Teknik Menulis: Perbedaan Parafrase, Ringkasan, dan Kesimpulan

teknik menulis

Teknik menulis buku, dalam hal ini parafrase, ringkasan, dan kesimpulan seringkali dicampuradukkan. Aspek tersebut berkenaan dengan kredit pada referensi yang kita kutip sebelum naskah kita kirimkan ke penerbit buku.

Apabila teknik menulis parafrase, ringkasan, dan kesimpulan tidak kita aplikasikan saat menulis buku, tulisan ataupun penelitian kita dianggap asal mencomot. Berikut ini dibahas teknik menulis terkait parafrase, ringkasan, dan kesimpulan sebelum Anda mengirimkan naskah ke penerbit buku.

 

Teknik Menulis Parafrase | Penerbit Buku

Teknik menulis parafrase didefinisikan sebagai berikut:

1) kemampuan seseorang untuk melakukan teknik menulis ulang ide atau gagasan orang lain dengan kata-katanya sendiri dan ditampilkan dalam bentuk yang baru dan diaplikasikan ketika menulis buku, sebelum mengirimkan naskah ke penerbit buku;

2) merupakan teknik menulis yang legal dan sah dalam meminjam gagasan orang lainl;

3) sebuah pernyataan ulang (restatement) yang lebih lengkap dan detail dibandingkan dengan sebuah ringkasan.

Teknik menulis parafrase merupakan sebuah keahlian yang sangat berharga karena teknik menulis parafrase lebih baik dibandingkan dengan mengutip informasi dari sebuah paragraf atau tulisan yang kurang menonjol.

Parafrase membantu penulis untuk mengontrol cobaan melakukan kutipan yang terlalu sering. Proses mental yang dibutuhkan bagi keberhasilan sebuah prafrase membantu penulis untuk memahami sepenuhnya makna teks sumber yang akan ia sadur. Perhatikan contoh berikut:

 

Contoh 1:

Naskah Asli:

Sangatlah pelik untuk mendefinisikan plagiasi saat Anda melakukan teknik menulis ringkasan atau parafrase. Keduanya memang berbeda, tetapi batas-batas parafrase dan ringkasan sangatlah tipis sehingga Anda tidak menyadari jika Anda berpindah dari melakukan parafrase menjadi meringkas, kemudian berpindah ke melakukan plagiasi.

Apapun tujuan Anda, parafrase yang sangat mirip dengan naskah asli dianggap sebagai melakukan plagiasi, meskipun Anda telah menuliskan sumbernya (Booth et al., 2005, hlm 203).

Parafrase:

Sangatlah sulit untuk membedakan antara teknik menulis ringkasan, parafrase, dan plagiasi. Anda berisiko melakukan plagiasi jika Anda melakukan parafrase yang sangat mirip, meskipun Anda tidak bermaksud untuk mengirimkan naskah dengan plagiasi ke penerbit buku.

 

Contoh 2:

Mahasiswa sering berlebihan dalam menggunakan kutipan langsung saat membuat catatan, sebagai akibatnya mereka menggunakan teknik menulis kutipan yang berlebihan dalam tugas karya ilmiah (paper). Mungkin hanya sekitar10% dari manuskrip akhir yang diperbolehkan muncul dalam bentuk kutipan langsung.

Oleh sebab itu, Anda harus berusaha untuk membatasi jumlah penulisan yang sama persis dengan materi sumber saat Anda menulis buku atau catatan. Lester, James D. Writing Research papers. 2nd ed. (1976): 46-47.

 

Teknik menulis parafrase yang legal:

Dalam paper ilmiah, mahasiswa sering melakukan teknik menulis kutipan yang berlebihan dan gagal untuk mengubah materi yang dikutip ke level yang diinginkan. Karena masalahnya bersumber dari penulisan catatan, maka sangatlah penting untuk meminimalkan pencatatan materi atau kata per kata yang sama persis (Lester 46-47).

Teknik Menulis Ringkasan | Penerbit Buku

Berbeda dengan teknik menulis parafrase, ringkasan merupakan cara mengutip tidak langsung dengan mengambil intisari dari sebuah tulisan. Meringkas, yang kemudian hasilnya kita sebut ringkasan, perlu kita gunakan untuk menulis buku, selain adanya parafrase.

Dalam ringkasan, penulis mengungkapkan gagasan yang sama, namun tidak memberikan penjelasan secara detail. Ringkasan merupakan pernyataan singkat tentang poin-poin yang penting. Dengan kata lain, ringkasan merupakan parafrase gagasan utama dari sebuah naskah asli. Sebagai contoh, ringkasan untuk naskah asli dalam contoh 1 & 2 di atas adalah sebabagi berikut:

Contoh 1:

Batas-batas antara ringkasan, parafrase dan plagiasi sangatlah tipis, sehingga membuat seseorang tergelincir melakukan plagiasi, sekalipun ia telah mencantumkan sumber aslinya.

Contoh 2:

Mahasiswa sebaiknya hanya melakukan sedikit catatan bagi kutipan langsung dari sumber asli untuk membantu meminimalkan jumlah materi yang dikutip secara langsung dalam paper ilmiah (Lester 46-47).

 

Teknik Menulis Kesimpulan

Membuat kesimpulan dari sebuah tulisan atau paragraf yang mengandung gagasan merupakan teknik lain dalam pengutipan tidak langsung sekaligus menjadi teknik lain untuk menghindari plagiarisme.

Seperti arti katanya, menyimpulkan merupakan menarik suatu gagasan tertentu yang dilakukan pembaca dari informasi yang dinyatakan dalam teks yang ia baca. Gagasan yang didapat kemudian dituangkan secara presisi saat menulis buku.

Baca juga: Cara Mudah Mempublikasikan Makalah Ilmiah ke Jurnal Internasional

Berbeda dengan ringkasan, gagasan yang dinyatakan dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam teks yang dibaca, namun pembaca harus menggunakan apa yang ia pahami dari teks tersebut untuk bisa sampai ke kesimpulan. Sama seperti dalam melakukan parafrase, penarikan kesimpulan bisa dilakukan dalam skala terkecil, yakni kesimpulan dari sebuah kalimat.

Dalam logika, yang merupakan ilmu kesimpulan, untuk dapat menarik kesimpulan dibutuhkan minimal dua premis, yakni premis mayor dan premis minor. Agar kesimpulannya memiliki arti, dua kondisi yang berbeda harus dipenuhi (kamp & Reyle, 1993, hlm 13) yakni:

  • Premis yang akan digunakan untuk menarik kesimpulan harus dapat dipercaya keabsahannya, 2) kesimpulan yang ditarik dari premis tersebut harus memiliki relasi yang menjamin keabsahan premis yang nantinya ditransfer ke kesimpulan.
  • Persyaratan berikut ini pun harus dipenuhi dalam rangka mengambil kesimpulan: relasi antara premis dengan kesimpulan yang menjamin transfer kebenaran merupakan relasi formal, artinya relasi tersebut dapat dianalisa sebagai relasi antara bentuk-bentuk kalimat. Contoh klasik tentang penarikan kesimpulan bisa dilihat dibawah ini:

Semua P adalah Q
Semua Q adalah R
Maka semua P adalah Q

Atau, apabila diisi oleh kalimat P, Q, R, menjadi:

Semua manusia akan mati
Aristoteles adalah seorang manusia
Maka Aristoteles akan mati.

Dari kedua contoh di atas, kita bisa melihat bahwa apa yang dinyatakan dalam kesimpulan tidak dituliskan secara eksplisit dalam kalimat sumber, namun dari kedua premis tersebut, sebuah kesimpulan bisa ditarik.

Kesimpulan yang ditarik harus memenuhi  persyaratan yang telah ditetapkan, sehingga kesimpulan berikut ini tidaklah valid menurut hukum logika berpikir yang ditetapkan oleh Aristoteles ini: ‘Ada R di dalam P’ atau “Aristoteles adalah manusia yang tidak akan mati”.

Pengambilan kesimpulan dalam memahami suatu teks dan informasi juga mengikuti hukum pengambilan kesimpulan dalam logika. Sehingga kesimpulan yang bisa ditarik dari naskah asli dalam contoh 1 & 2 diatas adalah sebagai berikut:

Contoh 1:

Kesimpulan: Melakukan parafrase, ringkasan dan mencantukan sumber asli tidaklah otomatis membebaskan seseorang dari aktivitas plagiasi, jika parafrase dan ringkasan tersebut sangat mirip dengan naskah aslinya.

Contoh 2:

Kesimpulan: Proses penulisan catatan menentukan seberapa banyak kutipan langsung yang akan dilakukan mahasiswa saat menulis paper ilmiahnya.

Contoh paragraf yang menerapkan parafrase dan kesimpulan:

Sebagian besar penelitian dan aplikasi Sistem Dialog cenderung menggunakan inisiatif tunggal (Yang & Heeman, 2007). Penelitian-penelitian yang menggunakan inisiatif ganda berusaha keras untuk memecahkan persoalan pengelolaan inisiatif (Chu-Carol & Brown, 1997; Ramakhrisnan, 2002; Yang & Heeman, 2007). Sebagian dari penelitian ini melakukan eksperimen dengan pembuatan sistem secara nyata, namun ada juga yang didasarkan pada simulasi. Penelitian terdahulu yang dilakukan penulis (Krisnawati, 2007) berusaha mengimplementasikan sistem dialog dengan dialog inisiatif ganda namun masukan dan luaran masih berbentuk teks. Dengan demikian pengguna dan sistem berkomunikasi dalam sebuah konsul dimana pengguna mengetikkan masukan dengan bahasa alami melalui papan ketik dan sistem menampilkan luaran dalam bentuk teks juga.

[Khoirul Maqin]

 

Referensi:

  1. https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/563/1/
  2. https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/976/02/
  3. https://owl.english.purdue.edu/owl/resource/930/02/

 

Anda TAK HARUS PUNYA NASKAH siap cetak untuk mendaftarkan diri Jadi Penulis di penerbit buku kami. Dengan mendaftarkan diri, Anda bisa konsultasi dengan Customer Care yang siap membantu Anda dalam menulis sampai menerbitkan buku. Maka, Anda tak perlu ragu untuk segera MENDAFTAR. Silakan isi form di laman ini. 🙂

 

Jika Anda menginginkan EBOOK GRATIS tentang CARA PRAKTIS MENULIS BUKU, silakan download. 

Mau menulis tapi waktu Anda terbatas?

Gunakan saja Layanan Parafrase Konversi!

Cukup siapkan naskah penelitian (skripsi, tesis, disertasi, artikel ilmiah atau naskah lainnya), kami akan mengonversikan jadi buku yang berpeluang memperoleh nomor ISBN!

Satu tanggapan untuk “Teknik Menulis: Perbedaan Parafrase, Ringkasan, dan Kesimpulan”

Ada buku tentang parafrase ga ya? Kalau ada siapa penulisnya dan penerbitnya. Terima Kasih, saya sangat membutuhkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Dapatkan informasi terbaru dari kami seputar promo spesial dan event yang akan datang

logo deepublish

Penerbit Deepublish adalah penerbit buku yang memfokuskan penerbitannya dalam bidang pendidikan, pernah meraih penghargaan sebagai Penerbit Terbaik pada Tahun 2017 oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).

Kritik/Saran Pelayanan  : 0811-  2846 – 130

Alamat Kantor

Jl.Rajawali G. Elang 6 No 3 RT/RW 005/033, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I Yogyakarta 55581

Telp/Fax kantor : (0274) 283-6082

E1 Marketing : [email protected]
E2 Marketing : [email protected]

© 2024 All rights reserved | Penerbit Buku Deepublish - CV. Budi Utama