Search
Close this search box.

Cara Membuat Buku Sendiri: Dari Teori atau Praktik?

cara membuat buku sendiri

Cara membuat buku sendiri memerlukan teori dan praktik. Penulis perlu tahu saat untuk praktik dan menerapkan teori.

Dalam cara membuat buku sendiri akan dijumpai tantangan bagi para penulis buku pemula. Namun untuk menghadapi tantangan-tantangan yang ada, terdapat beberapa cara yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menyelami dunia penulisan buku sebelum mengirimkan naskah ke penerbit buku.

Untuk memulai terjun dalam cara membuat buku sendiri, seseorang tidak perlu mengkhawatirkan masalah teori. Menulis buku pada dasarnya bisa diibaratkan seperti halnya berenang. Hal yang paling penting dilakukan adalah masuk dulu ke dalam kolam renangnya. Setelah masuk ke dalam cara membuat buku sendiri, seorang penulis pemula dapat memulai praktiknya.

Teori dapat dipikirkan setelah seorang penulis pemula ke dalam zonanya. Jika seorang penulis pemula sudah memulai membaca teori ini dan itu, lebih baik ia tidak terkungkung dan terbatas pada teori yang telah dibacanya itu. Segera kesampingkan teori-teori tersebut dan langsung saja mulai menulis buku. Teori-teori yang pernah didengarkan juga sebaiknya tidak terlalu direnungi atau dijadikan sebagai pedoman utama untuk menulis. Dalam hal ini bukan berarti teori-teori yang telah didapatkan penulis tidak berguna untuk dirinya saat menulis buku.

Penulis pemula hanya perlu mengumpulkan niat untuk memulai praktiknya. Mengingat teori menulis akan menjadikan penulis pemula terpenjara. Secara tidak langsung ia akan mengurangi kebebasannya dalam menulis. Ketika kebebasannya terbatasi, ia bisa saja berhenti menulis di tengah jalan dan terjebak di satu titik saat kehabisan ide. Ketidakbebasan dalam menuls juga bisa menghambat dirinya sendiri untuk memulai menulis. Hal ini berseberangan dengan prinsip menulis, yaitu tidak membatasi diri untuk menuangkan ide ke dalam tulisan.

Seorang penulis perlu terus mencoba meskipun seringkali mengalami kegagalan. Jika dalam praktiknya seorang penulis menemui kegagalan, barulah dia berusaha mencari teori yang paling sesuai untuk diterapkan. Bisa juga, ketika si penulis sudah tidak lagi memiliki ide untuk dituliskan alias sudah mentok, barulah ia bisa menggunakan teori untuk membantunya menulis lagi. Ia bisa mengeksplorasi berbagai macam teori menulis. Si penulis dapat menanyakan teori-teori menulis yang dapat meningkatkan kualitas tulisannya.

Keutamaan teori menulis bisa didapatkan oleh para penulis pemula ketika mereka sudah mulai menulis sepuluh, atau dua puluh halaman. Teori itu akan semakin terasa ketika penulis sudah mendapati dirinya menuliskan lima puluh hingga ratusan halaman, bahkan menulis sebuah buku. Ketika sudah menulis dalam jumlah kata atau halaman yang banyak, seorang penulis pemula baru dapat menemukan banyak teori yang tidak akan ia perkirakan sebelumnya. Ia bahkan akan menemukan teori yang lebih detail untuk diterapkan dalam tulisannya.

Sebaliknya, ketika seorang penulis pemula tidak memulai menyematkan ide-idenya dalam bentuk tulisan, teori yang telah dipelajarinya menjadi kurang bermakna. Teori menulis hanya akan menjadi sampah yang menumpuk di otak karena tidak diterapkan. Bukannya membuat seseorang menjadi cerdas dalam menghasilkan tulisan, terlalu banyak teori akan membebani otak dan tidak berguna karena tidak terpakai.

Jadi akan lebih baik jika penulis lebih cenderung menjalani praktik daripada mempelajari banyak teori. Berlatih sebanyak mungkin kemudian baru belajar tentang teori-teori menulis jauh lebih memudahkan seorang penulis pemula untuk menghasilkan karya-karya yang layak dibaca dan dipublikasikan. Teori bisa dijadikan sebagai sarana memperbaiki tulisan yang sudah ada.

Untuk menjadi seorang penulis buku yang mahir, perlu konsistensi dalam menghasilkan tulisan. Seorang penulis harus rajin dan berkomitmen untuk benar-benar tekun dalam menulis buku. Semakin banyak ia berlatih, semakin lincah pula ia dalam menulis. Hambatan dalam menulis buku juga semakin lama semakin berkurang ketika ia sering berlatih dan membiasakan diri menghasilkan karya. Hal ini merupakan tahapan positif untuk mencapai titik keberhasilan sebagai seorang penulis.

Awalnya, seorang penulis pemula dapat membuat tulisan mengenai apapun, tidak harus banyak tetapi sedikit demi sedikit. Lama-kelamaan tulisan ini menjadi banyak. Upaya ini juga akan menghasilkan manfaat bagi penulis baru. Latihan menulis yang sering meskipun sedikit demi sedikit akan melatih otot-otot jari tangan, otot mata, dan urat saraf untuk merasakan kebiasaan baru ini. Anggap saja tahapan tersebut adalah tahap warming up atau pemanasan. Manfaat lebih besar juga akan terasa ketika si penulis telah melakukan kebiasaan tersebut dalam waktu yang lama. Lebih lanjut, si penulis akan mahir dengan sendirinya. Untuk mencapai tahapan ini, tentunya ia harus bersabar dalam mempraktikkan kebiasaan menulis.

Di sisi lain, setelah penulis pemula terlatih dalam praktik, perlu sekali ia mempelajari teori menulis. Teori-teori yang diresapinya, baik melalui membaca atau mendengar, akan diperlukan untuk menyeimbangkan praktiknya. Keseimbangan praktik dan teori itu penting. Hal ini dapat dijadikan landasan untuk naik ke level yang lebih tinggi dalam menulis. Teori akan merangsang kemajuan kualitas tulisan. Untuk menyelaraskan teori dan praktik, seorang penulis dapat menggunakan cara-cara berikut.

  1. Mempelajari sebanyak-banyaknya teori setelah terus-menerus melakukan praktik. Teori yang dipelajari bisa berasal dari penulis pertama, sesama rekan penulis, atau orang yang dianggap lebih mahir dalam menulis.
  2. Dari banyak teori yang ada, terapkan atau aplikasikan teori yang paling pas dengan cara kita menulis. Dengan begitu, teori akan berguna untuk mengembangkan praktik.
  3. Terus bereksperimen dengan teori lainnya agar lebih banyak penguasaan terhadap teori. Terus mencoba itu penting, sampai benar-benar diperoleh hasil yang memuaskan. Hasil yang memuaskan ini adalah pencapaian tertinggi dalam penguasaan teori. Di sini penulis akan tahu dan dapat memilih teori yang cocok dan tidak cocok untuk dirinya di kemudian hari.
  4. Merenungi kembali tulisan untuk mendapatkan teori-teori baru setidaknya untuk diri sendiri. Secara tidak langsung diri sendiri akan memerhatikan hal-hal yang bisa dijadikannya sebagai patokan untuk menulis kembali. Walaupun dapat diketahui bahwa tidak semua hal yang bisa dijadikan pedoman diri sendiri cocok untuk orang lain.
  5. Terus mengaplikasikan teori-teori yang pas untuk diri sendiri dari waktu ke waktu agar keterampilan menulis semakin meningkat.

Teori dan praktik sebenarnya memiliki tingkat kepentingan yang sama dalam konteks menulis buku untuk diterbitkan penerbit buku. Hanya saja penulis perlu memperkirakan saat-saat yang tepat untuk praktik kemudian mempelajari teori penulisan. Ia juga perlu menyeimbangkan keduanya agar tulisan yang ia hasilkan menjadi karya yang layak dibaca, dipublikasikan, serta bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu, ia akan merasakan manfaat dari proses menulis buku hingga membawa karyanya ke tahap publikasi.

Demikian artikel tentang Cara Membuat Buku Sendiri: Dari Teori atau Praktik? Semoga bermafaat.

 [Wiwik Fitri Wulandari]

 

Referensi:

  1. http://caramenulisbuku.com/teori-menulis/teori-menulis-pemula.htm
  2. http://dokumen.tips/documents/273-cara-jitu-menyelaraskan-antara-teori-dan-praktik-menulis.html

 

Artikel Penulisan Buku Pendidikan