Search
Close this search box.

Systematic Sampling dan Tahapannya

Systematic Sampling

Dalam kegiatan penelitian, tentu akan akrab dengan istilah menentukan sampel atau sampling. Ada banyak teknik yang bisa diterapkan, salah satunya systematic sampling. Penelitian yang Anda lakukan, mungkin cocok dengan teknik ini. 

Adapun sampel menjadi bagian penting dalam penelitian untuk memudahkan peneliti menentukan sumber data. Penetapan sampel tidak bisa asal-asalan, sebab wajib memastikan sampel tersebut merepresentasikan populasi. 

Tujuannya untuk memastikan data yang didapatkan akurat dan mencegah bias dalam penarikan kesimpulan. Jadi, sangat penting bagi peneliti untuk mengenai teknik dalam menentukan sampel penelitian tersebut. 

Apa Itu Systematic Sampling?

Dalam ranah penelitian, dikutip dari kumparan.com sampling adalah proses memilih sekelompok individu, objek, atau elemen dari populasi yang lebih besar. Sehingga sampel penelitian didapatkan dan bisa mewakili populasi untuk efisiensi kegiatan penelitian. 

Terdapat banyak teknik untuk proses penentuan sampel penelitian, salah satunya adalah systematic sampling. Menurut Mudjrad (2013), systematic sampling atau sampel sistematis adalah penyeleksian sampel dari populasi sejak awal dan mengikuti pemilihan sampel berdasarkan urutan elemen. 

Artinya, sampel sistematis adalah pengambilan sampel dengan unsur pertama saja yang dipilih secara acak. Dalam menentukan sampel penelitian, peneliti akan memperhatikan beberapa unsur. Unsur yang paling awal akan diambil di dalam teknik sampel sistematis. 

Meskipun begitu, unsur lainnya tidak dilupakan atau diabaikan. Melainkan tetap digunakan untuk menentukan sampel penelitian. Hanya saja dipilih dengan pola tertentu yang lebih sistematis atau teratur. 

Salah satu alasan kenapa teknik sampel sistematis dipilih adalah karen peneliti berhadapan dengan populasi penelitian yang besar. Sehingga perlu disederhanakan untuk meningkatkan efisiensi biaya penelitian maupun waktu dan tenaga peneliti. 

Kelebihan Systematic Sampling

Dikutip melalui website Check Market, dijelaskan bahwa systematic sampling memiliki kelebihan dan kekurangan. Tak hanya pada teknik ini, teknik sampling lain juga sama. Yakni masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. 

Para peneliti perlu memahami poin-poin tersebut untuk mempertimbangkan teknik mana yang paling tepat digunakan. Pada teknik sampel sistematis setidaknya ada 3 kelebihan yang membuatnya dipilih para peneliti: 

1. Sederhana dan Mudah Diterapkan 

Sampel sistematis menjadi salah satu teknik sampling yang terbilang sederhana. Sebab, peneliti cukup memilih sampel pertama secara acak. Kemudian seterusnya akan mengikuti pola tertentu. 

Misalnya, Anda akan meneliti hasil panen padi di wilayah X. Maka ada beberapa sawah di wilayah tersebut akan diperhatikan hasil panen dalam kurun waktu tertentu. Jika jumlah sawah cukup banyak, maka Anda memilih sawah pertama secara acak. Misalnya karena paling mudah dijangkau (paling dekat dengan tempat peneliti). 

Sawah berikutnya akan dipilih dengan pola tertentu. Misalnya sawah ketiga, sehingga melewati satu lahan sawah. Begitu seterusnya, menuju ke sawah keempat dengan melewati sawah ketiga. 

Pola ini terus digunakan sampai jumlah sampel sawah terpenuhi sesuai ketentuan. Misal peneliti akan fokus pada 10 sawah. Maka setelah sampai di sawah ke-10, pola sampel sistematis akan dihentikan dan fokus pada pengumpulan data. 

Pola yang sederhana seperti ini membuat systematic sampling terbilang mudah diterapkan. Para peneliti tidak akan mengalami kendala dalam proses penerapan tersebut. Apalagi tidak ada tahapan panjang dan rumit. 

2. Kemungkinan Terjadi Manipulasi Data Sangat Rendah 

Kelebihan yang kedua dari teknik sampel sistematis adalah rendahnya kemungkinan terjadi manipulasi data. Dalam penelitian, sampel yang dipilih bisa saja memberi data yang sudah dimanipulasi. Khususnya sampel dalam bentuk individu (orang). 

