Kalimat Majemuk, Struktur, Ciri, Jenis, dan Contoh

kalimat majemuk

Salah satu cara dalam menyampaikan informasi yang kompleks atau detail adalah dengan menggunakan kalimat majemuk. Kalimat jenis ini diketahui memiliki struktur yang lebih panjang dibanding kalimat pada umumnya. 

Meskipun begitu, dengan penyusunan yang tepat sesuai kaidah yang benar, membuat kalimat panjang tersebut tetap menjadi kalimat efektif. Mengapa demikian? Karena salah satu risiko menyusun kalimat panjang adalah menjadi tidak efektif. 

Solusinya adalah dengan menjadikan kalimat tersebut menjadi kalimat jenis majemuk. Sehingga, secara struktur lebih panjang untuk menjelaskan informasi lebih rinci, tetapi kalimat tetap efektif dan bisa dipahami. Lalu, apa itu kalimat jenis majemuk? Berikut informasinya. 

Apa Itu Kalimat Majemuk?

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di jurnal Translation and Linguistics (Transling), kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa utama atau lebih dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat lepas. 

Secara sintaksis, kalimat jenis ini dipahami sebagai suatu kalimat yang terdiri dari dua kalimat atau dua klausa. Secara umum ada dua kalimat yang digabung menjadi satu. Kalimat hasil gabungan inilah yang disebut kalimat jenis majemuk. 

Adanya gabungan dua kalimat, praktis membuat kalimat jenis ini punya struktur lebih panjang. Kemudian, secara umum dua kalimat di dalamnya dihubungkan dengan kata hubung atau konjungsi sehingga ada hubungan jelas antara dua kalimat tersebut. 

Karakteristik ini lantas membuat kalimat majemuk mendukung penjelasan yang lebih kompleks dan detail. Artinya, kalimat ini cocok disusun untuk menjelaskan suatu topik atau ide pokok yang cenderung kompleks. 

Selain itu, kalimat ini juga cocok digunakan pada saat ingin menjelaskan ide pokok tersebut secara lebih detail sehingga tidak perlu dipecah menjadi dua kalimat, melainkan dijadikan satu kalimat yang lebih ringkas dan lebih efektif mencegah kesalahpahaman pembaca. 

Kalimat jenis majemuk kemudian sering digunakan dalam keseharian. Baik ketika berkomunikasi secara lisan, berkomunikasi lewat tulisan, maupun ketika menyusun karya tulis. Baik itu karya tulis ilmiah maupun non-ilmiah. 

Struktur dari Kalimat Majemuk 

Sesuai dengan definisinya, maka struktur dari kalimat majemuk terdiri dari dua kalimat. Dimana kalimat pertama yang membuka kalimat jenis ini disebut kalimat utama. Sementara kalimat kedua, disebut sebagai kalimat tambahan. Berikut penjelasannya: 

1. Klausa Utama 

Klausa utama di dalam kalimat jenis majemuk adalah kalimat utama atau inti yang bisa berdiri sendiri. Sehingga, kalimat ini sudah menjadi kalimat efektif dan memiliki unsur lengkap untuk disebut kalimat. 

Inilah alasan kenapa kalimat atau klausa utama bisa berdiri sendiri meskipun tidak ada klausa tambahan. Dalam kalimat jenis majemuk, klausa utama akan menjelaskan ide pokok sehingga bisa menjadi satu kalimat tunggal. 

2. Klausa Tambahan 

Klausa tambahan adalah kalimat atau klausa yang tidak dapat berdiri sendiri dan berfungsi untuk memberi keterangan atau penjelasan tambahan pada klausa utama. Secara struktur, unsur di dalam kalimat ini tidak lengkap sehingga tidak bisa berdiri sendiri. 

Jika dari aspek makna, di dalam kalimat jenis majemuk, makna dari klausa tambahan ditentukan oleh klausa utama. Sementara jika berdiri sendiri, kalimat menjadi tidak memiliki makna. 

Jika dilihat dari isi, klausa utama akan berisi ide pokok kalimat. Sementara klausa tambahan akan berisi keterangan tambahan yang memberi informasi tambahan pada klausa utama. 

Jika masih bingung mengenai klausa utama dan klausa tambahan di dalam kalimat jenis majemuk. Berikut penjelasan dalam contoh: 

“Saya tidak pergi ke sekolah karena saya sedang demam.”

Pada kalimat tersebut klausa utama adalah “Saya tidak pergi ke sekolah”. Sementara klausa tambahan adalah “karena saya sedang demam”. Jika klausa tambahan berdiri sendiri, maka makna tidak jelas sebab kalimat diawali dengan konjungsi “karena”. 

Jadi, klausa utama dari kalimat tersebut menjelaskan ide pokok yang memutuskan tidak pergi ke sekolah. Sementara klausa tambahan, memberi keterangan yang menjelaskan alasan keputusan tersebut, yakni karena subjek kalimat sedang demam (sakit). 

Sebagai catatan tambahan, secara umum keberadaan klausa tambahan yang tidak bisa berdiri sendiri ada pada kalimat majemuk bertingkat. Sementara pada kalimat majemuk setara, kedua klausa yang menyusunya bisa berdiri sendiri. 

Jenis Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk kemudian terbagi menjadi setidaknya 3 jenis, yang dilihat dari perbedaan kedudukan antara klausa utama dan klausa tambahan di dalamnya. Berikut penjelasan detailnya: 

1. Kalimat Majemuk Setara 

Jenis yang pertama adalah kalimat majemuk setara. Sesuai dengan namanya, pada jenis ini dua klausa yang menyusun kalimat memiliki kedudukan yang setara, yakni sama tingginya, sama menguntungkannya, atau sama-sama bisa berdiri sendiri.  

Ciri khas dari kalimat jenis ini adalah menggunakan kata hubung atau konjungsi koordinatif. Misalnya konjungsi dan, atau, sedangkan, dan tetapi. Jadi, jika menjumpai kalimat dengan dua klausa yang dihubungkan dengan konjungsi ini. Maka merupakan kalimat majemuk setara. 

Ciri khas lainnya, dua klausa yang menyusun kalimat bisa berdiri sendiri. Sebab memiliki struktur dengan unsur yang lengkap. Misalnya ada subjek, predikat, dan bahkan keterangan. Berikut contohnya: 

  • Saya membaca buku dan adik makan siang.
  • Kamu bisa belajar di rumah atau kamu bisa pergi ke perpustakaan.
  • Dia ingin pergi liburan, tetapi cuacanya sangat buruk.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat 

Jenis yang kedua adalah kalimat majemuk bertingkat, yaitu jenis kalimat majemuk yang dua klausa di dalamnya memiliki kedudukan yang berbeda atau bertingkat. Dimana salah satu klausa disebut klausa utama, sedangkan lainnya klausa tambahan. 

Klausa tambahan yang menyusun kalimat tidak bisa berdiri sendiri. Sebab memiliki unsur yang tidak lengkap, sehingga tidak menjadi kalimat efektif yang memiliki makna. Pada saat disatukan dengan klausa utama, barulah klausa tambahan punya makna. Dimana makna ini sangat dipengaruhi oleh makna dari klausa utama. 

Ciri khas lain dari kalimat jenis ini adalah penggunaan konjungsi subordinatif. Seperti konjungsi meskipun, walaupun, supaya, agar, karena, sehingga, sebab, maka, ketika, apabila, bahwa, dan lain sebagainya. Berikut contohnya dalam kalimat: 

  • Ibu tetap memasak meskipun tubuhnya lelah
    Ibu tetap memasak (klausa utama)
    meskipun tubuhnya lelah (klausa tambahan)
  • Saya tetap belajar meskipun saya lelah
    Saya tetap belajar (klausa utama)
    meskipun saya lelah (klausa tambahan)
  • Dia belajar keras agar bisa lulus ujian
    Dia belajar keras (klausa utama)
    agar bisa lulus ujian (klausa tambahan)

3. Kalimat Majemuk Campuran 

Jenis yang ketiga atau yang terakhir adalah kalimat majemuk campuran, yakni kalimat jenis majemuk yang mengkombinasikan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. 

Ciri khas yang utama dari kalimat jenis ini adalah terdiri dari tiga klausa, sehingga ada lebih dari dua klausa. Salah satu klausa bisa majemuk setara dan bisa juga majemuk bertingkat dalam satu kalimat. 

