Daftar Isi
Ada banyak cara bisa dilakukan seorang dosen untuk meningkatkan capaian pembelajaran. Salah satunya dengan menyusun buku ajar berbasis RPS yang bisa dijadikan pegangan dosen untuk mengajar mahasiswa.
Dalam rangka membantu seluruh dosen di Indonesia untuk produktif menulis dan menerbitkan buku ajar, Penerbit Deepublish menggelar webinar bertajuk Strategi Meningkatkan Capaian Pembelajaran : Menyusun Buku Ajar Berbasis RPS.
Menulis dan menerbitkan buku ajar menjadi salah satu kegiatan wajib para dosen di Indonesia. Buku ajar ini secara umum disusun berdasarkan RPS dan diterbitkan sesuai dengan standar Dikti untuk masuk ke pelaporan BKD maupun ikut dalam proses PAK.
Buku ajar tak hanya bermanfaat bagi dosen untuk memenuhi beban kerja dan menunjang kenaikan jabatan fungsional. Melainkan juga bisa mendorong didapatkannya capaian pembelajaran secara optimal.
Berangkat dari hal tersebut, Penerbit Deepublish kemudian menggelar webinar Strategi Meningkatkan Capaian Pembelajaran : Menyusun Buku Ajar Berbasis RPS. Webinar diselenggarakan online melalui aplikasi Zoom Meeting pada Jumat, 17 November 2023.
Pada webinar kali ini, Penerbit Deepublish menggandeng dua narasumber yang merupakan ahli di bidangnya. Narasumber yang pertama adalah Wahyudi Agustiono Ph.D. yang merupakan Dosen Universitas Trunojoyo dan Customer Success Manager (CSM), SEVIMA.
Narasumber yang kedua adalah Dr. Miguna Astuti, S.Si., M.M., MOS., CPM. CIRR yang merupakan Dosen Universitas Pembangunan Veteran Jakarta dan Dosen Ambassador Penerbit Deepublish, sebagai narasumber utama.
Dalam pembukaan materi, Wahyudi Agustiono menjelaskan sedikit mengenai apa itu pencapaian pembelajaran yang lebih sering dikenal dengan istilah CP (Capaian Pembelajaran) maupun CPL (Capaian Pembelajaran Lulusan).
Wahyudi Agustiono menjelaskan bahwa ada tiga aspek yang penting untuk dikuasai seluruh mahasiswa sebagai bukti tercapainya CPL tersebut, yakni ilmu pengetahuan, skill atau keterampilan, dan juga attitude atau sikap (budi pekerti).
Ketika kegiatan perkuliahan yang diisi seorang dosen bisa mencapai tiga aspek tersebut, maka bisa dikatakan CPL sudah tercapai. Pasalnya, percuma jika nilai ujian bahkan IPK tinggi tapi mahasiswa memiliki attitude yang jelek. Maka skill dan pengetahuannya akan dipandang kurang berguna di dunia kerja.
“Tiga ini yang tidak boleh lepas, ya. Sepandai apapun, tapi kalau attitude-nya enggak bagus ya enggak akan dipakai di kerjaan (dunia kerja),” kata Wahyudi Agustiono.
Wahyudi Agustiono juga menjelaskan mengenai teknik penentuan CPL, salah satunya menggunakan teknik S.M.A.R.T. Berikut penjelasannya:
Teknik pertama adalah Spesifik. Artinya suatu CPL harus jelas. Seperti menggunakan istilah spesifik untuk menggambarkan kemampuan pengetahuan, nilai, sikap, dan kinerja yang diinginkan.
Kedua adalah Measurable, artinya suatu CPL harus bisa diukur atau diamati. Sehingga CPL ini bentuknya terukur, sesuatu yang bisa diketahui pencapaiannya sudah bagus atau belum. Bukan ambigu dan tidak bisa diukur.
Teknik ketiga adalah Achievable, yang artinya CPL yang ditetapkan memang bisa dan sangat mungkin untuk dicapai. Sebab CPL tersebut sudah disesuaikan dengan karakter dan kemampuan mahasiswa.
Berikutnya adalah Realistic atau realistis, yang artinya CPL ditentukan bersifat logis sehingga bisa dicapai dengan mudah karena memang relevan dengan kondisi dan kemampuan mahasiswa.
Terakhir adalah Time Bound, yang artinya CPL bisa dicapai dalam durasi yang cukup. Dimana durasi ini ditentukan dengan benar oleh dosen. Apakah CPL bisa tercapai di tengah semester atau di akhir semester?
Sementara itu, Miguna Astuti dalam penyampaian materinya menjelaskan mengenai beberapa bagian dari RPS yang penting untuk tercantum di naskah buku ajar. Dijelaskan setidaknya ada dua kolom di RPS yang wajib masuk.
Pertama adalah kolom berisi kemampuan akhir yang diharapkan atau CPL, sedangkan yang kedua adalah kolom bahan kajian atau pokok bahasan. Dua kolom ini nantinya akan dikembangkan di dalam bab I, bab II, dan juga bab III.
Selebihnya, disampaikan juga bahwa isi naskah buku ajar wajib menyesuaikan dengan standar Dikti, yakni mengikuti karakteristik khas dari buku ajar itu sendiri, seperti:
Setiap akhir dari penyampaian materi, baik yang dilakukan Wahyudi Agustiono maupun Miguna Astuti diisi dengan sesi tanya jawab. Sejumlah peserta webinar terlihat antusias mengajukan pertanyaan pada dua narasumber tersebut.
Tahukah Anda bahwa salah satu cara untuk meningkatkan poin KUM adalah menerbitkan buku. Aturan ini tertuang dalam PO PAK 2019.
Sayangnya, kesibukan dalam mengajar, membuat dosen lupa dengan kewajiban lainnya yaitu mengembangkan karir. Maka dari itu, Penerbit Deepublish hadir untuk membantu para dosen meningkatkan poin KUM dengan menerbitkan buku.
Kunjungi halaman Daftar Menerbitkan Buku, agar konsultan kami dapat segera menghubungi Anda.
Selain itu, kami juga mempunyai E-book Gratis Panduan Menerbitkan Buku yang bisa membantu Anda dalam menyusun buku. Berikut pilihan Ebook Gratis yang bisa Anda dapatkan:
Pada saat menerbitkan buku, penerbit yang dipilih sering menambahkan halaman prancis atau half title dalam…
Menggunakan tools pendeteksi AI tentu menjadi langkah tepat bagi guru dan dosen. Tools ini bisa…
Proses menulis biasanya diawali dengan menulis draft dan disebut sebagai draft pertama. Penulisan draft menjadi…
Salah satu tahapan penting dalam proses menulis adalah swasunting atau self editing. Melakukan swasunting membantu…
Menggunakan AI untuk parafrase memang menjadi pilihan banyak akademisi saat ini, baik itu dosen maupun…
Menggunakan AI untuk membuat mind mapping atau peta konsep, tentunya menjadi alternatif yang banyak dipilih.…