Bagi para akademisi membuat jurnal bukan lagi hal awam, namun justru kewajiban. Mengingat jurnal merupakan salah satu sumber ilmu pengetahuan. Salah satu sumber yang menjadi rujukan para pendidik maupun akademisi. Secara umum urnal merupakan sebuah publikasi periodik dalam bentuk artikel yang diterbitkan secara berkala. Dalam hal ini biasanya jurnal diterbitkan pada interval waktu tertentu yakni setiap 4 bulan atau 1 tahun sekali.
Tujuan pembuatan jurnal adalah untuk mengembangkan sebuah penelitian yang telah dituliskan serta menjadi acuan untuk para peneliti lainnya sedang melakukan kegiatan penelitian yang sejenis. Pada umumnya jurnal memiliki cakupan materi yang luas namun sangat padat, hanya terdiri dari 6 hingga 8 halaman, namun di setiap kalimatnya bernilai ilmu pengetahuan.
Pembuatan jurnal tentu bukan hal yang mudah ya. Apalagi diperlukan penelitian dan data yang valid. Meski sudah banyak akademisi yang mengetahui cara membuat jurnal yang benar, namun masih saja ada beberapa keselahan yang sering dilakukan saat membuat jurnal. Berikut ini ulasan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi.
Kalimat Berbelit-Belit
Jurnal atau karya ilmiah merupakan tulisan akademis yang seharusnya ditulis langsung pada poin-poinnya atau “Straight to the point”. Permasalahan yang sering terjadi adalah kebanyakan penulis di Indonesia cenderung berbelit-belit dalam menyampaikan sebuah ide. Dalam penulisan sebuah paragraf, paragraf yang bagus memiliki 1 ide pokok yang lebih baik diletakkan di kalimat pertama kemudian diikuti penjelasan 3-5 kalimat (deduksi). Untuk menghindari hal ini, penulis disarankan untuk membuat kerangka penulisan (outline) untuk menghindari menulis ide dengan berbelit-belit.
Kebiasaan menulis berbelit-belit pada masyarakat Indonesia ini memang sangat umum. Hal ini karena pola pikir suatu masyarakat dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Sementara orang Indonesia memang terkenal cenderung berpikir induktif, menjelaskan alasan-alasan umum sebelum menyebutkan ide pokok. Contohnya nyatanya kita bisa melihat bagaimana kebiasaan anak ketika terlambat sekolah. Biasanya kita akan menjelaskan terlebih dahulu alasan mengapa kita terlambat sebelum mengatakan ide pokoknya. “Maaf pak, saya tadi sebenarnya sudah bangun pagi tetapi saat di jalan sekolah saya bertemu orang tua yang mendorong gerobak sendiri, lalu saya bantu dorong sampai rumah. Jadi saya telat”.
Namun dalam pembuatan jurnal yang harus diutamakan justru sebaliknya, yakni ide pokok. Sedangkan dalam jurnal karya ilmiah hal yang paling diutamakan adalah pernyataan ide pokok terlebih dahulu, baru diikuti oleh kalimat penjelas. Walaupun cara berpikir sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya, tetapi gaya penulisan yang baik bisa dilatih dengan menggunakan outline.
Pengulangan Berlebihan
Kebiasaan lain yang sering dilakukan juga adalah penulis cenderung mengulang-ngulang satu paragraf yang isinya sama. Jadi di beberapa paragraf terdapat isi yang sama namun ditulis dengan kalimat berbeda. Hal ini sering terjadi terutama pada bagian hasil interview, kebanyakan penulis Indonesia selalu mengulang-ulang 1 poin saja. Idealnya, cukup finding disebutkan satu kali di awal, kemudian dijelaskan dengan hasil kuesioner atau interview tanpa harus menyebutkan finding tersebut dalam setiap kutipan hasil interview.
Pengulangan berlebih juga akan membuat jurnal menjadi tidak efektif. Biasanya pengulangan kalimat berlebih disebabkan karena penulis sudah kehabisan bahan. Menulis jurnal bukan soal banyak atau sedikitnya tulisan. Namun seberapa akurat dan berpengaruhnya informasi yang kita tulis. Berkaitan dengan penelitian maka kevalidan data menjadi poin pentingnya. Kevalidan ini bisa dilihat dari metode yang digunakan, cara pengambilan data, pengolahan data serta hasil dari penelitian. Jangan sampai proses penelitian mencerminkan penelitian yang salah sehingga hasilnya pun akan salah. Maka perhatikan betul ketika Anda sedang melakukan penelitian. Jangan sampai penelitian yang sudah memakan waktu berakhir sia-sia hanya karena Anda salah dalam menginput data.
Penggunaan Kalimat Tidak Penting
Waktu masih sekolah, sering dulu guru mengajarkan menulis bebas yang dinilai berdasarkan banyak tidaknya hasil tulisan. Mungkin ini juga membentuk cara pikir mahasiswa dalam menulis skripsi/tesis dan jurnal. Namun akhir-akhir ini sudah banyak dosen ataupun pengajar yang memahami bahwa Skripsi, Tesis dan Disertasi yang baik bukanlah yang tebal dan berat, tetapi yang “Powerful” dalam artian memilikii konten yang berkualitas. Tidak perlu menjelaskan hal yang tidak perlu dijelaskan, karena di dalam sebuah jurnal, harus fokus pada ide jurnal tersebut.
Dalam menulis jurnal juga sebaiknya menggunakan prinsip kehematan. Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat, tetapi tidak mengurangi makna atau mengubah informasi. Yang sering terjadi penulis sering melakukan pengulanagn subyek, pemakaian superordinat pada hiponimi kata, pemakaian sinonim yang tidak diperlukan, hingga penjamakan yang tidak diperlukan. Jurnal harus ditulis dengan kalimat efektif yang berarti juga harus tepat dalam memilih kata. Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.
Penggunaan Istilah Yang Salah
Dalam penulisan jurnal perhatikan betul istilah yang akan Anda gunakan. Terutama istilah-istilah yang masih awam dimengerti masyarakat umum. Penggunaan istilah yang salah sering kami temui terutama tentang penggunaan istilah-istilah dalam metode pembelajaran dan penelitian. Dalam bahasa Indonesia, model pembelajaran merujuk pada cara mengajar, sedangkan dalam bahasa inggris, tidak ada istilah “Learning model” adanya “Method/strategy”.
Selain itu banyak mahasiswa masih bingung dengan penggunaan istilah dalam penelitian korelasi dan eksperimen. Dalam penelitian korelasi, yang dicari adalah hubungan antar variabel tanpa ada treatment. Sedangkan dalam penelitian eksperimen, peneliti memberikan treatment, dan segala perubahan yang terjadi pada variabel penelitian disebabkan oleh treatment. Sehingga, penggunaan kata “efek (effect)” lebih tepat digunakan pada penelitian eksperimental, dan hubungan (influence) pada penelitian korelasi.
Kesalahan Penerjemahan
Dalam menulis jurnal Anda bisa menggunakan beragam referensi baik dari buku, jurnal, ataupun penelitian lain. Referensi juga tidak terbatas harus di Indonesia, Anda juga bisa mengambil jurnal dari luar negeri. Tantangan selanjutnya ketika Anda mengambil referensi dari buku atau jurnal luar negeri, Anda harus benar-benar tahu arti yang sebenarnya dari kalimat tersebut. Jangan sampai jurnal Anda salah tulis karena kesalahan penerjemahan.
Menerjemahkan naskah akademik bidang lain dengan hasil maksimal dalam waktu yang cepat dan harga murah sudah pasti tidak mungkin. Anda harus membutuhkan mesin penerjemah (seperti Google Translate), tetapi jurnal tidak bisa diterjemahkan dengan mesin karena mesin tidak punya “Feeling dan sense of language”. Maka Anda bisa kok meminta tolong penerjemah atau teman Anda yang ahli dalam bahasa untuk membantu Anda membuat jurnal.
Menulis Kata Baku atau Tidak
Memilih kata baku atau tidak dalam tulisan itu bergantung pada jenis tulisan apa yang ingin kamu sampaikan. Untuk menulis jurnal tentu Anda harus menggunakan kata baku. Kata baku akan dibaca lebih sopan dan kita dapat mengaplikasikan penggunakan bahasa dengan benar.
Selain itu penggunaan kata usang sebaiknya dihindari. Makna dari kata usang sendiri yakni penggunaan kata atau pelafan yang sama namun maknanya berbeda. Usang juga bisa didefiniksan dalam dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga dapat mengubah kata benda atau kata ganti, biasanya dengan menjelaskannya atau membuatnya menjadi lebih spesifik.
Biasanya penulis akan mulai menggunakan kata usang untuk menambah jumlah kata dalam tulisannya. Jika Anda mulai tergoda untuk memakai kata-kata usang, cobalah untuk mencari kata lain saja. Hal ini menghindari bias pada satu kalimat yang ditulis. Seorang penulis justru dianggap menarik ketika buku yang diterbitkan memiliki daya tarik pada tulisannya yang sederhana. Meski sederhana tapi menimbulkan gairah, menggerakkan semangat, berisi informasi, mengasyikkan, baru, atau aneh.
Misal, Anda ingin mendeskripsikan definisi liquid. Anda tidak hanya bisa menggunakan kata liquid saja saja. Tapi Anda bisa menggunakan kata lain yang memiliki arti yang mirip, seperti cairan, air, dan sebagainya.
Beberapa hal di atas adalah 6 Kesalahan Umum Penulis Jurnal Yang Harus Dihindari. Semoga dapat membantu Anda untuk meningkatkan kualitas jurnal karya ilmiah yang Anda tulis. Untuk membuat sebuah karya penulisan ilmiah jurnal yangg berkualitas, tentunya diperlukan berbagai usaha dan upaya pembelajaran yaang terus menerus. Selamat menulis jurnal!
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini: KIRIM NASKAH
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang buku ajar, Anda dapat melihat artikel-artikel kami berikut:
- Syarat Jurnal yang Baik Untuk Referensi Buku Ajar
- Cara Menerbitkan Buku Ajar di Penerbit Buku Pendidikan
- Teknik Menulis Buku Ajar Sesuai Alur KTSP
- Bagaimana Cara Membuat Buku Ajar yang Dicintai Mahasiswa?
- Empat Fungsi Ilustrasi dalam Teknik Menulis Buku Ajar
Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!
Kontributor: Novia Intan