Ukuran Sampel Penelitian dan 3 Faktor yang Mempengaruhinya

cara menentukan ukuran sampel

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian, seorang peneliti harus jeli dalam menentukan ukuran sampel penelitian. Ukuran yang tepat akan sangat mempengaruhi kualitas dan kuantitas data. Menentukan ukuran sampel berarti menentukan data tersebut merepresentasikan populasi atau tidak. 

Dalam menentukan ukuran dari sampel penelitian, peneliti bisa memilih seluruh individu dalam populasi penelitian. Namun, ketika berhadapan dengan populasi skala besar, tidak memungkinkan didatangi langsung karena alasan geografis. 

Penetapan ukuran dari sampel memakai teknik atau rumus tertentu sehingga ukuran dari sampel ini tepat untuk menunjang perolehan data yang berkualitas dan representatif. Lalu, bagaimana cara menentukan ukuran dari sampel? Berikut informasinya. 

Apa Itu Ukuran Sampel?

Ukuran sampel adalah jumlah individu, elemen, atau unit yang dipilih dari populasi untuk menjadi bagian dari sampel dalam penelitian. Dalam ruang lingkup kegiatan penelitian, ukuran dari sampel disebut juga sebagai jumlah sampel. 

Jumlah sampel dalam kegiatan penelitian bervariasi antara satu penelitian dengan penelitian lainnya. Hal ini disesuaikan dengan kondisi populasi penelitian. Jika skala populasi kecil, peneliti bisa menjadikan seluruh individu dalam populasi sebagai sampel. Kondisi ini disebut dengan istilah sampel total. 

Namun, ketika berhadapan dengan populasi yang jumlah individu di dalamnya sangat banyak (misalnya ratusan orang, ribuan orang, jutaan orang, dan seterusnya) menjadikan seluruh individu sebagai sampel bukan langkah tepat. Oleh karena itu, perlu dilakukan sampling.

Sampling adalah proses memilih sebagian dari unsur populasi yang jumlahnya mencukupi secara statistik. Ada banyak teknik dalam menentukan sampel penelitian. 

Namun, pada akhirnya akan didapatkan ukuran sampel. Misalnya ada populasi total seribu individu. Kemudian dengan rumus tertentu, peneliti menetapkan mengambil jumlah sampel sebanyak 100 individu. Maka 100 individu ini adalah ukuran dari sampel penelitian. 

Penentuan jumlah sampel memang harus dilakukan dengan teliti. Sehingga nyaris semua peneliti menggunakan rumus sebagai solusi untuk memudahkan penentuan ukuran. Apalagi, ukuran sampel ini bisa mempengaruhi kuantitas data yang didapat dan kualitasnya. 

Faktor dalam Menentukan Ukuran Sampel

Memahami bahwa menentukan ukuran sampel tidak bisa asal dilakukan dan sekadar memakai perasaan, perlu dihitung dengan seksama dan bahkan perlu mempertimbangkan penggunaan rumus tertentu agar akurat. 

Maka, jumlah sampel ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor. Dikutip melalui Departemen Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember. ada tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah sampel penelitian, yaitu: 

1. Tingkat Keseragaman Populasi Penelitian 

Faktor pertama yang menentukan jumlah sampel penelitian adalah tingkat keseragaman dari populasi penelitian. Dalam penelitian, populasi yang diteliti bisa bersifat homogen dan heterogen. 

Populasi yang homogen artinya individu di dalamnya seragam, misalnya memiliki pola pikir yang tidak jauh berbeda atau bahkan sama persis. Lain halnya dengan populasi heterogen, yang tentu setiap individu punya karakteristik khas. 

Jika peneliti berhadapan dengan populasi yang homogen, keragamannya rendah. Sehingga, jumlah sampel yang sedikit tidak menjadi masalah. Jika populasi heterogen maka lebih aman meningkatkan jumlah sampel. 

Jadi, semakin tinggi tingkat keseragaman populasi maka semakin tinggi ukuran sampel penelitian. Jika tingkat keseragaman rendah maka jumlah sampel yang dipilih bisa sedikit dan sudah merepresentasikan populasi. 

2. Presisi yang Dikehendaki Peneliti 

Faktor kedua yang akan mempengaruhi ukuran dari sampel penelitian adalah presisi yang dikehendaki peneliti. Dalam konteks kegiatan penelitian, presisi yang dimaksud di sini adalah tingkat akurasi data penelitian yang dikumpulkan. 