Secara umum, kalimat jenis ini memiliki struktur lebih kompleks karena terdiri dari setidaknya tiga klausa. Akan ada dua konjungsi yang menghubungkan tiga klausa tersebut. Berikut penjelasan dalam bentuk contoh: 

  • Saya tetap belajar, meskipun saya lelah, dan teman saya membantu saya mengerjakan tugas.
    Saya tetap belajar (klausa utama)
    meskipun saya lelah (klausa tambahan)
    teman saya membantu saya mengerjakan tugas (klausa majemuk setara)
  • Dia belajar keras agar lulus ujian, tetapi temannya malah bermain sepanjang hari.
    Dia belajar keras (klausa utama) 
    agar lulus ujian (klausa tambahan) 
    tetapi temannya malah bermain sepanjang hari (klausa majemuk setara). 
  • Saya tetap pergi ke kantor meskipun hujan deras, dan saya menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu.
    Saya tetap pergi ke kantor (klausa utama) 
    meskipun hujan deras (klausa tambahan)
    dan saya menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu (klausa majemuk setara). 

Ciri-Ciri

Kalimat majemuk tentu memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya berbeda dengan kalimat jenis lainnya. Lalu, apa saja ciri khas tersebut? Berikut adalah detail ciri-ciri umum dari kalimat jenis majemuk: 

1. Kalimat Inti Mengalami Perluasan 

Ciri yang pertama dari kalimat jenis majemuk adalah kalimat inti yang mengandung ide pokok mengalami perluasan. Dimana ada penambahan klausul tambahan seperti enjelasan sebelumnya. 

Perluasan ini yang membuat kalimat terdiri dari dua klausa bahkan lebih pada jenis majemuk campuran. Perluasan ini dilakukan ketika penyusun kalimat ingin menjelaskan ide pokok yang kompleks atau ingin memberi penjelasan lebih detail. 

2. Perluasan Kalimat Menghasilkan Pola Baru 

Ciri kedua adalah dampak dari ciri yang dijelaskan di poin sebelumnya, yakni kalimat menghasilkan pola baru. Artinya, kalimat atau klausa secara umum memiliki pola Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan. Dimana minimal ada Subjek dan Predikat (pola S-P). 

Namun, karena kalimat diperluas dengan penambahan klausa baru. Maka pola dari kalimat ikut berkembang. Pola yang terbentuk menyesuaikan dengan pola kalimat di klausa tambahan tersebut. 

3. Memiliki Lebih dari Satu Subjek atau Predikat 

Ciri khas yang ketiga, kalimat akan memiliki lebih dari satu subjek. Pada beberapa kondisi dan situasi, kalimat bisa memiliki lebih dari satu predikat. Hal ini tergantung dari kebutuhan penyusun kalimat tersebut. Perlu menambahkan subjek baru atau predikat baru di klausa tambahan. 

Jadi, ciri khas ini sekaligus merupakan dampak dari perluasan kalimat. Selain mengubah pola kalimat menjadi lebih panjang dan kompleks. Sekaligus menambah jumlah subjek atau predikat dari kalimat akhir yang terbentuk. 

4. Dihubungkan oleh Konjungsi 

Ciri khas yang keempat dari kalimat majemuk adalah dua klausa atau lebih di dalam kalimat dihubungkan oleh konjungsi (kata hubung). Jadi, sekalipun ada dua klausa tidak latas ditulis langsung apa adanya. 

Melainkan perlu ditambahkan konjungsi agar pembaca tidak bingung memahami hubungan dua klausa tersebut. Konjungsi juga membantu menyusun kalimat menjelaskan hubungan antara dua klausa atau lebih yang dibuat. Sehingga kalimat memiliki makna meski struktur lebih panjang dan mudah atau bisa dipahami. 

5. Mengandung lebih dari Satu Ide atau Informasi 

Ciri yang kelima dari kalimat jenis majemuk adalah mengandung lebih dari satu ide atau lebih dari satu informasi. Secara ide, kalimat jenis ini pada dasarnya tetap memiliki satu ide pokok. 

Hanya saja, di dalam majemuk setara, dimana dua klausa yang menyusunnya bisa dipecah dan setiap klausa bisa berdiri sendiri. Maka pada jenis ini, satu kalimat bisa mengandung dua ide pokok. 

Selain itu, pada jenis majemuk bertingkat dan campuran, bisa mengandung lebih dari dua informasi. Dimana klausa utama akan menyampaikan informasi pertama, sedangkan klausa berikutnya menyampaikan informasi kedua atau ketiga. 

6. Tidak Semua Klausa Penyusun Bisa Berdiri Sendiri 

Ciri yang keenam dan bisa dikatakan yang terakhir adalah berkaitan dengan sifat klausa yang menyusun kalimat. Sesuai penjelasan sebelumnya, pada beberapa jenis kalimat bisa memunculkan klausa yang berdiri sendiri. Namun, ada juga yang sebaliknya. 

Maka artinya, sekalipun ada dua klausa atau lebih tidak semua klausa tersebut punya makna ketika berdiri sendiri. Khususnya pada majemuk bertingkat dan majemuk campuran. 

Sebab, klausa tambahan di dalam dua jenis kalimat tersebut tidak memiliki makna. Dimana makna ditentukan oleh klausa pertama yang mengandung ide pokok. Alhasil, klausa tersebut tidak bisa berdiri sendiri. Namun, pada majemuk setara terjadi kebalikannya. Setiap klausa bisa berdiri sendiri. 

Konjungsi Kalimat Majemuk

Sesuai penjelasan pada poin ciri-ciri dari kalimat majemuk, dimana salah satunya adalah ada konjungsi di dalam kalimat. Fungsi konjungsi ini tentu saja untuk menghubungkan dua klausa atau lebih di dalam kalimat tersebut sehingga makna lebih jelas. 

Lalu, konjungsi jenis apa yang digunakan? Jenis dari konjungsi sangat beragam dan tidak semua diterapkan dalam penyusunan kalimat jenis majemuk. Sesuai penjelasan di awal, terdapat dua jenis konjungsi yang paling umum digunakan. 

Yakni konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Berikut penjelasannya dan digunakan di majemuk jenis apa: 

1. Konjungsi Koordinatif 

Konjungsi koordinatif secara sederhana adalah kata hubung yang membantu menghubungkan dua klausa yang memiliki tingkatan setara. Setara yang dimaksud disini bisa dipahami sebagai klausa yang sama-sama bisa berdiri sendiri. 

Sebab setiap klausa memiliki pola lengkap untuk disebut kalimat efektif dan memiliki makna yang jelas. Dalam kalimat jenis majemuk, kata hubung jenis ini diterapkan pada majemuk setara dan pada majemuk campuran. 

Kelompok kata hubung koordinatif mencakup kata dan, atau, tetapi, lalu, melainkan, dan lain sebagainya. Jadi, ketika menyusun kalimat jenis majemuk yang setiap klausa bisa berdiri sendiri maka memakai kata hubung ini. 

2. Konjungsi Subordinatif 

Konjungsi subordinatif secara sederhana adalah kata hubung yang membantu menghubungkan dua klausa yang bertingkat atau tidak setara sehingga dua klausa di dalam kalimat tidak bisa berdiri sendiri, kecuali pada klausa utama. 

Kata hubung jenis ini diterapkan pada majemuk bertingkat dan juga majemuk campuran. Kelompok kata hubungnya mencakup kata karena, meskipun, agar, supaya, walaupun, jika, sejak, dan lain sebagainya. 

Contoh Kalimat Majemuk

Berikut adalah beberapa contoh kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun bertingkat dan campuran: 

Contoh Kalimat Majemuk Setara 

  • Ayah membaca koran dan ibu memasak di dapur.
  • Saya ingin pergi ke taman, tetapi hujan turun sangat deras.
  • Dia bisa memilih jurusan teknik atau jurusan ekonomi.
  • Kami sudah tiba di sekolah lalu bel masuk berbunyi.

Contoh Kalimat Majemuk Bertingkat 

  • Aku tidak datang ke sekolah karena sedang sakit.
  • Ibu tetap jualan donat meskipun hujan deras.
  • Kami belajar dengan giat agar lulus ujian.
  • Jika kamu datang lebih awal, kita bisa duduk di barisan depan.

Contoh Kalimat Majemuk Campuran 

  • Saya tetap berangkat ke kantor meskipun hujan deras, dan istri saya mengantar sampai halte.
  • Rina belajar keras agar bisa juara kelas, tetapi ia masih merasa kurang percaya diri.
  • Kami akan pergi ke pantai jika cuaca cerah, lalu kami mampir ke rumah nenek.
  • Anak-anak bermain di halaman meskipun hari mulai gelap, dan ibu terus mengawasi mereka dari jendela.

Informasi terkait kalimat:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan