Skala Guttman: Rumus, Contoh dan Cara Menghitung

skala guttman

Pada saat melaksanakan penelitian yang mengukur sikap individu maupun sikap kelompok, banyak peneliti yang menggunakan skala Guttman. Sesuai namanya, Guttman termasuk salah satu jenis skala pengukuran dalam kegiatan penelitian. 

Khususnya pada penelitian di bidang administrasi, pendidikan, dan ilmu sosial yang umumnya meneliti sikap individu atau kelompok. Sebelum menerapkannya, Anda tentu perlu memahami skala pengukuran ini dengan baik. Berikut informasinya. 

Skala Guttman

Dikutip melalui SPADA Universitas Sebelas Maret, skala Guttman adalah suatu skala pengukuran yang menyediakan dua jenis jawaban secara tegas yaitu baik atau tidak baik, senang atau tidak senang. 

Dikutip melalui buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, karya Sugiyono (2013), skala pengukuran dijelaskan merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur. Alat ukur tersebut saat digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif.

Secara sederhana, skala pengukuran dipahami sebagai suatu teknik yang membantu menghasilkan data kuantitatif (data berupa angka) dan sudah menjadi acuan dasar atau aturan umum. Skala pengukuran umum digunakan dalam kegiatan penelitian. 

Skala Guttman ditemukan, dikembangkan, dan diperkenalkan oleh Louis Guttman. Guttman merupakan ahli sosiologi (sosiolog) asal Amerika Serikat. Skala pengukuran yang ditemukan Guttman ini didasarkan pada penelitiannya tentang analisis skala. Hasil penelitian tersebut, lantas menjadi salah satu skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian. 

Skala jenis ini sering digunakan dalam instrumen penelitian berbentuk kuesioner sehingga pertanyaan di dalamnya menyediakan jawaban hanya 2 pilihan, positif dan negatif. Misalnya “benar” dan “tidak benar”, lalu “salah” dan “tidak salah” dan sejenisnya. 

Jika Anda menjumpai kuesioner dengan sejumlah pertanyaan dan jawaban yang disediakan hanya 2 pilihan. Positif dan jawaban negatif. Artinya kuesioner tersebut disusun dengan skala yang dikembangkan Louis Guttman. Baik ketika soal berbentuk pilihan ganda maupun checklist. 

Rumus Skala Guttman

Data penelitian yang sifatnya bukan angka, bisa diubah menjadi angka menggunakan skala pengukuran, termasuk skala guttman. Dalam proses mengubah data bukan angka menjadi angka, ada rumus yang digunakan oleh para peneliti. 

Dikutip melalui salah satu artikel ilmiah yang terbit di Jurnal Jendela Pendidikan, rumus perhitungan dalam skala pengukuran Guttman adalah sebagai berikut: 

𝑃 = 𝑓 / 𝑁 × 100%

Keterangan: 
𝑃 = persentase respon siswa 
𝑓 = jumlah skor hasil pengumpulan data 
𝑁 = skor maksimal

Melalui rumus tersebut, Anda akan mendapatkan data dalam bentuk persentase (%). Berhubung dalam skala pengukuran Guttman hanya ada 2 pilihan, pilihan positif biasanya dianggap memiliki nilai 1 poin. Sementara jawaban negatif adalah 0 poin. 

Dalam proses perhitungan, jawaban negatif diabaikan. Nilai f pada rumus di atas adalah perhitungan jawaban positif. Kemudian, peneliti akan fokus menghitung data dari jawaban positif dan dijadikan bentuk persentase, yakni menggunakan rumus di atas. 

Kenapa Menggunakan Skala Guttman?

Selain skala Guttman, dalam penelitian administrasi maupun ilmu sosial dan pendidikan juga bisa memakai skala pengukuran lain. Misalnya menggunakan skala Likert, Rating Scale, maupun Semantic Differential. 

Lalu, kenapa peneliti harus menggunakan skala pengukuran Guttman? Ada beberapa kondisi yang menjadi alasan skala pengukuran satu ini diutamakan. Berikut penjelasannya: 

1. Peneliti Membutuhkan Data atau Jawaban Tegas Terkait Suatu Isu 

Alasan pertama kenapa skala pengukuran Guttman dipilih adalah ketika peneliti butuh jawaban tegas terkait isu. Bisa juga dipahami, ketika peneliti membutuhkan data yang tegas. 

Skala pengukuran Guttman ideal digunakan, karena pertanyaan di kuesioner berisi 2 pilihan jawaban tegas, yakni positif dan negatif. Berbeda dengan skala pengukuran lain, misalnya skala Likert yang biasanya terdiri dari 4 sampai 5 pilihan jawaban. 

Selain ada jawaban positif dan negatif, pada skala Likert juga ada jawaban yang sifatnya netral. Tidak semua penelitian butuh jawaban netral. Ada kalanya, peneliti ingin fokus pada jawaban yang sifatnya tegas tidak ada keraguan. Maka skala pengukuran Guttman ideal untuk digunakan. 

