Semua orang bisa menjadi penulis, tetapi hanya sedikit yang “mampu” melakukannya dengan baik. Pasalnya, ada beberapa kualifikasi maupun keahlian yang harus dibentuk ketika seseorang memutuskan untuk menjadi seorang penulis.
Banyak penulis pemula yang pada akhirnya menyerah di tengah jalan dan memilih kembali ke kehidupan awalnya sebagai pekerja biasa. Meski punya kemampuan menulis buku yang baik, mereka tidak bisa bertahan dan menjadikan profesinya sebagai penopang hidup yang layak. Beberapa dari penulis pemula ini yang bertahan, lambat laun berubah menjadi lebih profesional.
Bagi penulis profesional, menulis buku adalah proses yang alami. Mereka menguraikan ide dan kata layaknya air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir. Namun untuk penulis pemula, tidak selalu semudah itu. Di sini saya uraikan lima tahapan menulis buku yang perlu dilalui oleh seorang penulis. Baik fiksi maupun tulisan ilmiah, semuanya selalu melalui tahapan yang bisa saja sama. Apa saja tahap-tahapnya? Mari kita bahas satu persatu:
1. Persiapan
Temukan sebuah ide. Sebelum mulai menulis buku, Anda butuh ide cerita. Ide ini adalah benih buku Anda. Tapi, menemukan sebuah konsep bisa terasa sulit. Ide-ide biasanya berdatangan kalau Anda terbuka untuk mengalami banyak hal. Ya, cara terbaik untuk menemukan ide adalah pergi keluar rumah dan beraktivitas.
Persiapan menulis buku selalu diawali dengan pembentukan ide untuk kemudian dikembangkan menjadi kerangka tulisan. Biasakan mencatat setiap ide yang terlintas di kepalamu, sehingga ketika kamu memerlukan ide, kamu bisa membolak-balik catatan tersebut untuk menemukan inspirasi.
Dalam mengembangkan ide menjadi bahan tulisan, bisa dimulai dengan menguraikan detailnya atau dengan mencari ide-ide lain yang berkorelasi. Setelah puas menelusuri berbagai kemungkinan yang muncul dari idemu, mulailah memilah ide mana saja yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam tulisan.
Ide-ide yang terpilih kemudian disusun menjadi kerangka tulisan. Kerangka tulisan sangat krusial, terlebih untuk tulisan yang bersifat ilmiah. Susun ide-ide tersebut menurut alur dan tujuan tulisanmu.
2. Menulis
Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan draf pertamamu, bukan tulisan final. Sisihkan waktu yang cukup untuk berkonsentrasi penuh menulis draf awal tulisan dari kerangka yang telah kamu buat. Jauhkan alat komunikasi dan hal-hal yang mungkin akan mengalihkan perhatianmu. Tiga puluh menit konsentrasi penuh adalah waktu yang ideal untuk menghasilkan draft awal.
Ketika menulis draf awal, tidak perlu menghiraukan kesalahan penulisan ataupun tata bahasa. Tulis dan terus tulis setiap untaian kata yang mengalir dari benakmu. Kosakata atau tanda baca yang salah akan punya waktunya sendiri untuk dipertimbangkan. Pada tahap ini tugasmu hanya menulis.
Setelah menemukan ide-ide yang bisa dicantumkan dalam cerita, Anda pastilah ingin mengembangkan konsep itu. Buatlah konsep jadi makin kompleks. Kembangkan konsep itu hingga berakhir dengan kesimpulan logis. Pikirkan apa yang akan terjadi akibat serangkaian peristiwa, atau apa pun yang menjadikan ide-ide itu lebih kompleks. Konsep yang lebih berkembang akan membantu Anda membangun alur cerita.
3. Revisi
Selesai dengan draf awal? Saatnya menelusuri ulang tulisanmu dan melakukan revisi. Ada empat hal yang mungkin perlu kamu lakukan di tahap revisi: menambahkan, menyusun ulang, menghapus, atau mengganti. Ketika argumen atau penuturanmu dirasa kurang detail atau kurang penekanan, kamu bisa melakukan penambahan dengan menggunakan ide-ide yang tidak terpakai di tahap persiapan. Untuk penyusunan ulang, dilakukan ketika suatu kalimat atau paragraf terasa lebih alami jika posisinya diganti atau ditukar.
Jika setelah membaca ulang tulisanmu kamu menemukan kalimat yang tidak diperlukan atau malah mengacaukan ritme ceritamu, hapus saja. Selanjutnya, ketika ada bagian yang menurutmu kurang memuaskan, silakan tulis ulang dengan gaya yang kamu anggap lebih sesuai. Pada tahap ini, fokuslah pada konten dan bagaimana meningkatkan kualitasnya. Apabila kamu tidak yakin dengan pendapatmu, cobalah tanya pendapat orang-orang di sekitarmu.
4. Pengeditan
Tahap ini harus selalu kamu lakukan setelah proses revisi selesai. Jangan langsung melompat ke tahap ini, karena kamu akan kehilangan fokus pada konten tulisanmu. Tahap pengeditan adalah tahap ketika kamu mulai memerhatikan pemilihan kata, apakah terlalu banyak pengulangan, tidak tepat, ataupun salah eja. Perhatikan juga tanda baca dan penggunaan istilah. Gunakan kamus dan referensi tata bahasa untuk mengedit tulisanmu.
5. Publikasi
Selesai melalui tahap satu hingga empat, saatnya mempublikasikan tulisanmu. Bagi para mahasiswa, mungkin mengumpulkannya ke pihak kampus. Bagi para penulis blog, memublikasikannya ke internet. Bagi para penulis buku, mungkin mulai mengajukannya ke penerbit atau agen penulis.
Lima tahapan menulis buku ini dapat kamu gunakan sebagai checklist setiap menulis karya. Jangan ragu untuk meminta pendapat orang lain terutama pada saat revisi dan pengeditan. Seorang penulis yang baik tidak akan pernah puas pada satu pencapaian saja. Tidak ada yang bisa menghentikannya untuk terus menulis buku.
Menulis buku di rumah, tak terkendala waktu bahkan atasan menyebalkan, plus bayaran menggiurkan, siapa yang tak mau? Namun, pada kenyataannya, menjadi seorang penulis buku bukanlah pilihan yang mudah dijalani. Tapi jangan khawatir, sebab jika kamu jalani hal di atas—kamu tetap bisa menjadi seorang penulis buku yang sukses.
Menjadi penulis buku bukan soal siapa yang memiliki kosakata paling indah, tapi soal persistensi. Teruslah menulis dengan konsisten, niscaya saatnya ketika “uanglah yang mengejarmu” akan tiba. Tetap semangat dan teruslah menulis buku! [Aditya Kusuma]