Teknik Menulis | Mulai dari kesibukan, belum siap, nanti saja, kalau sudah ini dan itu, dan lain sebagainya. Selain itu, tidak jarang pula akan muncul berbagai kekhawatiran ketika akan mengasah kemampuan teknik menulis. kekhawatiran ini dan itu yang disebut sebagai mental block (penghalang mental). Kekhawatiran yang sebenarnya hanya ada pada pikiran. Sekali kita bisa mengatasi kekhawatiran tersebut, kita akan bisa memulai menulis dengan baik. Adapun beberapa kekhawatiran menulis di antaranya sebagai berikut:
Teknik Menulis | Pertama, kesulitan memulai. Saat ingin menulis apapun itu, tidak terkecuali menulis buku, akan muncul beberapa kekhawatiran terkait bagaimana memulainya. Akan muncul banyak pertanyaan terkait, “Saya harus menulis dari kata-kata apa? Kalimat apa yang saya gunakan untuk memulia tulisan? Kata benda atau kata kerja? Begitu banyak pertanyaan yang muncul dari dalam diri kita. Solusi dari hal ini sebenarnya sederhana, mulai saja. Pertanyaan selanjutnya, mulai dari mana? Jawabannya adalah “mulai dari mana saja”. Mulailah dengan kata apa saja yang terpikir saat itu. Mau kata kerja, boleh. Kata benda, tidak apa-apa. Keterangan tempat atau keterangan waktu, juga tidak masalah. Tuliskan saja.
Apabila kata pertama telah terungkap, maka tinggal meneruskan dengan kata-kata selanjutnya hingga membentuk suatu kalimat. Dari satu kalimat itulah kita teruskan dengan kalimat berikutnya hingga membentuk paragraf. Begitu seterusnya satu paragraf kita teruskan lagi dengan paragraf berikutnya hingga membentuk satu pemikiran yang lebih utuh. Prinsipnya, tuliskan saja lalu alirkan. Kalau kita sudah terbiasa menulis, kita akan menemukan pola dan gaya yang paling nyaman dalam tulisan kita.
Teknik Menulis | Kedua, hal lain yang menjadi pertanyaan ketika mulai menulis adalah apa yang mesti dituliskan?. Apakah kita akan menuliskan apa yang kita tahu, pahami, dan menjadi profesi kita sehari-hari atau hal-hal baru di luar profesi kita?. Selain itu, kekhawatiran lain yang muncul ketika mulia menulis buku adaah terkait apakah yang kita tuliskan “berbobot” atau tidak?. Apakah tulisan kita terlalu ringan ataukah malah terlalu berat untuk pembaca? Apakah buku yang kita tulis sesuai dengan harapan pembaca atau tidak?. Begitulah, berbagai pertanyaan itu “berseliweran” di pikiran kita. Kalau kita mengikuti pertanyaan itu lalu ragu, jadilah kita berhenti. Terlalu banyak berpikir akhirnya membuat kita terhambat dan tidak jadi menulis.
Teknik Menulis | Ketiga, kehabisan ide di tengah proses menulis. Belum mulai menulis kita sudah berpikir nanti di tengah jalan akan kehabisan ide. Apabila berpikir demikian, maka akan benar-benar kehilangan ide di tengah-tengah proses menulis. Solusinya, agar kita tidak kehilangan ide adalah dengan membuat gambaran besar terlebih dahulu dari apa yang akan kita tuliskan. Setelah membuat gambaran besar tulisan yang akan kita tulis, selanjutnya kita dapat membuat outline atau daftar isi. Ketika outline atau daftar isi telah tersusun, maka harus konsisten menulis buku sesuai daftar isi tersebut. Risiko kehabisan ide bisa dikurangi karena ada gambar besarnya.
Teknik Menulis | Keempat, khawatir kalau tulisan kita tidak bagus atau gaya bahasanya “berantakan”. Kita tidak pernah tahu bagus tidaknya tulisan atau gaya bahasa kita sebelum dituangkan dalam tulisan. Tuangkan saja semua pikiran ke dalam tulisan. Bagus tidaknya tulisan dan gaya bahasa akan semakin terasah saat berlatih dan terbiasa menulis. kalau kita hanya berpikir dan tidak mulai berlatih, gaya bahasa yang bagus tentu hanya akan ada dalam impian yang tidak pernah menjadi nyata. Kelima, tema tulisan bukan hal baru. Tidak perlu khawatir bahwa apa yang kita tulis sudah pernah ditulis oleh orang lain, karena setiap orang mempunyai gaya tulisan yang berbeda. Misalnya kita menulis buku dengan tema yang sudah banyak ditulis oleh orang lain, tidak masalah tulis saja. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setiap orang mempunyai gaya penuturan tersendiri. Bisa jadi tulisan Anda lebih cocok untuk pembaca.
Intinya tulis saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena tidak ada satupun yang benar-benar baru di dunia ini. Pasti sudah ada yang menuliskan sebelumnya. Tinggal bagaimana kita menyesuaikan tema tersebut dengan apa yang kita inginkan. Setiap buku biasanya ada masa edar dan masa keemasannya masing-masing. Sebuah buku bisa saja terkenal beberapa tahun ini, tetapi ketenaran buku tersebut lama kelamaan akan pudar dan digantikan dengan buku yang lain. Tugas kita adalah menulis buku untuk mengganti buku-buku lama tersebut dengan buku-buku tulisan kita.
Teknik Menulis | Terakhir, apakah penerbit mau menerima naskah buku kita atau tidak. Sebelum menerima sebuah naskah tentu penerbit memiliki pertimbangan tertentu. Jadi, tidak perlu dikhawatirkan di awal menulis buku apakah naskah kita akan diterima penerbit atau tidak. Tugas kita sebagai penulis, tulis saja apa yang akan kita tulis. Selesaikan saja tulisan kita dan perbaiki terus menerus untuk menjadi naskah sebaik mungkin. Apabila naskah kita bagus, maka akan semakin mudah diterima oleh penerbit.
Buang semua kekhawatiran yang ada untuk mulai menulis buku. Apabila kita selalu khawatir ini dan itu, tentu akan selalu ada kekhawatiran. Semua kekhawatiran itu hanya ada dalam pikiran. Jangan sampai kalah dengan kekhawatiran yang sebenarnya semu. Mari mulai menulis! [Ulin Nafiah]
Referensi:
Zainudin, Akbar, 2015, UKTUB: Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 Hari, Jakarta: renebook
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…