiliki dan dikelola oleh perusahaan yang sama, yakni Elsevier. Sekaligus sama-sama mengindeks publikasi ilmiah terutama dalam bentuk buku dan jurnal internasional.
Namun, antara Scopus dengan ScienceDirect yang bisa disebut sebuah database yang bersaudara pada dasarnya berbeda. Dikutip melalui berbagai sumber, berikut adalah sejumlah perbedaan Scopus dan ScienceDirect tersebut:
Perbedaan yang pertala terletak pada isi konten, hal ini bisa dipahami melalui definisi keduanya seperti yang sudah dijelaskan. Scopus mengindeks jurnal internasional dengan kualitas dan kredibilitas yang tinggi.
Namun, di dalamnya hanya mencantumkan informasi mengenai jurnal tersebut. Misalnya informasi mengenai judul jurnal, siapa penerbit jurnal tersebut, link menuju laman resmi jurnal tersebut, dan sebagainya.
Sementara informasi mengenai isi suatu artikel ilmiah pada jurnal internasional terbatas. Paling mudah diketahui adalah Scopus hanya menampilkan abstrak dari artikel ilmiah tersebut.
Selebihnya ketika pengguna jasa ingin membaca isi artikel ilmiah secara penuh maka perlu mengunjungi website pengelola jurnalnya. Baru kemudian melakukan pembayaran (jika berbayar), mengunduh, dan membaca isinya.
Lalu, bagaimana dengan ScienceDirect? Pada laman ScienceDirect, isi konten terbilang lebih lengkap karena menampilkan full-text dari suatu publikasi ilmiah. Sehingga pengguna jasanya bisa membaca suatu publikasi.
Bahkan pada beberapa koleksinya tersedia fitur untuk mengunduh dokumen dalam format PDF. Sehingga pengguna jasa tidak perlu mengunjungi website lain untuk mendapatkan dokumen publikasi ilmiah tersebut, baik buku maupun jurnal internasional.
Mencari referensi harus tricky agar hasil pencarian sesuai dengan yang kita inginkan. Untuk itu, kuasai 4 cara mencari jurnal internasional di Google Scholar agar relevan.
Perbedaan Scopus dan ScienceDirect yang kedua adalah pada sifat layanannya. Meskipun sama-sama dikelola oleh Elsevier, ternyata selain berbeda dari segi tujuan juga berbeda dari kebijakan pengelolaan.
Seperti yang diketahui bersama, Scopus hanya bisa diakses bagi pengguna yang sudah berlangganan karena sifatnya berbayar. Meskipun versi gratisnya memungkinkan pengguna jasa mengetahui jurnal mana saja yang terindeks.
Namun untuk membaca detail informasi lain, termasuk terhubung ke situs yang mengelola dan menerbitkan jurnal tersebut terbatas, yakni hanya ditujukan pada pengguna yang sudah berlangganan.
Biaya berlangganan di Scopus juga dikenal mahal, sehingga jarang sekali dimiliki oleh perorangan. Mayoritas pengguna berbayar di Indonesia adalah lembaga penelitian dan perguruan tinggi, terutama berskala besar karena memang mahal.
Lalu, bagaimana dengan ScienceDirect? Elsevier tampaknya cukup berbaik hati kepada para pengguna produk terbitannya. Melalui ScienceDirect, para pengguna bisa membaca dan mengunduh publikasi ilmiah secara gratis.
Hanya wajib melakukan registrasi untuk bisa login dan kemudian mengakses seluruh artikel (jurnal internasional) maupun buku digital yang tersedia. Namun, seluruh isi database ScienceDirect adalah terbitan Elsevier.
Salah satu sumber referensi gratis lainnya yang sering digunakan adalah website/internet. Namun, tidak semua website bisa dijadikan referensi. Cek daftar website yang boleh dikutip dan tidak selengkapnya.
Sedangkan perbedaan Scopus dan ScienceDirect yang ketiga dan yang terakhir adalah dari segi keragaman konten. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa ScienceDirect hanya mengindeks publikasi dari Elsevier.
Artinya, meskipun memiliki lebih dari 26 ribu artikel ilmiah dan ribuan judul buku ilmiah dari berbagai bidang keilmuan. Namun keragamannya terbatas karena hanya menampilkan terbitan Elsevier.
Oleh sebab itu, jika Anda mencari jurnal internasional maupun buku ilmiah berskala internasional dari penerbit selain Elsevier. Maka tidak memungkinkan untuk ditemukan di laman ScienceDirect.
Sementara pada Scopus, prinsipnya adalah mengindeks seluruh jurnal internasional dengan kualitas dan kredibilitas yang tinggi. Sehingga semua jurnal yang terindeks berasal dari berbagai penerbit di dunia.
Bahkan beberapa pengelola jurnal tersebut berasal dan berbasis di Indonesia. Sebab memang Scopus tidak membatasi hanya mengindeks publikasi suatu penerbit tertentu seperti saudaranya, ScienceDirect.
Hanya saja, sekali lagi Scopus tidak menampilkan seluruh bagian artikel dari suatu jurnal ilmiah. Scopus menampilkan abstrak dan judul maupun nama penulis artikel ilmiah tersebut. Sehingga informasi yang disajikan lebih terbatas dibanding ScienceDirect.
Setelah tahu perbedaan keduanya, Anda juga perlu tahu kriteria referensi yang baik, terutama saat Anda menulis buku. Setidaknya, ada 3 kriteria referensi yang baik untuk membuat buku ilmiah.
Jadi, setelah membaca penjelasan mengenai berbagai perbedaan Scopus dan ScienceDirect di atas. Kira-kira mana yang sebaiknya dituju? Jawabannya tentu bergantung pada tujuan Anda mengakses kedua laman database milik Elsevier tersebut.
Pertama, jika Anda mencari jurnal dengan kredibilitas tinggi. Baik untuk tujuan memilih jurnal sebagai tempat publikasi maupun referensi. Maka Scopus bisa dijadikan tujuan, karena mengindeks berbagai jurnal dari berbagai penerbit atau publisher. Sehingga koleksi lebih lengkap.
Kedua, jika Anda mencari layanan pengindeks jurnal maupun buku secara gratis agar bisa berhemat anggaran. Maka Scopus bukan pilihan yang tepat untuk diambil, melainkan bisa masuk ke website ScienceDirect.
Ketiga, jika tujuan Anda mengunduh dokumen yang ingin dijadikan referensi ilmiah dan tetap menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Maka lebih cocok mengakses website ScienceDirect, meskipun hanya menyediakan publikasi ilmiah dari Elsevier.
Namun jika Anda tidak bermasalah harus masuk ke website pengelola jurnal di tab baru untuk bisa mengunduh dokumen. Maka Scopus bisa dijadikan sebagai tujuan. Keempat, jika tujuan Anda sekedar membaca suatu publikasi ilmiah untuk menambah wawasan.
Atau menjadi bahan pendukung kegiatan belajar, misalnya Anda berstatus sebagai mahasiswa. Maka laman ScienceDirect lebih dianjurkan untuk dituju karena menampilkan full-text suatu publikasi ilmiah. Sehingga pilihan Anda perlu disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan pribadi.
Apakah Anda terkendala akses jurnal atau buku? Sebaiknya Anda menggunakan cara ini:
Bicara mengenai perbedaan Scopus dan ScienceDirect memang menarik. Jika Anda merasa masih asing dengan laman ScienceDirect. Maka berikut langkah-langkah mencari referensi di dalamnya:
Membantu memaksimalkan proses pencarian referensi ilmiah di laman ScienceDirect agar hasil yang ditampilkan spesifik. Maka bisa mencoba beberapa tips agar pencarian di Science Direct spesifik dan relevan berikut:
Itulah detail penjelasan mengenai daftar perbedaan Scopus dan ScienceDirect yang tentu penting untuk dipahami. Sehingga Anda bisa memanfaatkan kedua database milik Elsevier tersebut secara optimal karena sesuai kebutuhan Anda.
Bagaimana? Apakah Anda masih kesulitan mencari referensi saat menulis karya tulis ilmiah? Apabila iya, silakan tulis di kolom komentar, ya.
Jangan lupa bagikan artikel ini kepada rekan Anda agar semakin memahami database sumber referensi sekaligus perbedaannya. Semoga bermanfaat!
Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…
Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…
Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…
Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…
Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…
Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…