Bagi penulis percetakan buku pelajaran, tentunya tidak sama halnya ketika sedang menulis buku fiksi yang bebas berimajinasi. Dalam menulis percetakan buku pelajaran, ada poin-poin penting yang harus ada karena tujuan dari buku pelajaran adalah memberikan “pelajaran” bagi siswa/mahasiswa yang membaca buku tersebut.
Susunannya pun harus sesuai dengan silabus dan kurikulum yang berlaku di Indonesia. Sehingga informasi yang diberikan tidak melenceng dengan pokok pembahasan di dalam kelas. Lantas, bagaimana cara menulis buku pelajaran? Dan percetakan buku pelajaran seperti apa yang dianggap baik? Ulasannya sebagai berikut.
Cara Membuat Buku Pelajaran
Secara garis besar dalam membuat buku pelajaran ada tiga cara mudahnya. Pertama dengan menulis dengan bahasa sendiri. Proses penulisan dengan cara ini dapat dimulai dengan pengumpulan terhadap informasi-informasi, memahaminya, kemudian melakukan kontemplasi dan kolaborasi pengertian-pengertian, kemudian menuangkannya ke dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa dosen itu sendiri.
Penulisan buku pelajaran bisa ditulis oleh guru, dosen, maupun pakar pendidikan lainnya. Akan tetapi dianjurkan untuk menulis dan menyusun dengan cara berkelompok atau berkolaborasi dengan beberapa dosen lain yang memiliki bidang keahlian sama (peer group). Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas tulisan dan pengayaan ide dalam menulis buku ajar itu sendiri.
Kedua, para penulis harus mengemas kembali informasi yang telah didapatkan. Dalam menulis buku pelajaran tidak jauh berbeda dengan menulis ajar, karena mereka memang punya tujuan sama, yakni sebagai bahan belajar siswa. Cara pengemasan kembali informasi adalah cara yang paling banyak digunakan oleh pakar akademisi dalam menulis buku pelajaran.
Proses penulisan ini dimulai dengan melakukan pengkajian terhadap buku-buku acuan (buku referensi), menangkap pokok pikirannya, kemudian menuangkan dalam bentuk tulisan yang baru. Jika diperlukan dapat menampilikan satu pokok pikiran utuh dengan redaksi yang sama seperti dari sumbernya. Tentunya dengan menggunakan teknik-teknik pengutipan yang benar.
Cara ketiga yakni, penataan informasi. Cara ini cukup menarik karena menulisnya hanya dengan melakukan kompilasi dari beberapa tulisan, buku, artikel, jurnal ilmiah atau bahkan majalah dengan tema tertentu yang sesuai dengan materi yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Cara ini dikenal dengan cara penataan informasi (compilation or wrap around text) atau proses pengembangan bahan ajar melalui penataan informasi (kompilasi).
Pada dasarnya cara menulis buku ajar dengan cara penataan informasi memiliki proses penulisan yang hampir sama dengan proses pengemasan kembali informasi. Akan tetapi, dalam proses penataan informasi, pakar akademisi sebagai penulis tidak melakukan perubahan terhadap bahan tulisan diambil dari buku teks, materi audio visual dan informasi lain yang ada di lingkungan sekitar. Melainkan hanya menyusunnya kembali sesuai kebutuhan dan urutan dalam penulisan buku ajar tersebut.
Ciri Buku Pelajaran Dianggap Baik
-
Keperluan
Percetakan buku pelajaran dianggap baik ketika buku tersebut sesuai keperluan. Misal, buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD, maka seharusnya isi dari buku tersebut hanya berdasarkan keperluan anak SD kelas 5 sesuai dengan kompetensi dan kurikulum yang diajarkan.
-
Sasaran Pembaca
Untuk siapa buku pelajaran ini dibaca? Percetakan buku pelajaran yang baik adalah yang memiliki sasaran pembaca tepat. Apakah untuk SD, SMP, SMA atau kuliah.
-
Isi Naskah
Percetakan buku pelajaran yang baik selain isi yang sesuai pokok bahasan kurikulum, isi naskah juga tidak boleh menyinggung SARA (suku, ras, agama, dan antar golongan/adat istiadat), tidak menentang ideologi negara, sesuai dengan tingkat pembaca.
-
Penyajian
Apakah isi ditulis dengan susunan tertib, apakah bahasa pengarang mudah dipahami, apakah ilustrasi mendukung uraian.
-
Kemutakhiran
Apakah isi buku ini tidak ketinggalan zaman. Jawabannya dapat diperolah dengan mengamati daftar pustaka yang diacu pengarang.
Kontributor: Novia Intan
Ayo baca juga artikel: