Teknik Menulis | Sayangnya, banyak dari kita yang menganggap hal itu tidak sesederhana kelihatannya. Kita bermasalah saat akan mulai menulis buku, kita bermasalah untuk bisa terus menulis, dan sering kali kita menyerah begitu saja, semangat dan kegigihan kita sedikit demi sedikit menghilang, seperti sungai yang mengering.
Namun karena menulis buku ada dalam hati, jiwa, dan DNA kita, setelah beberapa minggu atau bulan atau bahkan tahun, kita kembali bersemangat untuk menulis buku. Bahkan lebih giat dari sebelumnya, dan saat itu, kita dapat mempertahankan semangat menulis itu.
Mungkin kita seperti itu atau mungkin juga tidak. Banyak orang yang sering kali tidak dapat mempertahankan semangatnya. Bagi beberapa orang, siklus semangat menulis buku seperti di atas terjadi berulang kali. Karena kita tidak konsisten, kita mulai menghakimi diri sebagai orang yang tidak berbakat dalam teknik menulis, harga diri kita ikut terbuang bersama lembaran-lembaran kertas yang kita lempar ke sampah, dan kemudian kita semakin sulit untuk dapat mulai menulis buku. Hal itu membuat hati sakit. Karena kita adalah penulis dan saat kita tidak utuh — saat ada bagian dalam diri kita yang hilang — kita tidak pernah bisa merasa nyaman berada di dunia, tidak ada damai dalam diri. Menulis adalah hidup kita. Memang bukan seluruh hidup, akan tetapi hal tersebut cukup untuk membuat kita merasa tidak utuh saat tidak menulis.
Baca juga : ”Apa sih” yang dilihat penerbit buku dengan naskah kita?
Anda tidak akan pernah menjadi penulis (dan terus menulis) sampai Anda menyebut diri sendiri sebagai penulis.
Kebanyakan penulis yang saya tahu, terutama yang karyanya tak terpublikasi, mengatakan, “Aku ingin jadi penulis.” Atau, “Aku adalah … dan suka menulis.” Atau, “Sudah lama aku ingin menjadi penulis.” Namun, mereka tidak menyebut diri mereka sebagai penulis. Pikirkan kata-kata lain untuk menyebut diri Anda: pria/wanita, ibu/ayah, istri/suami, teman, guru, teknisi, pramupijat, pengacara, tukang kebun, koki. Kita memakai kata-kata itu untuk memperkenalkan diri kita sendiri, baik kepada orang lain maupun kepada diri kita sendiri. Apa sebutan kita untuk diri kita, itulah kita. Dalam beberapa budaya, nama baru diberikan pada saat seseorang mengalami perubahan. Nama baru itu mengisyaratkan bahwa orang itu telah berubah. Jika Anda memanggil diri Anda penulis, tidak hanya mengatakan ingin menjadi seperti apa Anda, Anda akan berubah. Cobalah. Sekarang. Teriakkan nama Anda dengan keras dan diikuti kata-kata, “Aku adalah penulis.” Biarkan diri Anda mengalami sensasi yang Anda rasakan saat Anda melakukannya. “Tapi tulisanku belum ada yang terpublikasi,” mungkin Anda berkata seperti itu, seolah-olah itu yang memberikan Anda hak untuk menyebut diri Anda sebagai penulis. Lagipula, saat Anda mengatakan kepada orang lain bahwa Anda adalah penulis, pasti mereka akan bertanya, “Oh, tulisan apa yang pernah Anda publikasikan?”
Dengar, tulisan yang dipublikasikan tidak ada hubungannya dengan menjadi penulis! Publikasi berhubungan dengan mencari uang sebagai penulis. Mungkin juga dengan pengakuan publik dan kemashyuran. Meski benar, kebanyakan penulis yang tulisannya dipublikasikan tidak mendapat terlalu banyak uang atau pun terkenal. Kita mungkin berkata, terpublikasi adalah tujuan kebanyakan dari kita. Namun, itu bukanlah alasan untuk kita menulis. Kita menulis karena itulah yang harus kita lakukan. Anne Sexton berkata, “Saat aku menulis, aku melakukan hal yang seharusnya aku lakukan.”
Lagipula, sekalinya tulisan kita dipublikasikan, bukan berarti itu membuat kita berhenti menulis. Kita akan terus menulis. Itulah yang penulis lakukan. Aku memiliki visi seperti itu saat menulis, aku menulis dan terus menulis. Seperti gurauan kuno berkata, “Penulis tua tidak pernah mati, mereka terus memperbaiki bagian akhir dari tulisannya.”
Simak pula : Cara membuat buku sesuai 5 kriteria penerbitan buku!
Pertama, katakan, “Aku adalah penulis.” Katakan itu dengan keras. Katakan pada diri Anda sendiri di depan cermin. Katakan pada keluarga dan teman Anda. Katakan pada orang yang Anda temui di pesta yang bertanya, “Apa pekerjaan Anda?” Katakan pada orang asing saat Anda mengantri di toko grosir. Katakan pada ibumu. Katakan paling sering pada diri Anda sendiri, “Aku adalah penulis.”
Pilih satu tempat untuk menulis, tempat sakral di mana Anda merasa nyaman, bukannya merasa terbeban. Jika Anda belum memiliki ruang seperti itu, maka buatlah. Pakai satu ruangan penuh atau sebagian dari ruangan sebagai tempat Anda menulis. Saat Anda ada di ruangan Anda sendiri untuk menulis, bawalah serta lilin atau lampu, atau bunga, apa pun yang dapat membuat ruangan Anda menjadi unik. Buatlah senyaman mungkin.
Ambil alat-alat yang Anda perlukan. Hargai tulisan Anda dengan kertas atau agenda yang Anda suka. Beli pulpen berkualitas yang selalu Anda impi-impikan. Belilah komputer yang khusus untuk Anda sendiri dan mesin cetak yang bagus. Siapkan kamus, kamus tesaurus, dan buku EyD yang berkualitas. Cari buku-buku berkualitas dan berlanggananlah jurnal menulis.
Bergaul dengan penulis lain. Berinteraksilah dengan mereka. Surati seorang penulis yang bukunya Anda kagumi (bukan sebagai penggemar, tapi sebagai sesama penulis). Ikutilah seminar dan lokakarya. Bergabunglah dengan kelompok penulis.
Membaca sebagai penulis. Belajar dari yang terbaik. Pelajari penulis favorit Anda, dan salin sebagian tulisannya untuk dapat merasakan ritme dan gaya tulisannya. Pilah-pilah kalimat, paragraf, dan bab yang ada di tulisannya untuk menemukan teknik dan rahasia menulisnya. Selain menulis, membaca tulisan yang bagus akan menjadi guru Anda yang terbaik.
Pelajari lagi : Bagaimana caranya agar naskah kita sampai ke penerbit buku idaman kita?
Hal kedua yang perlu Anda lakukan untuk menjadi penulis yang menulis adalah dengan mengadakan waktu untuk menulis. Anda tidak akan pernah menulis jika Anda tidak mengadakan waktu untuk menulis. Jangan pernah berkata, “Aku akan segera menulis.” Anda tidak akan pernah menulis kalau seperti itu. Tetapkan waktu untuk menulis, tulis di kalender Anda: Senin 14.00; Selasa 09.15, Rabu …; dan seterusnya.
Cari waktu yang cocok dengan Anda. Jangan atur waktu menulis selama dua jam jika Anda hanya betah selama setengah jam. Jangan atur alarm pada pukul 05.30 pagi jika Anda memang susah bangun pagi dan tidak suka suasana pagi hari. Sama halnya, jangan bilang kalau Anda akan menulis pada malam hari setelah semua pekerjaan Anda beres jika pada saat itu Anda biasanya berbaring di sofa dan tidak dapat menahan kantuk. Cari waktu yang mendukung. Ambil setengah waktu dari jam makan siang Anda. Menulislah langsung setelah kerja. Bangunlah setengah jam lebih awal. Jika Anda memiliki kebebasan untuk mengatur waktu Anda, tetapkan waktu menulis selama jam kerja.
Anda mungkin sudah sering mendengar bahwa jika Anda ingin menjadi penulis, Anda harus menulis setiap hari. Itu bukan harga mati. Tapi memang ada beberapa aturan yang harus dilakukan untuk jadi penulis. Untuk menjadi penulis (yakni penulis yang menulis), Anda harus menulis beberapa kali dalam seminggu — setidaknya empat atau lima kali, lebih bagus kalau setiap hari. Menulis akan lebih mudah dengan menulis secara rutin. Anda akan lebih baik saat Anda melakukan sesuatu dengan sering. Mic Jagger berkata, “Anda harus menyanyi setiap hari agar bisa menjadi, ya …, penyanyi yang hebat.”
Seperti halnya berolah raga, berdiet, atau kuliah, terkadang latihan menulis akan lebih mudah dilakukan dengan adanya teman. Buat janji dengan teman untuk menulis. Jika Anda dan teman Anda tidak bisa menulis bersama di satu tempat, saling teleponlah atau kirimlah e-mail dan berkata, “Aku menulis hari ini” atau “Aku akan menulis pada pukul 20.30 malam ini” atau “Bagaimana menulismu hari ini?”.
Jangan tunggu inspirasi datang baru Anda menulis. Sia-sia. Saat Anda muncul di hadapan kertas Anda, inpirasi akan mendatangi Anda. Ada yang berkata, “Menulis itu 20 persen inspirasi dan 80 persen keringat.” Lagipula, jika menulis adalah latihan Anda sehari-hari, Anda tidak perlu inspirasi untuk mulai menulis.
Akhirnya, langkah ketiga untuk menjadi penulis yang menulis adalah tentu saja menulis itu sendiri. Membicarakan tentang menulis itu bukan menulis. Berpikir tentang menulis itu bukan menulis. Bermimpi atau berkhayal itu bukan menulis. Membuat kerangka, meneliti, dan membuat catatan juga bukan menulis. Semua itu mungkin adalah bagian dari menulis dan diperlukan untuk menulis, tapi menulis itu ya menulis.
Jadi setiap hari, pada saat yang telah ditetapkan (atau yang tidak ditetapkan sebelumnya/spontan), duduklah di meja tulis Anda (atau di meja kafe atau di atas rumput di taman), kemudian menulislah.
Lakukan hal itu setiap hari dan Anda akan terus kehabisan kertas tulis, Anda akan mulai dan menyelesaikan banyak cerita, esai, naratif nonfiksi — apa pun yang ingin Anda tulis. Imajinasi Anda akan ke mana-mana dan menggila. Anda akan menjadi seorang penulis yang menulis.
Selamat mencoba!
[Aditya Kusuma][/mag]
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…