Ketika seorang peneliti ingin mendapatkan data akurat dan merepresentasikan populasi, jumlah sampel bisa lebih banyak. Misalnya sekitar 30% dari total populasi. 

Sebaliknya, ketika peneliti tidak terlalu memusingkan perolehan data yang akurat, misalnya pada penelitian eksploratif, jumlah sampel yang terbatas tidak menjadi masalah, misalnya di bawah 30% dari total populasi. 

3. Sumber Daya yang Dimiliki Peneliti 

Faktor yang ketiga adalah sumber daya yang dimiliki peneliti. Dalam kegiatan penelitian tentu perlu dukungan berbagai bentuk dan jenis sumber daya, mulai dari waktu penelitian, dana penelitian, jumlah Sumber Daya Manusia (SDM), dan sebagainya. 

Ukuran sampel penelitian sangat ditentukan oleh seluruh sumber daya tersebut. Misalnya dari segi waktu penelitian, penelitian yang didanai program hibah monotahun. Maka, durasi penelitian terbatas dan tidak memungkinkan mengumpulkan data dari sampel yang jumlahnya besar. 

Jika suatu penelitian sifatnya multitahun dan ditunjang dengan sumber daya lain yang memadai. Maka akan sangat mendukung proses pengumpulan data dari sampel penelitian skala besar. 

Jadi, semakin terbatas sumber daya yang dimiliki peneliti maka semakin kecil ukuran dari sampel penelitian. Begitu juga sebaliknya, ketika didukung sumber daya skala besar maka ukuran dari sampel penelitian bisa lebih besar juga. 

Selain tiga faktor tersebut, di lapangan seorang peneliti bisa mempertimbangkan hal lain dalam menentukan jumlah sampel. Misalnya, peneliti mempertimbangkan rancangan analisis data penelitian. 

Jika penelitian memiliki rancangan analisis data yang membutuhkan data dalam jumlah tertentu dan harus didukung oleh sampel dalam jumlah tertentu, mau tidak mau jumlah sampel akan menyesuaikan dengan rancangan analisis data tersebut. 

Rumus Ukuran Sampel Penelitian

Perlukah menggunakan rumus untuk menentukan ukuran sampel penelitian? Pertanyaan ini tentu akan muncul di benak para peneliti. Secara umum, penentuan ukuran dari sampel penelitian bisa memakai rumus dan bisa juga tidak. 

Penggunaan rumus tidak diperlukan atau bisa diabaikan ketika peneliti berhadapan dengan tiga kondisi, yaitu: 

  1. Melakukan penelitian kualitatif, dimana data bisa dianggap sudah merepresentasikan populasi lewat wawancara mendalam sehingga tidak dipengaruhi jumlah sampel. 
  2. Tujuan penelitian adalah eksploratif atau melakukan penelitian eksploratif, dimana data atau hasil penelitian tidak ditujukan untuk digeneralisasikan sehingga tidak dipengaruhi oleh jumlah sampel. 
  3. Penelitian dengan populasi skala kecil, misalnya penelitian dengan populasi karyawan di perusahaan X dan jumlahnya 10 orang. Maka seluruh karyawan menjadi sampel penelitian (sampel penuh), sehingga tidak perlu dihitung dengan rumus. 

Jika tidak berada dalam tiga kondisi dan situasi di atas, penentuan ukuran sampel dianjurkan memakai rumus. Misalnya saat melakukan penelitian kuantitatif, hasil atau data penelitian ingin digeneralisasikan, dan sebagainya. 

Lalu, apa saja rumus yang bisa digunakan untuk menentukan jumlah sampel penelitian? Dikutip melalui Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), ada dua jenis rumus yang umum digunakan dalam menentukan jumlah sampel penelitian.

Berikut rumus ukuran sampel penelitian:

1. Tabel Krejcie

Rumus penentuan jumlah sampel yang pertama adalah menggunakan Tabel Krejcie. Secara umum, teknik ini tidak menggunakan rumus melainkan menjadikan Tabel Krejcie sebagai dasar dalam menentukan jumlah sampel yang tepat. Sehingga, tidak ada rumus dan tidak ada proses menghitung. 

Tabel Krejcie sendiri adalah tabel yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel minimum yang diperlukan dari suatu populasi dengan tingkat kepercayaan tertentu, Jadi, akan ada deretan jumlah populasi (dilambangkan N) pada Tabel Krejcie. 

Kemudian diikuti tiga kolom yang mencantumkan jumlah sampel minimal sesuai nilai N pada Tabel Krejcie tersebut. Tiga kolom ini dalam persentase dari 1%, 5%, dan tertinggi adalah 10%. Berikut tampilan Tabel Krejcie yang dimaksud: 

Tabel Krejcie
Sumber: Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 

Jadi, dalam menentukan ukuran sampel, para peneliti tinggal melihat Tabel Krejcie di atas. Misalnya, jumlah individu pada populasi penelitian ada 100 orang. Jika peneliti ingin jumlah sampel 10%, maka pada Tabel Krejcie jumlah sampel yang diambil adalah 73 orang. 

Kelebihan menentukan jumlah sampel dengan Tabel Krejcie adalah praktis. Dimana tinggal melihat tabel dan sudah otomatis mengetahui jumlah sampel yang ideal dari penelitian yang dilakukan. 

Hanya saja, kelemahannya adalah jumlah populasi pada Tabel Krejcie maksimal 661 orang. Praktis, jika ukuran populasi penelitian mencapai ribuan orang, tabel ini tidak lagi relevan untuk diterapkan. Selain itu, jenis dan tujuan penelitian kadang membutuhkan jumlah sampel yang berbeda dengan isi tabel. 

2. Rumus Slovin 

Rumus kedua dalam menghitung ukuran sampel adalah Rumus Slovin. Rumus ini umum digunakan dalam menentukan jumlah sampel di berbagai jenis penelitian. Terutama ketika berhadapan dengan populasi skala besar. 

Rumus Slovin adalah sebagai berikut: 

rumus slovin dalam penentukan ukuran sampel

Keterangan: 
n = jumlah sampel yang dicari
N = jumlah populasi
e = margin eror yang ditoleransi.

Supaya lebih mudah memahami Rumus Slovin dan penerapannya, maka bisa melihat contoh berikut: 

Seorang peneliti memiliki populasi 2.000 orang dan menentukan margin eror sebesar 5%. Maka berapa jumlah sampel minimal dari penelitian yang dilakukan peneliti tersebut? 

Jawab dengan Rumus Slovin: 

n = N / (1 + (N x e²))
n = 2.000 / (1 + (2.000 x 0,05²))
n = 2.000 / (1 + (2.000 x 0,0025))
n = 2.000 / (1 + 5)
n = 2.000 / 6 
n = 333,33

Dari perhitungan dengan Rumus Slovin tersebut, maka peneliti dengan populasi 2.000 orang dan margin error 5% perlu memilih jumlah sampel minimal 333 orang dari total 2.000 orang dalam populasi penelitian. 

Selain menggunakan rumus, penentuan jumlah sampel dalam penelitian juga bisa didasarkan pandangan ahli. Salah satunya menurut Gay dan Diehl (1992), yang menjelaskan mengenai jumlah sampel minimal dilihat dari jenis penelitian yang dilakukan, yaitu: 

  1. Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimal 10% dari total populasi penelitian. 
  2. Penelitian korelasional, jumlah sampel minimal 30 orang dari populasi total maupun dari populasi yang dibagi menjadi stage, cluster, dll sesuai teknik sampling yang digunakan peneliti. 
  3. Penelitian  perbandingan kausal, jumlah sampel minimal 30 orang per kelompok populasi penelitian. 
  4. Penelitian eksperimen, jumlah sampel minimal 15 orang per kelompok populasi penelitian. 

Jadi, pada penelitian jenis tertentu memang memiliki standar jumlah sampel tersendiri. Para peneliti bisa mengacu pada pendapat ahli terkait hal ini. Namun, bisa juga dengan tetap menghitung sampel memakai rumus, misalnya Rumus Slovin jika dirasa lebih akurat atau presisi. 

Baca lebih lanjut dalam 5 Cara Menghitung Sampel Penelitian dengan Tepat.

Cara Menentukan Ukuran Sampel

Melalui penjelasan di atas, tentunya sudah memiliki gambaran umum mengenai tata cara menentukan ukuran sampel yang tepat. Berikut adalah beberapa tahapan yang akan dilalui peneliti dalam menentukan jumlah sampel penelitian: 

1. Menentukan Topik dan Tujuan Penelitian 

Langkah yang pertama dalam menentukan jumlah sampel penelitian adalah menentukan dulu topik dan tujuan penelitian. Bagi dosen atau mahasiswa, topik ditentukan bidang keilmuan yang ingin ditekuni dan menjadi pakar di dalamnya. 

Setelah topik penelitian ditentukan, maka harus menentukan tujuan penelitian. Tujuan ini yang akan menentukan jenis penelitian yang akan dilaksanakan. Apakah penelitian kualitatif atau kuantitatif? 

2. Menentukan Populasi Penelitian 

Langkah yang kedua adalah menentukan populasi penelitian. Secara umum, populasi penelitian adalah subjek dan objek utama dari kegiatan penelitian sehingga tidak selalu kelompok individu atau masyarakat di daerah tertentu. Bisa juga berupa benda. 

Populasi penelitian bisa ditentukan dengan cara menentukan tujuan penelitian, kemudian mencari populasi yang relevan dengan tujuan penelitian tersebut. Misalnya, peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran kontekstual. 

Populasi yang ideal adalah yang aktif mengikuti pembelajaran dan merasakan langsung pembelajaran kontekstual tersebut. Bisa siswa jenjang sekolah maupun mahasiswa di perguruan tinggi. 

3. Menentukan Margin Error

Langkah ketiga dalam menentukan ukuran sampel penelitian adalah menentukan margin error. Margin error secara sederhana adalah seberapa besar kesalahan yang bisa ditoleransi. 

Dalam penelitian, umumnya margin error ini adalah 5%. Namun, untuk penelitian yang dirasa butuh presisi tinggi maka biasanya margin error 1%. Jadi, penentuan margin error disesuaikan dengan tingkat presisi yang ingin dicapai peneliti.

4. Memilih Teknik Menghitung Ukuran Sampel 

Langkah yang keempat dalam menentukan jumlah sampel penelitian adalah menentukan teknik yang sesuai. Seperti penjelasan sebelumnya, ada banyak teknik bisa diterapkan untuk menentukan jumlah sampel yang tepat. 

Pertama, perlu menentukan dulu apakah penelitian yang dilakukan dalam kondisi sampel total atau tidak? Jika populas skala  kecil, misalnya sampai 10 individu saja maka tentu sampel total bisa dipilih. Sehingga tidak perlu rumus untuk menentukan jumlah sampel. 

Kedua, pahami apakah penelitian yang dilakukan membutuhkan rumus untuk menentukan jumlah sampel? Sesuai penjelasan sebelumnya juga, penelitian kualitatif tidak memusingkan jumlah sampel. Sebab sampel hanya satu individu, tapi data yang diberikan lengkap dan berkualitas. Maka dirasa sudah cukup. 

Sebaliknya, pada penelitian kuantitatif dan hasil penelitian ingin bisa digeneralisasikan. Kemudian populasi penelitian skalanya besar. Maka disarankan memakai rumus untuk menentukan ukuran sampel. 

Jika masih ratusan orang dalam populasi yang diteliti, maka menggunakan Tabel Krejcie masih relevan untuk dilakukan. Sebaliknya, jika populasi skalanya lebih besar maka menentukan jumlah sampel bisa memakai Rumus Slovin yang sudah dijelaskan. 

Jumlah sampel juga dipengaruhi oleh sumber daya dalam kegiatan penelitian. Sekalipun sudah dihitung dengan rumus, dan dihadapkan pada keterbatasan sumber daya. Maka jumlah sampel perlu disesuaikan. 

5. Menentukan Teknik Sampling 

Setelah ukuran sampel sudah ditentukan dengan baik dan benar, maka tahap berikutnya adalah menentukan teknik sampling. Teknik sampling sendiri adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan pemilihan calon anggota sampel. 

Teknik sampling terbagi menjadi dua, yakni random sampling dan nonrandom sampling. Masing-masing terbagi lagi menjadi beberapa jenis. Silakan menentukan teknik sampling yang dirasa paling sesuai dengan tujuan penelitian. 

6. Mulai Pengumpulan Data 

Jika jumlah sampel dan teknik sampling sudah ditentukan, maka peneliti tinggal menerapkannya untuk mengetahui siapa saja yang terpilih menjadi sampel penelitian. Tahap berikutnya adalah pengumpulan data. 

Dalam hal ini, peneliti juga menggunakan metode tertentu. Mulai dari wawancara, observasi di lapangan, dan sebagainya sesuai karakter sampel dan tujun penelitian yang dilakukan. 

Itulah beberapa tahapan yang perlu dilewati seorang peneliti dalam menentukan ukuran sampel yang tepat. Sekali lagi, penentuan jumlah sampel tidak selalu harus memakai rumus. Ketika ada pada kondisi perlu memakai rumus, barulah dihitung dengan Rumus Slovin atau rumus lain yang dirasa paling relevan. 

Berikut penjelasan langkap ragam teknik pengambilan sampel jenis random sampling:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan