Daftar Isi
Selain menulis dan melakukan publikasi ilmiah, seorang dosen tentu berhadapan dengan segunung tugas dan tanggung jawab. Membantu tetap produktif menulis maka bisa mencoba memanajemen waktu dengan prinsip pareto.
Prinsip atau teknik pareto menjadi satu dari beberapa teknik dalam manajemen waktu. Teknik ini cukup populer dan terbukti efektif meningkatkan produktivitas penulis dalam menghasilkan karya. Lalu, seperti apa penerapannya?
Prinsip pareto dikenal juga dengan istilah prinsip 80:20 atau aturan 80:20. Dalam prinsip ini dipahami bahwa sekitar 80% dari hasil, sebenarnya dihasilkan oleh adanya 20% input atau dorongan.
Secara sederhana, ada konsep sebab akibat di dalam prinsip satu ini. 20% hal bisa memicu 80% kondisi tertentu. Begitu juga sebaliknya. Misalnya, saat seseorang memanfaatkan waktunya sampai 80% untuk tidur maka hanya 20% pekerjaan yang selesai.
Sebaliknya, saat seseorang tidur hanya 20% dari waktunya dalam sehari maka ada 80% hal yang berhasil dikerjakan di hari tersebut. Prinsip ini diketahui dicetuskan oleh Vilfredo Pareto yang dikenal sebagai salah satu pakar ekonom dari negara Italia.
Pada awalnya, prinsip pareto digunakan untuk menyatakan hubungan antara kekayaan dan distribusi penghasilan. Saat seseorang menabung 20% dari gajinya, maka 80% kebutuhan bisa terpenuhi dan masih punya tabungan.
Namun, seiring berjalannya waktu prinsip ini diterapkan di banyak bidang. Seperti kegiatan memaksimalkan produksi, kegiatan promosi produk, meningkatkan kepuasan konsumen, sampai manajemen waktu untuk meningkatkan produktivitas.
Selain Pareto, Anda dapat mengatur waktu Anda dengan teknik lainnya. Kami sarankan eksplor 7 Teknik Manajemen Waktu yang Banyak Digunakan dan pilih yang cocok dengan Anda.
Dalam dunia kepenulisan, menerapkan prinsip pareto ternyata sangat penting. Prinsip ini sangat disarankan untuk diterapkan oleh para penulis. Dasar acuannya adalah memanfaatkan 80% waktu yang dimiliki untuk menulis. Sisa waktu 20% digunakan untuk hal lain.
Misalnya untuk istirahat sejenak, mencari hiburan, bercengkrama dengan anak dan keluarga di rumah, dan sebagainya. Harapannya dengan menerapkan prinsip ini maka seorang penulis bisa punya waktu lebih banyak untuk menulis.
Sehingga naskah yang disusun bisa segera diselesaikan dan kemudian dikirimkan ke penerbit. Semakin sering menerbitkan buku maka karyanya akan semakin bermanfaat bagi para pembaca. Penulis pun bisa mendapatkan royalti dalam nominal lebih lumayan.
Dosen pun yang ingin produktif menulis dan menerbitkan buku sebagai bagian dari menunaikan kewajiban publikasi ilmiah. Sangat tepat menerapkan prinsip pareto. Sehingga dengan kesibukan sebagai dosen yang super padat, masih bisa punya waktu untuk menulis.
Setelah memahami apa itu prinsip pareto sesuai penjelasan sebelumnya, tentu bertanya-tanya mengenai bagaimana menerapkannya. Jadi, secara teori teknik in harus diakui lebih mudah dipahami.
Namun, ketika diminta untuk praktek maka akan menjadi persoalan lain. Meskipun begitu, teknik ini akan semakin mudah diterapkan jika sudah terbiasa. Maka penting untuk menentukan permulaan yang tepat agar bisa rutin menjalankan teknik pareto.
Hal pertama dalam menerapkan prinsip ini adalah memahami aturan dasarnya. Yakni menghabiskan lebih banyak waktu untuk menulis dibandingkan untuk hal lain. Sehingga 80% waktu yang dimiliki dicurahkan untuk mengembangkan naskah buku.
Supaya bisa fokus dan menulis di sebagian besar waktu yang sudah dialokasikan, maka ada beberapa cara untuk sukses menerapkannya. Yaitu:
Proses menulis naskah buku diawali dengan menentukan ide atau topik. Sayangnya banyak penulis, termasuk dosen yang memakai waktu terlalu banyak untuk menentukan ide. Apalagi jika ingin ide tulisan yang super sempurna.
Padahal, menghasilkan tulisan berkualitas dan disukai sekaligus bermanfaat bagi pembaca tak selalu butuh ide sempurna dan rumit. Silahkan mulai mengangkat topik sederhana sebagai ide tulisan dan jangan terlalu perfeksionis karena bisa terbebani.
Penerapan prinsip pareto selanjutnya dalam proses menulis adalah memahami apa yang ingin disampaikan ke pembaca. Jadi, cari tahu dulu dari topik yang sudah ditentukan. Nantinya ingin menjelaskan apa saja?
Misalnya, seorang dosen ilmu ekonomi yang memilih topik penerapan ekonomi syariah di era digital. Maka penting untuk menentukan pembahasan di naskah buku dimulai dari apa sampai apa, dan apa saja.
Selanjutnya adalah membuat kerangka tulisan atau kerangka karangan. Beberapa orang menganggap proses membuat kerangka tulisan hanya membuang waktu. Namun, kebanyakan penulis justru berpikir sebaliknya.
Menyusun kerangka tulisan bisa menghabiskan waktu antara 20-30 menit. Lumayan memang. Namun dengan adanya kerangka ini maka proses mengembangkan naskah bisa lebih cepat. Jika tanpa kerangka butuh waktu 3 bulan, maka saat kerangka sudah dibuat bisa jadi hanya butuh 1 bulan.
Dosen dalam menyusun naskah buku tentu akan melakukan riset, hal ini juga dilakukan penulis non dosen. Riset dilakukan untuk mencari referensi dan bahan yang akan ditulis ke dalam naskah. Proses ini memakan waktu.
Namun, dalam prinsip pareto proses riset sebaiknya dibuat maksimal dan tidak memakan waktu berlebihan. Caranya lakukan riset di awal dan kumpulkan bahan sebanyak mungkin. Hindari menulis sambil riset, karena akan membuat kegiatan menulis menjadi lambat.
Pada saat dosen membuka lembar kerja berisi naskah buku, kemudian halaman pertama masih kosong. Dijamin akan berkubang dengan rasa bingung harus menulis apa, bagaimana bentuk kalimat pertamanya, dan sebagainya.
Maka manfaatkan waktu dengan baik, yakni mencoba menulis draft atau paragraf pertama secepat mungkin. Tidak masalah dibuat asal selama masih fokus pada topik. Tujuannya agar tidak merasa tertekan dan fokus ke halaman berikutnya.
Bagaimana jika paragraf atau halaman pertama naskah banyak kesalahan? Maka lakukan tahap revisi dan proofreading untuk memperbaikinya. Sehingga naskah sempurna dari draft pertama sampai akhir.
Penerapan prinsip pareto dalam menulis selanjutnya adalah melakukan revisi di akhir. Jadi, selesaikan dulu seluruh bab di dalam naskah buku. Jika sudah, silahkan direvisi dengan dibaca ulang dan memeriksa adanya kesalahan atau tidak. Hindari melakukan revisi sambil menulis, karena membuat naskah tidak kunjung selesai.
Tahap akhir dalam menerapkan teknik pareto dalam proses menulis buku adalah melakukan proofreading. Pada tahap ini bisa dibaca ulang dan memperbaiki seluruh kesalahan yang berhasil ditemukan. Sehingga naskah rapi dan minim kesalahan agar proses penerbitan lebih cepat.
Untuk dapat memaksimalkan teknik ini, Anda dapat menggunakan tools manajemen waktu agar daftar kerjaan terselesaikan tepat waktu. Ini 9 Tools Manajemen Waktu yang Paling Banyak Digunakan
Lewat prinsip pareto, maka dosen maupun seorang penulis profesional bisa memanfaatkan waktu dengan baik untuk menulis. Prinsip ini membantu memahami skala prioritas dalam proses menulis sehingga bisa lebih fokus.
Selain itu, prinsip ini juga memberi keuntungan dimana naskah cepat selesai. Sehingga bisa segera beralih ke naskah buku berikutnya. Produktivitas menulis dan menerbitkan buku pun meningkat. Hal ini memberi kepuasan personal dan memaksimalkan pendapatan dari royalti.
Meskipun prinsip bertajuk pareto ini ideal diterapkan dalam proses menulis naskah buku. Ternyata, prinsip ini tak bisa disebut sempurna karena memiliki sejumlah kekurangan. Misalnya:
Time is currency. Jadi, jangan lewatkan “tips manajemen waktu” berikut agar target Anda berhasil tercapai tepat pada waktunya:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…