Kalimat Sumbang dan Cara Menemukannya dalam Paragraf

kalimat sumbang

Pada saat membaca sebuah karya tulis, pernahkah menjumpai kalimat sumbang atau kalimat yang tidak selaras? Dalam kegiatan menulis, ada kalanya penulis menyusun kalimat yang tidak selaras dengan kalimat sebelum atau sesudahnya. 

Kalimat seperti ini akan membuatnya terasa janggal karena tidak ada hubungan dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Kalimat ini lantas menjadi kesalahan dalam proses menulis, yang tentu perlu dihindari. 

Kalimat menjadi sumbang tentu terjadi karena ketidaksengajaan. Sebab, mana mungkin seorang penulis sengaja menyusun kalimat yang keluar dari topik yang dibahas? Namun, kadang kala kesalahan ini terjadi dan perlu dihindari. Berikut informasinya. 

Apa Itu Kalimat Sumbang?

Dikutip melalui Ayo Berbahasa, kalimat sumbang adalah kalimat yang tidak ada hubungannya dengan topik dari suatu tulisan atau paragraf. Secara sederhana, kalimat disebut sumbang ketika tidak padu atau tidak selaras dengan kalimat lainnya. 

Kalimat disebut sumbang ketika tidak padu dengan kalimat sebelumnya. Sehingga secara umum kalimat seperti ini ada di kalimat kedua, ketiga, atau pada kalimat penutup. Namun, bisa juga di awal paragraf karena kalimat berikutnya tidak padu lagi.  

Secara umum, keberadaan kalimat yang sumbang adalah faktor ketidaksengajaan. Misalnya karena seorang penulis tidak fokus. Sehingga ada kesalahan dalam menentukan penempatan kalimat. Kemudian menjadi tidak padu atau sumbang. 

Namun, pada beberapa kondisi dan situasi justru terjadi sebaliknya. Artinya, kalimat sumbang sengaja disusun oleh seorang penulis atau bahkan pembicara (dalam pidato atau lainnya). Tentunya dengan tujuan yang jelas kenapa sengaja dilakukan. 

Contohnya, ketika seorang penulis menyusun latihan soal mengenai kalimat efektif maupun kalimat yang sumbang. Biasanya akan sengaja menyusun paragraf dengan satu atau dua kalimat yang dibuat sumbang untuk menguji pemahaman siswa atau mahasiswa. 

Hanya saja, ketika menyusun tulisan yang baik dan benar keberadaan kalimat yangs umbang wajib dihindari. Sebab, ketidakpaduan kalimat dalam satu paragraf aka menurunkan keterbacaan tulisan tersebut. Sehingga mempengaruhi kenyamanan pembaca dan berdampak negatif bagi citra atau reputasi penulis. 

Ciri-Ciri

Mengetahui ada tidaknya kalimat sumbang bisa diawali dengan membaca ulang tulisan yang disusun. Kemudian melakukan koreksi mandiri jika memang ada. Inilah alasan kenapa editing mandiri dari penulis sangat penting untuk dilakukan. 

Lebih memudahkan lagi dalam memahami kalimat ada yang sumbang atau tidak. Anda bisa memahami ciri khas dari kalimat yang sumbang tersebut, diantaranya:

1. Tidak Selaras dengan Kalimat Sebelum dan Sesudahnya 

Ciri khas yang pertama dari kalimat yang cenderung sumbang adalah tidak selaras atau tidak padu dengan kalimat lain di suatu paragraf. Baik itu dengan kalimat sebelumnya, maupun kalimat setelahnya. 

Dalam kondisi normal, suatu paragraf akan tersusun beberapa kalimat yang saling selaras atau terpadu. Secara sederhana, semua kalimat memiliki hubungan dan saling melengkapi. 

Namun, ketika ada kalimat yang sumbang maka hal tersebut tidak terjadi. Alhasil, akan ada kalimat yang dirasa melenceng dari pembahasan inti di suatu paragraf. Kalimat yang tidak selaras inilah yang disebut kalimat sumbang. 

2. Tidak Mendukung Gagasan Utama Paragraf 

Setiap paragraf idealnya memiliki satu gagasan utama. Gagasan ini yang menjadi dasar bagi penulis untuk menyusun kalimat berikutnya sehingga padu dan fokus pada topik utama dan memberi penjelasan detail. 

Sayangnya karena satu dan lain hal, kalimat yang disusun tidak lagi mendukung gagasan utama tersebut. Kalimat inilah yang masuk kategori sumbang. Sebab salah satu ciri dari kalimat yang sumbang adalah tidak mendukung gagasan utama paragraf. 

Jadi, ketika mendapati kalimat yang tidak sejalan dengan gagasan utama atau bisa disebut sudah melenceng. Maka artinya kalimat tersebut adalah kalimat yang sumbang dan tidak padu dibanding kalimat lain. 

3. Keluar dari Topik Pembahasan 

Dalam suatu paragraf, penulis perlu menentukan topik utama. Topik ini mempengaruhi gagasan utama di setiap paragraf agar saling terkait dan selaras. Namun, ketika ada kalimat yang sumbang maka kalimat tersebut keluar dari topik yang dibahas. 

Kalimat yang disusun idealnya fokus membahas satu topik. Jika sudah keluar dari topik, maka menjadi sumbang dan tidak relevan. Jadi, ciri khas yang ketiga dari kalimat yang sumbang adalah keluar dari topik pembahasan. 

Misalnya, topik yang dipilih dalam mengembangkan karya tulis adalah tentang Artificial Intelligence (AI). Namun, di suatu paragraf ada kalimat yang tidak lagi membahas AI. Kalimat inilah yang disebut kalimat yang sumbang. 

4. Informasi Tidak Relevan atau Keluar dari Konteks 

Ciri yang keempat adalah kalimat tersebut tidak relevan dan keluar dari konteks. Setiap karya tulis tentunya mengusung satu topik dan mempengaruhi gagasan utama setiap paragraf yang menyusunnya. 

Setiap paragraf akan fokus pada satu konteks sesuai dengan topik yang dibahas. Misalnya topik tentang AI dan konteksnya ketika AI diterapkan di proses pembelajaran di jenjang pendidikan tinggi. 

Jika kalimat yang disusun ada yang keluar dari penerapan AI di pembelajaran pendidikan tinggi. Maka kalimat ini sudah keluar dari konteks dan kemudian menjadi kalimat yang bisa disebut sumbang. 

5. Jika Dihapus, Paragraf Justru Lebih Enak Dibaca dan Dipahami 

Ciri kelima dari kalimat yang sumbang adalah aman untuk dihapus. Artinya, ketika ada kalimat yang tidak relevan dan kemudian dihapus. Maka justru berdampak baik, yani menjadikan paragraf lebih enak dibaca dan mudah dipahami. 

Sebaliknya, jika suatu kalimat masih relevan dengan topik dan gagasan utama paragraf. Kemudian dihapus secara sengaja, paragraf terasa dan terkesan menjadi kurang utuh dan penjelasan tidak maksimal. 

Jadi, jika mendapati kalimat yang melenceng sendiri dan ketika dihapus justru meningkatkan keterbacaan tulisan yang dibuat. Maka kalimat tersebut adalah kalimat yang sumbang dan sepantasnya dihapus. 

Alasan Penulis Wajib Menghapus Kalimat Sumbang dalam Tulisan

Kalimat sumbang memang bisa saja sengaja disusun oleh seorang penulis. Seperti contoh sebelumnya, misalnya ketika menyusun latihan soal atau membuat kalimat iklan. Adanya kalimat yang sumbang bisa menggugah minat baca dan  efek persuasi lebih optimal. 

Namun, ketika menyusun karya tulis yang tidak untuk dua tujuan tersebut. Maka idealnya kalimat yang sumbang perlu dihapus. Alasannya banyak, berikut beberapa diantaranya: 

1. Keterbacaan Tulisan Rendah 

Keberadaan kalimat yang sumbang bisa menurunkan kualitas karya tulis sebab bisa membuat keterbacaan tulisan tersebut menurun atau rendah. Karya tulis memiliki tingkat keterbacaan tinggi jika enak dibaca dan mudah dipahami. 

Pembaca tidak perlu mengeluarkan energi lebih untuk memahami penjelasan di dalam tulisan tersebut. Sayangnya, keberadaan kalimat yang sumbang justru memberi efek sebaliknya. 

Dimana penulis merasa gagal memahami pesan dari penulis. Kemudian pembaca bisa kehilangan fokus karena kalimat yang tidak relevan dengan topik maupun gagasan utama. Keterbacaannya menjadi lebih rendah dari seharusnya. 

2. Resiko Kehilangan Pembaca 

Tingkat keterbacaan yang rendah akan membuat minat baca menurun sehingga keberadaan kalimat jenis ini bisa membuat penulis kehilangan pembaca. Hal ini tentu menjadi mimpi buruk. 

Sebab secara umum, penulis menghendaki karyanya dibaca banyak orang dan mampu memberi manfaat. Namun, ketika ada beberapa kalimat yang sumbang maka pembaca kehilangan minat. 

Bisa karena dianggap tulisan yang dibaca tidak enak untuk dibaca, susah dipahami, butuh energi lebih untuk memahami maksud dari kalimat di dalamnya, dan sebagainya. Sehingga pembaca bisa meninggalkan tulisan tersebut dan beralih ke tulisan lain dengan topik serupa. 

3. Terjadi Resiko Kesalahpahaman 

Jika terdapat kalimat yang sumbang, maka ada resiko pembaca salah dalam memahami makna atau pesan suatu tulisan. Kesalahpahaman ini tentu bisa berdampak lebih buruk. 

Terutama dalam karya tulis ilmiah, teori dan pembahasan hasil penelitian yang dipaparkan bisa saja salah dipahami. Ketika penelitian dilanjutkan atau hasil penelitian diterapkan. Maka tentu ada kesalahan dan tidak sesuai harapan. 

Oleh sebab itu, penulisan kalimat yang sumbang perlu dihindari. Khususnya pada karya tulis ilmiah. Bahkan pada karya tulis nonilmiah seperti novel, cerpen, dan sebagainya. Kalimat yang sumbang juga perlu dihindari untuk mencegah kesalahpahaman pembaca. 

4. Hilangnya Kredibilitas Penulis 

Meski sekilas terkesan sepele, satu atau segelintir kalimat yang sumbang bisa merusak kredibilitas penulis sebab penulis yang profesional tentunya akan memastikan karyanya punya kualitas baik. 

Dimana dilakukan editing mandiri dan diterbitkan ke penerbit kredibel dengan standar tinggi juga. Sehingga dalam proses penulisan dan penerbitan, dijamin bebas kesalahan. Termasuk dari keberadaan kalimat yang sumbang. 

Jika sampai lolos, dan bahkan lebih dari satu kalimat, ada penilaian negatif dari pembaca. Salah satunya, penulis kurang profesional, keterampilan menulisnya masih minim, dan diterbitkan asal-asalan bukan ke penerbit kredibel. 

5. Menghambat Pengambilan Keputusan 

Alasan berikutnya kenapa kalimat yang sumbang perlu dihapus dari karya tulis adalah karena bisa menghambat pengambilan keputusan. Hal ini berlaku untuk karya tulis ilmiah, khususnya yang memaparkan data-data penting. 

Jika ada kalimat yang sumbang, maka pemahaman pada data menjadi lebih sulit. Butuh waktu lebih dan rentan ada mispersepsi sehingga mengganggu dan bahkan bisa menggagalkan pengambilan keputusan berbasis data tersebut. 

Oleh sebab itu, kalimat yang sumbang menjadi sesuatu yang perlu dihindari. Jika ada karena tidak sengaja, maka sudah sepatutnya segera dihapus. Sehingga, pembaca memahami data dengan mudah dan bisa segera merumuskan keputusan yang paling tepat. 

Cara Menemukan Kalimat Sumbang dalam Tulisan

Kalimat sumbang tentu tidak muncul begitu saja untuk dihapus oleh penulis. Melainkan perlu dicari, ditemukan, dan kemudian dikoreksi atau bahkan dihapus. Lalu, bagaimana cara menemukan kalimat yang sumbang? Berikut langkah-langkahnya: 

1. Membaca Keseluruhan Paragraf 

Langkah yang pertama untuk menemukan kalimat yang sumbang adalah membaca keseluruhan paragraf. Kalimat yang sumbang bisa ditemukan ketika proses membaca ulang. Dimana masuk dalam proses editing mandiri. 

Ketika membaca ulang, penulis bisa dengan mudah memahami ada tidaknya kalimat yang tidak seharusnya ada. Kemudian kesalahan lain. Jadi, silahkan mulai dibaca ulang dan dilakukan per paragraf. Sebab kalimat yang sumbang tentu kemungkinan akan ada di masing-masing paragraf. 

2. Menganalisis Kalimat yang Tidak Padu 

Langkah kedua, dalam proses membaca ulang tentunya akan menyadari keberadaan kalimat-kalimat yang memenuhi ciri kalimat sumbang. Ciri-cirinya adalah sesuai penjelasan sebelumnya. 

Misalnya menemukan kalimat yang tidak membahas gagasan utama paragraf. Contoh lain, kalimat tidak padu atau selaras dengan kalimat sebelum dan sesudahnya. Jika ditemukan, bisa ditandai dulu atau langsung ke langkah ketiga. 

3. Mengoreksi atau Menghapus Kalimat 

Langkah yang ketiga adalah menentukan kalimat yang sumbang harus diapakan. Terdapat dua pilihan solusi, pertama kalimat tersebut dikoreksi. Langkah ini bisa diambil jika penyebab sumbang ada pada satu atau dua kosakata dalam kalimat. 

Bisa jadi ketika disusun, penulis kehilangan fokus. Sebab lain, penulis tidak menyadari apa yang ada di pikiran dan yang tertuang dalam tulisan. Sehingga ada kesalahan penentuan kosakata yang masuk ke kalimat. 

Opsi yang kedua adalah menghapus kalimat yang sumbang tersebut. Cara ini bisa dipilih jika dirasa kalimat tidak memungkinkan untuk diperbaiki. Sekaligus ketika merasa penjelasan di kalimat lainnya sudah cukup. Sehingga aman untuk dihapus tanpa berdampak pada kualitas tulisan dan keterbacaannya. 

Contoh Kalimat Penjelas yang Sumbang

Berikut beberapa contoh paragraf yang mengandung kalimat sumbang dan penjelasan mengenai alasannya: 

Topik: Teknologi Digital Memudahkan Komunikasi 

Teknologi digital mempermudah komunikasi antar individu, terutama di era globalisasi. Aplikasi pesan instan memungkinkan orang saling bertukar informasi dalam hitungan detik, bahkan lintas negara. Di sisi lain, banyak remaja kini lebih memilih menonton video hiburan ketimbang membaca buku. Hal ini menunjukkan bahwa peran teknologi sangat besar dalam membentuk pola komunikasi dan interaksi masyarakat modern.

Kalimat sumbang:

Di sisi lain, banyak remaja kini lebih memilih menonton video hiburan ketimbang membaca buku. (tidak membahas teknologi untuk komunikasi). 

Topik: Pola Makan Sehat

Pola makan yang sehat sangat penting untuk menjaga keseimbangan nutrisi dalam tubuh. Konsumsi buah, sayur, dan sumber protein berkualitas harus menjadi bagian dari kebiasaan harian. Makanan cepat saji kini tersedia dalam berbagai varian rasa yang menarik dan terjangkau. Dengan pola makan yang baik, sistem metabolisme tubuh akan lebih optimal.

Kalimat sumbang:

Makanan cepat saji kini tersedia dalam berbagai varian rasa yang menarik dan terjangkau. (membahas makanan, tapi ke makanan cepat saji bukan pada pola makan sehat). 

Topik: Dampak Negatif Polusi Udara

Polusi udara dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari iritasi saluran pernapasan hingga penyakit kronis. Asap kendaraan bermotor dan industri adalah dua penyumbang utama polusi di kota besar. Pemerintah juga sedang berupaya membangun jalan tol baru untuk memperlancar arus lalu lintas. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi jangka panjang untuk mengurangi tingkat polusi di perkotaan.

Kalimat sumbang:

Pemerintah juga sedang berupaya membangun jalan tol baru untuk memperlancar arus lalu lintas. (tidak membahas dampak atau solusi terhadap polusi udara). 

Topik: Pentingnya Literasi Digital 

Literasi digital membantu masyarakat menggunakan teknologi informasi secara bijak. Pemahaman yang baik akan keamanan data dan etika bermedia sosial sangat diperlukan. Anak-anak zaman sekarang sangat fasih memainkan game online dalam waktu singkat. Oleh karena itu, pendidikan tentang literasi digital perlu diberikan sejak dini.

Kalimat sumbang:

Anak-anak zaman sekarang sangat fasih memainkan game online dalam waktu singkat. (tidak menyinggung soal literasi digital atau penggunaannya secara bijak). 

Melalui penjelasan di atas, tentunya menjadi lebih mudah memahami apa itu kalimat yang sumbang. Sekaligus arti penting untuk mengatasinya agar kualitas tulisan bisa maksimal. Hal ini bisa menghindari dampak negatif dari kalimat yang sumbang tersebut. 

Jadi, jangan malas untuk membaca ulang dan memeriksa ada tidaknya kalimat yang sumbang. Semakin cepat diketahui dan dikoreksi, semakin baik.

Informasi terkait kalimat:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan