Teknik Menulis: Syarat dan Jenis Paragraf dalam Menulis Buku

Teknik menulis buku adalah serangkaian proses untuk menyusun huruf menjadi kata, kalimat hingga membentuk paragraf-paragraf menjadi serangkaian tulisan.

 

Dalam teknik menulis buku tidak serta-merta dilakukan dengan hanya menguasai kaidah tata bahasa. Ada teknik penulisan yang beragam dan detail sebagai cara lain untuk memudahkan seorang penulis dalam berkarya. Teknik penulisan itu tak terkecuali adalah menyusun paragraf. Sepertinya menyusun paragraf begitu mudah, hanya dengan merangkai kata menjadi kalimat-kalimat yang dijadikannya dalam satu alinea. Padahal tidak semudah itu. Belum lagi jenis-jenis paragraf juga perlu dipahami untuk benar-benar sempurna dalam teknik menulis buku.

Paragraf pada dasarnya dianggap sebagai inti penuangan buah pikiran atau gagasan dalam sebuah karangan. Paragraf juga bisa diartikan sebagai satu kesatuan pikiran yang disusun dengan rangkaian kalimat-kalimat. Ada sebuah unit gagasan yang digunakan untuk mendukung serangkaian kalimat pembentuk paragraf tersebut. Pada paragraf untuk teknik menulis akan terdapat kalimat utama, kalimat penjelas, hingga kalimat penutup yang saling melengkapi.

Menyusun paragraf bukan tanpa syarat. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam menyusun sebuah paragraf. Apa sajakah itu? Persyaratan yang harus dipenuhi untuk membentuk paragraf antara lain:

  1. Koherensi
    Paragraf harus memenuhi syarat koherensi. Maksudnya dalam sebuah paragraf harus ada kesatuan atau kepaduan isi. Dengan kata lain paragraf harus memiliki ide pokok yang dijelaskan dalam kalimat-kalimat penjelas yang kokoh. Selain itu, paragraf juga harus memiliki kelogisan dalam hal urutan peristiwa, waktu, ruang atau tempat, dan proses.
  2. Kohesi
    Kohesi dapat berarti memiliki hubungan erat atau punya perpaduan yang kokoh. Dalam paragraf, sudah seharusnya hubungan antarkalimat benar-benar erat dan padu. Hal ini bisa dipenuhi dengan penggunaan konjungsi, prononima, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi. Tujuan penggunaannya adalah memadukan seluruh kalimat dalam satu paragraf agar tidak berdiri sendiri. Penjelasan masing-masing jenis kata atau kelompok kata yang termasuk kohesi adalah sebagai berikut.
  3. Konjungsi
    Konjungsi atau penghubung biasanya digunakan untuk menghubungkan kalimat, baik menambahkan keterangan, perbandingan, sebab akibat, tujuan, atau menyatakan pertentangan.
    Contoh konjungsi : lagipula, lebih lagi, selanjutnya, di samping itu, akan tetapi, namun, sebaliknya, walaupun demikian, oleh sebab itu, maka, untuk itu, sehubungan dengan itu, beberapa saat kemudian, sementara itu, dan sebagainya.
  4. Pronomina atau kata ganti
    Kata ganti yang biasa kita pakai adalah kata ganti orang. Termasuk kata ganti orang antara lain saya, aku, kita, kami, engkau, kamu, dia, ia, beliau, mereka, dan nya.
  5. Repetisi
    Repetisi artinya pegulangan. Kata-kata yang diulang dalam suatu paragraf adalah kata yang dianggap penting. Pengulangan ini dipakai ketika terdapat kata yang tidak bisa digantikan dengan pronomina.
  6. Sinonim
    Sinonim atau persamaan kata bisa digunakan untuk merangkai kalimat. Kesemaknaan kata atau kelompok kata yang bisa digunakan dalam tiap-tiap kalimat di satu paragraf. Sinonim kemudian bisa digunakan sebagai kata ganti sehingga tidak selalu terdapat kata-kata yang sama antarkalimat dalam satu paragraf.
  7. Hiponim
    Hiponim memiliki arti hubungan makna umum dan khusus atau makna kelas dan subkelas. Sebagai contoh, dalam suatu paragraf digunakan kata “buah-buahan” dalam kalimat utama, lalu dalam kalimat-kalimat penjelas dapat digunakan kata-kata yang lebih khusus dari kata tersebut. Pada kalimat penjelas bisa dipakai kata-kata seperti “jeruk”, “apel”, dan sebagainya. Intinya, ada kata-kata yang menerangkan hal umum pada kalimat utama dan hal khusus pada kalimat penjelasnya.
  8. Paralelisme
    Paralelisme digunakan untuk menerangkan bentuk yang sejajar. Sebagai contoh, dalam sebuah kalimat utama terdapat kata “raja”, yang berarti pemerintah tertinggi suatu negara. Kemudian pada kalimat penjelas bisa digunakan kata “presiden”, “direktur”, “perdana menteri”, atau kata apapun yang memiliki makna sejajar.

Setelah memahami syarat teknik menulis suatu paragraf, kita dapat berlanjut ke jenis-jenis paragraf. Berdasarkan jenisnya, paragraf dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Berdasarkan nalar atau letak kalimat topik
a. Paragraf deduktif, yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf dan bersifat umum.
b. Paragraf induktif, yaitu kalimat utamanya terletak di akhir paragraf dan didahului kalimat-kalimat penjelas yang menerangkan hal-hal khusus.
c. Paragraf deskriptif-naratif atau paragraf yang berisi uraian, penjelasan, atau gambaran mengenai suatu hal. Ide pokok paragrafnya terletak pada tiap-tiap kalimat yang membentuknya.

  1. Berdasarkan teknik pengembangan
    Berdasarkan teknik pengembangannya, teknik menulis paragraf dapat disusun dengan mengandung inti sebagai berikut.
    a. Tanya-jawab
    Pada paragraf tanya jawab, teknik menulis kalimat utama dapat dituliskan dalam bentuk pertanyaan terlebih dahulu. Kemudian akan dituliskan kalimat-kalimat penjelas sebagai jawabannya. Lazimnya, inti paragraf terletak pada kalimat utama yang berupa pertanyaan tersebut.
    b. Alasan atau keterangan
    Perkataan “alasan” bisa diganti dengan “keterangan“ sebab pada hakikatnya, alasan itu merupakan keterangan. Paragraf alasan ialah
    paragraf yang pengembangan ide utamanya memanfaatkan penjelasan yang bermakna alasan. Alasan–alasan inilah yang memperkokoh ide
    paragraf sehingga kebenaran ide itu dapat diterima pembacanya.
    c. Perbandingan atau analogi
    Paragraf ini berisi perbandingan akan dua atau lebih hal, baik menyangkut persamaan atau perbedaannya. Tujuannya adalah menjelaskan satu hal dan menjadikannya sebagai pembanding hal lain.
    d. Definisi
    Teknik menulis paragraf ini biasanya terletak di awal bab, buku, atau pokok bahasan. Tujuannya sudah jelas, yakni menyebutkan atau menguraikan pengertian suatu istilah.
    e. Sebab-akibat
    Paragraf ini dapat dikembangkan dengan memanfaatkan hubungan sebab-akibat antarkalimat. Nantinya akan ada hubungan saling berkesinambungan antara kalimat satu dengan yang lainnya.
    f. Contoh atau ilustrasi
    Paragraf ini digunakan untuk menguraikan suatu contoh atau memberikan ilustrasi. Tujuannya adalah memberikan penjelasan akan kebenaran suatu ide atau gagasan paragraf.
    g. Deskripsi
    Paragraf deskripsi disusun dengan maksud menyajikan sejumlah rincian mengenai suatu hal. Tentunya rincian yang dipaparkan lebih bersifat nyata daripada khayalan. Deskripsi bisa menerangkan peristiwa atau keadaan, ruang, waktu, karakteristik, dan lain sebagainya.
    h. Proses
    Paragraf ini menjelaskan tentang alur terjadi atau proses bekerjanya sesuatu.
    i. Penguraian
    Paragraf penguraian dapat dikembangkan dengan cara memilah-milah atau mengklasifikasikan sesuatu. Dengan kata lain, paragraf ini berisi penjelasan berupa uraian atau rincian.
  2. Berdasarkan fungsinya
    Berdasarkan fungsinya, paragraf terdiri atas paragraf pembuka, penghubung, dan penutup. Masing-masing uraiannya dapat kita lihat dalam beberapa poin berikut.
    a. Paragraf pembuka
    Paragraf ini disebut juga paragraf pendahuluan. Isinya adalah arahan atau pengenalan mengenai suatu bahasan pada suatu wacana. Kemudian dalam paragraf juga dipaparkan tentang tujuan dan pembatasan topik yang dibahas. Biasanya paragraf ini disusun untuk menarik dan menumbuhkan rasa ingin tahu pembaca mengenai uraian selanjutnya.
    b. Paragraf penghubung
    Paragraf penghubung berisi tentang pengembangan isi-isi wacana. Paragraf ini merupakan hasil dari pengembangan ide atau subtopik pembicaraan yang disusun setelah paragraf pembuka.
    c. Paragraf penutup
    Paragraf penutup, seperti namanya, berfungsi mengakhiri sebuah uraian dalam teknik menulis. Dalam paragraf tersebut dapat dijelaskan mengenai kesimpulan, saran, harapan, kritikan, atau rangkuman.
    Setelah membaca uraian di atas, sudahkah Anda berpikir bahwa Anda telah memenuhi syarat penulisan paragraf saat teknik menulis buku? Kemudian sudahkah Anda menggunakan jenis-jenis paragraf yang ada secara variatif untuk membuat karya Anda menarik untuk dibaca? Jika belum, pahami kembali tulisan tersebut dan mulailah menulis dengan lebih baik. Anda akan dapat mengembangkan kalimat demi kalimat menyatukannya menjadi paragraf-paragraf yang padu. Dengan memahami uraian di atas, teknik menulis buku yang berkualitas bukan lagi hal yang menyulitkan.

[Wiwik Fitri Wulandari]

 

Referensi:
1. Agus Nero Sofyan, Eni Karlieni, dkk., “Bahasa Indonesia dalam Penulisan Karya Ilmiah”, Bagian Perkuliahan Dasar Umum, Universitas Widyatama, Bandung, 2007.

 

 

Anda punya RENCANA MENULIS BUKU

atau NASKAH SIAP CETAK?

Silakan daftarkan diri Anda sebagai penulis di penerbit buku kami.

Anda juga bisa KONSULTASI dengan Customer Care yang siap membantu Anda sampai buku Anda diterbitkan.

Anda TAK PERLU RAGU untuk segera MENDAFTAR.

Silakan ISI FORM di laman ini. 🙂

 

deepublish

Recent Posts

Cara Menyusun Kalimat yang Mudah Dipahami pada Buku Ilmiah

Seorang dosen yang hendak melakukan konversi dari artikel ilmiah menjadi naskah buku ilmiah (buku monograf…

4 hari ago

Aturan Penulisan Nama Tempat dan Nama Geografi

Pernahkah Anda merasa bingung mengenai tata aturan penulisan nama tempat di dalam kalimat? Hal ini…

4 hari ago

4 Cara Membuat Tanda Tangan di Word dengan Fitur dan Menu yang Ada

Perlu mencantumkan tanda tangan di lembar pengesahan karya ilmiah Anda? Copy paste saja tidak cukup…

7 hari ago

Cara Mengutip Ayat Al-Quran dalam Berbagai Gaya Sitasi

Dosen atau penulis yang menyusun karya tulis ilmiah di bidang ilmu agama Islam tentunya perlu…

7 hari ago

Cara Menulis Daftar Pustaka Ebook dengan APA, MLA, dan Chicago Style

Selain jurnal, ebook atau buku elektronik menjadi salah satu jenis buku yang umum digunakan sebagai…

1 minggu ago

Penulisan Judul dalam Kalimat, Ditulis Miring atau Diapit Tanda Petik?

Pada saat membaca suatu karya tulis, baik dalam media cetak maupun elektronik serta digital, tentunya…

1 minggu ago