Daftar Isi
Dalam rangka memeriahkan acara HUT ke-13 Penerbit Deepublish, diselenggarakan acara talkshow. Acara puncak ini sendiri mengusung tema Bersama Akademisi Mengembangkan Literasi.
Sesuai tema, acara talkshow ini menghadirkan beberapa narasumber yang membahas mengenai pengembangan literasi. Khususnya di kalangan akademisi seperti mahasiswa dan dosen. Acara diselenggarakan daring melalui aplikasi Zoom dan live di Instagram maupun Youtube.
Bulan pertama di tahun 2023 merupakan momen penting bagi Penerbit Deepublish. Pasalnya di bulan inilah usia penerbit yang berbasis di Yogyakarta ini sudah mencapai 13 tahun. Sebuah angka keramat.
Sebagai bentuk syukur atas perjalanan panjang dan berliku-liku Penerbit Deepublish membangun literasi lewat layanan penerbitan buku. Diselenggarakan acara talkshow dengan tema Bersama Akademisi Mengembangkan Literasi.
Acara ini diselenggarakan secara daring, yakni melalui aplikasi Zoom sekaligus fitur live di Instagram dan Youtube. Para peserta menembus angka 900 orang yang diumumkan beberapa pekan sebelum hari H dan dibuka pendaftarannya secara gratis.
Kemeriahan acara ini juga tidak luput dari kehadiran tiga narasumber yang berasal dari sosok akademisi dengan peran besar.
Dimulai dari Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Drs. Muh Abdul Khak, M.Hum. Dilanjut narasumber kedua adalah Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta Prof. drh. Aris Junaidi.
Kemudian ada, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Semarang Dr. Hendi Pratama, S.Pd, MA. Ketiganya ikut berpartisipasi memberikan materi khusus untuk memeriahkan HUT ke-13 Penerbit Deepublish.
Pemateri atau narasumber pertama diisi oleh Drs. Muh Abdul Khak. Beliau menuturkan bahwa budaya membaca di Indonesia masih tergolong rendah. Dibutuhkan upaya untuk mendorong minat baca masyarakat agar membaca menjadi kebiasaan dan budaya.
Dirinya menilai, budaya membaca masyarakat Indonesia belum bisa sebaik negara lain adalah karena literasi yang masih terbatas. Ketersediaan bahan bacaan perlu diakui belum sebanyak dan sebaik negara lain.
“Ketersediaan akses terhadap bacaan, baik buku dalam bentuk kertas maupun digital, yang rendah,” Kata Muh Abdul Khak saat menyampaikan materi di talkshow Bersama Akademisi Mengembangkan Literasi pada Rabu, 11 Januari 2023.
Dirinya pun menyebut perlu dilakukan perubahan di dalam proses membuat bahan bacaan sebagai upaya mengembangkan literasi sekaligus mendorong minat baca. Salah satunya dilakukan perubahan di sektor pendidikan.
Disebutkan adanya kebutuhan untuk menyediakan fasilitas khusus agar kebijakan MBKM bisa dijalankan dengan maksimal. Jika sudah, maka literaisi akan ikut berkembang dan demikian juga dengan minat baca masyarakat luas. Beberapa fasilitas yang dimaksud adalah:
Kebijakan MBKM sebaiknya memang didukung agar sukses, sehingga dirinya menghimbau para guru dan dosen bisa terus mengembangkan diri. Selain itu bisa melakukan digitalisasi pendidikan, dimana pihak Kemdikbud juga merilis aplikasi bertajuk Merdeka Mengajar.
Sementara pada narasumber kedua, yakni Prof. drh. Aris Junaidi menyoroti proses perubahan ke arah lebih baik di kalangan akademisi. Sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan di abad-21 dalam hal mengembangkan literasi nasional.
Menurutnya, mahasiswa memiliki peran sangat penting dalam mendorong perkembangan literasi sebagai upaya meningkatkan minat baca masyarakat luas. Selain itu, disebutkan juga ada beberapa skill atau keterampilan dasar yang wajib dikuasai mahasiswa.
Keterampilan ini disebut olehnya dengan istilah 6 Literasi Dasar dan 16 Skill. Tak hanya itu saja, dirinya pun menyebut bahwa keterampilan dasar ini sebaiknya masuk dalam kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.
“Kebijakan tersebut dapat memberikan bekal untuk meningkatkan literasi, kompetensi dan kemampuan 6C (computational thinking, creative, critical thinking, collaboration, communication, dan compassion),” kata Aris Junaidi saat menyampaikan materinya.
Pengembangan literasi tidak dapat mengesampingkan pentingnya menyadari apa itu etika menulis dan bagaimana menjadikannya poin utama sebagai dasar menulis. Dalam pemaparan materi, dosen Unnes, yakni Hendi Pratama menjelaskan hal tersebut.
Etika dalam menulis ikut andil bagian dalam mengembangkan literasi berkualitas di Indonesia. Jika literasi sudah berkualitas dan semakin mudah diakses masyarakat luas. Maka minat baca masyarakat perlahan akan naik dan semakin tinggi.
Berdasarkan pengalaman pribadi, sebagai dosen yang juga mengajar mahasiswa sekaligus aktif menjadi motivator pendidikan. Dimana beliau juga aktif berbagi konten edukasi di beberapa media sosial seperti Instagram.
Masih banyak dijumpai pelanggaran terhadap etika menulis di kalangan akademisi, khususnya mahasiswa. Etika menulis akademisi semakin rendah dengan pemanfaatan teknologi yang kurang tepat.
Salah satunya adalah teknologi AI (Artificial Intelligence) yang diterapkan di sejumlah aplikasi. Beberapa aplikasi sangat menolong kalangan akademisi dalam menulis. Misalnya aplikasi pengecekan plagiarisme, seperti Turnitin.
Sayangnya, teknologi ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu bukti yang membuat beliau menjelaskan hal ini adalah munculnya pertanyaan yang kurang pas dari mahasiswa saat mengikuti acara yang diisi olehnya.
Salah satu mahasiswa ini mengajukan pertanyaan “bagaimana mengakali Turnitin?”. Menurut beliau pertanyaan ini kurang tepat, idealnya diubah menjadi “Bagaimana cara menghindari plagiasi (plagiarisme)?”.
Disebut demikian, karena Turnitin yang mengadopsi teknologi AI tentu tidak bisa diakali agar hasil pengecekannya bebas plagiasi sampai 100% tanpa usaha maksimal. Sekedar copy paste lalu berharap bisa bebas 100% ibarat mimpi di tengah hari.
“Banyak mahasiswa bertanya mengenai cara mengakali plagiasi di Turnitin. Hal ini menunjukkan bahwa etika mahasiswa rendah. Akademisi dan pendidik harus mengajari (mahasiswa) cara menulis dengan benar dan tidak melakukan plagiat,” kata Hendi Pratama.
Etika dalam menulis menjadi rendah dengan sikap seperti ini, dimana teknologi AI di dalam Turnitin tidak dimanfaatkan dengan baik. Secara logika, hasil pengecekan Turnitin bisa baik selama tulisan yang dibuat memang tidak melalui proses plagiasi.
Proses plagiasi sendiri bisa dihindari dengan memperbanyak membaca, kemudian memahami isinya, baru dituangkan ke dalam tulisan yang dibuat. Jika dituangkan dalam tulisan memakai bahasa sendiri dan melakukan sitasi sesuai ketentuan.
Maka Turnitin akan menunjukan hasil optimal, sementara penulis sudah mampu menghindari pelanggaran Hak Cipta dengan menghindari tindak plagiasi tadi. Selain itu, dalam proses menulis ilmu yang dimiliki berkembang.
Sebab membaca lalu memahami suatu referensi membantu ilmu dari referensi tersebut tertanam di dalam pikiran. Ilmu inilah yang nantinya bisa dimanfaatkan untuk berbagai hal di masa mendatang. Tidak hanya dimanfaatkan untuk menulis karya.
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…