Jika individu yang dipilih memiliki hubungan kekerabatan misalnya. Maka hasil wawancara bisa sama, karena terjadi manipulasi data. Maka sampel sistematis bisa dijadikan solusi. Sebab pemilihan sampel dilakukan acak, seterusnya memakai pola teratur. 

Tujuannya agar sampel disini tidak memiliki keterkaitan, tidak ada konflik kepentingan, dan sejenisnya. Hal serupa juga berlaku untuk sampel yang sifatnya tidak bernyawa. Seperti halnya sawah yang dijelaskan sebagai contoh di poin sebelumnya. 

Contoh lain adalah sampel berupa buah, jika penelitian dilakukan di laboratorium untuk meneliti buah mangga di suatu perkebunan. Peneliti bisa mengambil mangga dari pohon pertama secara acak. Selebihnya bisa memilih pohon dengan pola jarak 2 meter. Sehingga per 2 meter baru sampel mangga lain diambil. 

Keuntungannya, jika mengambil mangga dari buah berbeda dan berjauhan. Maka kondisi mangga lebih mudah memberi data yang valid. Sebaliknya, jika mengambil mangga di satu pohon yang sama. 

Maka jika satu mangga manis, yang lain ikut manis. Mangga pertama busuk, maka lain ikut busuk. Data penelitian menjadi tidak valid karena tidak mempresentasikan kondisi aktual buah mangga di satu area perkebunan yang diteliti. 

3. Sampel yang Dipilih Lebih Representatif 

Kelebihan yang ketiga dari systematic sampling adalah sampel yang dipilih bisa lebih mempresentasikan keseluruhan populasi. Hal ini seperti penjelasan dengan contoh di poin sebelumnya. 

Penentuan sampel secara acak untuk membantu mendapatkan data yang  bebas manipulasi dan konflik kepentingan. Pada akhirnya membantu peneliti mendapatkan data yang akurat dan mampu mempresentasikan jawaban dari keseluruhan populasi. 

Kekurangan Systematic Sampling

Selain kelebihan tersebut, sampel sistematis juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu dijadikan bahan perhatian. Berikut penjelasannya: 

1. Keberhasilan Sangat Tergantung dengan Jumlah Populasi  

Kekurangan atau kelemahan yang pertama dari sampel sistematis adalah masih bergantung sekali dengan jumlah populasi. Seperti penjelasan di awal, teknik sampling ini digunakan ketika berhadapan dengan jumlah populasi yang besar. 

Pada kondisi tertentu, jumlah populasi ini tidak diketahui secara pasti. Bisa karena minimnya pendataan, proses pendataan belum maksimal atau masih ada kekurangan, dan sebagainya. 

Padahal, penentuan sampel dalam teknik ini akan memakai pola tertentu. Jika perhitungan jumlah populasi keseluruhan meleset. Maka jumlah sampel ikut meleset. Data yang didapatkan pada akhirnya belum bisa mempresentasikan jawaban seluruh populasi. 

2. Pola Penentuan Sampel Bisa Diprediksi 

Systematic sampling memang memiliki kelebihan meminimalkan resiko terjadi manipulasi data. Namun, sekaligus bisa membuat calon sampel menyadari pola pemilihan yang ditetapkan peneliti. Khususnya pada populasi kecil. 

Pola penentuan sampel yang bisa diprediksi dan tepat, bisa membuat manipulasi data terjadi. Sehingga meskipun resiko ini rendah, tetap saja bisa terjadi. Terutama jika populasi kecil menjadi subjek penelitian. Data yang didapatkan bisa bias. 

3. Kesalahan dalam Meneruskan Pola 

Kekurangan yang ketiga dan yang terakhir dari sampel sistematis adalah peneliti sangat mungkin melakukan kesalahan dalam meneruskan pola. Kesalahan ini lebih sering terjadi pada populasi skala besar. 

Pola yang ditentukan akan menjadi dasar pemilihan sampel kedua sampai terakhir. Pada populasi dalam jumlah tinggi, peneliti bisa saja keliru meneruskan pola tersebut. Sehingga ada kekeliruan dalam memilih sampel. 

Kondisi ini memberi kemungkinan data yang didapatkan menjadi tidak representatif. Selain itu juga meningkatkan resiko ada manipulasi data dan berujung pada bias. Sehingga menjadi kekurangan yang perlu diperhatikan dengan seksama. 

Kapan Systematic Sampling Perlu Dipilih Peneliti? 

Seperti yang dijelaskan di awal, teknik pengambilan atau penentuan sampel penelitian ada banyak. Systematic sampling hanya menjadi salah satunya. Pada beberapa kondisi, teknik ini sangat tepat untuk dipilih. 

Lalu, kondisi seperti apa yang membuat teknik sampel sistematis perlu dipilih peneliti? Setidaknya ada 5 kondisi yang membuat teknik ini disarankan untuk digunakan. Yaitu: 

1. Dana Penelitian Terbatas 

Kondisi pertama dimana sampel sistematis cocok dijadikan pilihan adalah ketika dana penelitian terbatas. Seperti yang diketahui, jumlah sampel akan mempengaruhi besaran biaya dalam penelitian. 

Semakin besar jumlah sampel tersebut, maka semakin besar dana penelitian yang dikeluarkan. Jika populasi yang diteliti jumlahnya besar, maka teknik sampel sistematis bisa membantu menurunkan jumlah sampel. Sehingga biaya penelitian lebih mudah dikontrol dan lebih hemat. 

2. Durasi Penelitian Pendek (Singkat) 

Systematic sampling juga cocok dipilih ketika peneliti berhadapan dengan durasi yang pendek. Misalnya saat peneliti mendapat hibah penelitian dan dibatasi durasi kegiatannya. Maka harus menyesuaikan. 

Apabila populasi besar dan durasi penelitian sifatnya monotahun. Maka teknik sampling ini ideal digunakan. Sebab bisa menurunkan jumlah sampel yang dijadikan sumber data. Sehingga proses pengambilan data lebih singkat. 

3. Populasi Penelitian Berjumlah Besar 

Seperti yang dijelaskan di awal, teknik sampel sistematis paling sering digunakan karena berhadapan dengan populasi jumlah besar. Teknik ini membantu memilih sampel dengan mudah dan tidak memakan waktu. 

Sehingga bisa membantu pemilihan sampel secara efektif tapi tetap hemat waktu dan tenaga. Oleh sebab itu, teknik ini sangat dianjurkan untuk penelitian yang populasinya berjumlah besar tapi ingin efisien dari banyak aspek. 

4. Penggunaan Pola Teratur Beresiko Rendah 

Kondisi keempat yang membuat teknik sampel sistematis sangat tepat digunakan adalah ketika penggunaan pola tertentu tidak berpengaruh. Populasi penelitian antara satu dengan yang lainnya punya perbedaan tersendiri. 

Mulai dari jumlah, karakteristik populasi tersebut, dan lain sebagainya. Pemilihan sampel dengan pola teratur kadang tidak cocok karena suatu hal. Namun, jika penetapan pola tidak menimbulkan masalah. Maka bisa menggunakan teknik sampel sistematis. 

5. Resiko Manipulasi Data Rendah 

Kondisi terakhir dimana teknik sampel sistematis cocok digunakan adalah ketika resiko manipulasi data terbilang rendah. Jika peneliti berhadapan dengan populasi yang karakternya tidak mudah melakukan manipulasi data. 

Maka teknik satu ini sangat disarankan, sehingga tidak memicu adanya data tidak valid dan menyebabkan bias. Begitu pula sebaliknya, jika resiko manipulasi data tinggi. Maka teknik sampling lain lebih dianjurkan. 

Teknik Pengambilan Sampel Systematic Sampling

Jika penelitian yang Anda lakukan atau yang akan dilakukan berada di salah satu kondisi di atas. Maka bisa mempertimbangkan penggunaan teknik systematic sampling. Lalu, seperti apa penerapannya? 

Penerapan teknik ini melewati setidaknya 4 tahapan, berikut adalah penjelasan detailnya: 

1. Mengetahui Skala Populasi

Tahap yang pertama dalam menerapkan teknik sampel sistematis adalah mengetahui skala populasi. Artinya, peneliti harus memastikan dulu berapa jumlah populasi penelitian tersebut. 

Pasalnya, jumlah populasi akan menentukan jumlah sampel. Selain itu, ikut mempengaruhi pola pemilihan sampel dengan teknik ini. Maka perlu dipastikan sejak awal. 

Sayangnya, pada beberapa kondisi memang jumlah populasi sulit untuk diketahui secara pasti saking besarnya. Maka, bisa melakukan analisa untuk menarik kesimpulan, sehingga jumlah yang didapatkan mendekati jumlah aslinya. 

2. Menentukan Jumlah Sampel 

Tahap kedua dari penerapan systematic sampling adalah menentukan jumlah sampel. Dalam hal ini, peneliti bisa menggunakan rumus tertentu sesuai kondisi dan kebutuhan. 

Perhitungan jumlah sampel sangat penting, karena untuk populasi skala besar tidak mungkin semua dijadikan sampel. Seperti penjelasan sebelumnya, semakin banyak sampel penelitian semakin besar waktu, tenaga, dan biaya penelitian yang dibutuhkan. 

Maka penyederhanaan jumlah menjadi hal penting. Jadi, di tahap ini Anda perlu menghitung sampel minimal dari keseluruhan populasi. Pastikan jumlah sampel tepat untuk menghindari sampel tidak representatif. 

3. Menentukan Titik Awal dan Pola Lanjutan 

Tahap yang ketiga adalah menentukan titik awal dan kemudian pola lanjutan. Pola ini sifatnya teratur seperti penjelasan di awal. Sementara untuk titik awal bisa secara acak. 

Menentukan titik awal bisa mengacu pada berbagai unsur. Mulai dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, wilayah tempat tinggal, dan sebagainya sesuai ketentuan umum. 

Pola awal yang dipilih acak disesuaikan dengan pertimbangan personal peneliti. Pemilihan sampel kedua, ketiga, dan seterusnya sampai akhir memakai pola teratur. Baik itu dengan pola membentuk garis lurus, melingkar, atau yang lainnya. 

4. Memulai Pengambilan Data 

Tahap akhir dari systematic sampling adalah memulai pengambilan data. Sebab di tahap sebelumnya, peneliti sudah menentukan jumlah dan siapa saja yang menjadi sampel penelitian. 

Maka tahap berikutnya tentu saja pengumpulan data dengan teknik tertentu sesuai kondisi dan kebutuhan. Baik itu dengan wawancara, membagikan kuesioner ke sampel, atau teknik lainnya. 

Contoh Systematic Sampling

Jika dari penjelasan di atas masih merasa bingung. Maka bisa terbantu dengan mempelajari beberapa contoh systematic sampling di bawah ini: 

Contoh Systematic Sampling 1

Anda mengelola sebuah pusat perbelanjaan (department store) dan tertarik dengan cara meningkatkan pengalaman berbelanja bagi para pelanggan. Untuk menyelidiki pertanyaan ini, Anda meminta seorang karyawan untuk berdiri di pintu masuk toko dan mensurvei setiap pengunjung ke-20 yang keluar, setiap hari selama seminggu.

Meskipun Anda tidak perlu memiliki daftar semua pelanggan Anda sebelumnya, metode ini masih dapat memberikan sampel yang representatif dari pelanggan Anda karena urutan keluarnya mereka pada dasarnya acak. Pola pemilihan sampel dari pelanggan ke-20 adalah teknik khas dalam sampel sistematis. 

Contoh Systematic Sampling 2

Anda melakukan kegiatan penelitian terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah sakit X. Rumah sakit ini memiliki 5 bangsal pelayanan. Mulai dari penyakit dalam, kesehatan gigi, layanan kandungan, layanan kesehatan anak, dan penyakit syaraf. 

Masing-masing bangsal layanan kesehatan memiliki jumlah pasien yang tidak sedikit setiap harinya. Maka dalam menentukan sampel, Anda kemudian memilih 20 pasien di masing-masing bangsal kesehatan. Pasien urutan ke-2 per hari kemudian menjadi sampel. Begitu seterusnya sampai hari ke-10 penelitian. 

Contoh Systematic Sampling 3

Anda tidak bisa mendapatkan daftar lengkap pelanggan toko, Anda memilih untuk mengambil sampel setiap pelanggan ke-k saat mereka keluar dari toko. Hal ini memungkinkan Anda untuk menyertakan mereka yang membeli barang dan mereka yang tidak.

Anda harus memastikan bahwa mengambil sampel sepanjang minggu untuk memastikan sampel yang representatif, karena berbagai jenis pelanggan masuk pada waktu dan hari yang berbeda. 

Remaja biasanya berbelanja sepulang sekolah dan di akhir pekan, sementara para profesional yang bekerja mungkin berbelanja di malam hari dan orang tua yang tinggal di rumah di siang hari.

Selain dari beberapa contoh di atas, tentunya masih banyak contoh lainnya. JIka masih bingung, jangan ragu mencari sumber bacaan lain. Sehingga bisa memahami dengan baik apa itu systematic sampling dan kenapa perlu dipilih. 

jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.

Artikel Penulisan Buku Pendidikan