2. Membutuhkan Susunan Pertanyaan Sederhana bagi Responden 

Alasan kedua untuk peneliti menggunakan skala Guttman pada kuesioner yang digunakan adalah membutuhkan pertanyaan sederhana. Biasanya langkah ini dilakukan ketika peneliti berhadapan dengan responden yang butuh pertanyaan sederhana. 

Misalnya, responden adalah siswa di jenjang Sekolah Dasar (SD). Sehingga kurang memungkinkan diberi pertanyaan dengan skala Likert, dimana ada jawaban netral pada pilihan ganda. 

Siswa SD juga belum memungkinkan diberi pilihan jawaban yang lebih dari 3 pilihan. Inilah alasan kenapa soal ujian anak SD jika berbentuk pilihan ganda hanya ada 3 pilihan (a, b, dan c). 

Contoh lain, peneliti memilih responden yang kisaran usianya terbilang lanjut. Misalnya usia 50 tahun ke atas atau lebih. Sehingga tidak memungkinkan diberi pertanyaan dengan pilihan ganda yang banyak. 

3. Peneliti Ingin Mengukur atau Mengetahui Sikap, Pengetahuan, atau Perilaku

Alasan ketiga untuk menggunakan skala Guttman pada saat pengumpulan data penelitian adalah untuk penelitian terkait sikap, pengetahuan, dan perilaku. Artinya, pada saat peneliti ingin mengetahui sikap, individu atau kelompok, skala ini bisa digunakan. Begitu juga saat akan mengukur pengetahuan dan perilaku. 

Contohnya, peneliti ingin mengetahui tingkat pengetahuan skincare dengan kandungan bahan pemutih kulit pada pelanggan yang merupakan kalangan ibu rumah tangga. 

Contoh lain, peneliti ingin mengetahui sikap masyarakat di daerah X terkait program pemerintah desa maupun pemerintah pusat yang sedang dijalankan. Pada penelitian semacam ini, skala pengukuran Guttman lebih ideal. Sehingga peneliti bisa mengetahui sikap, pengetahuan, dan perilaku secara tegas tanpa jawaban netral. 

Contoh Kuesioner Skala Guttman dan Cara Menghitungnya 

Supaya lebih memahami lagi apa itu skala Guttman dan bagaimana menerapkannya dalam proses pengumpulan data lewat kuesioner. Berikut contoh kuesioner dengan skala pengukuran tersebut dan cara perhitungannya: 

Peneliti ingin mengetahui efektivitas dan respon siswa SD dalam pengembangan Media Pembelajaran Ular Tangga. Jadi, dalam penelitian ini digunakan media pembelajaran berupa permainan ular tangga. Sehingga siswa SD bisa sekaligus belajar sambil bermain. 

Siswa SD di SD X kemudian menjadi subjek penelitian. Kuesioner dibagikan dengan pertanyaan berbentuk checklist dan menggunakan skala Guttman. Sehingga ada 2 pilihan yang bisa dicentang salah satu oleh siswa yang dianggap jawabannya paling mewakili. Berikut daftar pertanyaannya: 

  1. Apakah menurutmu media pembelajaran ular tangga ini tidak menarik?
  2. Apakah anda merasa bosan ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media pembelajaran ular tangga?
  3. Apakah media pembelajaran ular tangga tersebut dapat membuat anda semangat belajar?
  4. Apakah suasana belajar menjadi menyenangkan jika menggunakan media pembelajaran ular tangga ?
  5. Apakah bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran ular tangga sulit dipahami?
  6. Apakah soal-soal yang terdapat pada media pembelajaran ular tangga mudah untuk dikerjakan?
  7. Apakah dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga dapat menambah pengetahuanmu terhadap kearifan lokal?
  8. Apakah penyampaian materi dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga ini menarik?
  9. Apakah gambar dan tulisan yang terdapat pada media pembelajaran ular tangga mudah dipahami?

Total siswa yang menjadi responden ada 16 anak dan jumlah pertanyaan ada 9 poin sesuai daftar di atas. Kuesioner kemudian dibagikan oleh peneliti dan didapatkan hasil sebagai berikut: 

Pertanyaan Jawaban “Ya” Jawaban “Tidak” Nilai 
Apakah menurutmu media pembelajaran ular tangga ini tidak menarik?1616
Apakah anda merasa bosan ketika melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan media pembelajaran ular tangga?1616
Apakah media pembelajaran ular tangga tersebut dapat membuat anda semangat belajar?1616
Apakah suasana belajar menjadi menyenangkan jika menggunakan media pembelajaran ular tangga ?15115
Apakah bahasa yang digunakan dalam media pembelajaran ular tangga sulit dipahami? 1616
Apakah soal-soal yang terdapat pada media pembelajaran ular tangga mudah untuk dikerjakan?1616
Apakah dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga dapat menambah pengetahuanmu terhadap kearifan lokal?15115
Apakah penyampaian materi dengan menggunakan media pembelajaran ular tangga ini menarik?15115
Apakah gambar dan tulisan yang terdapat pada media pembelajaran ular tangga mudah dipahami?13313
Jumlah 138

Perhitungan data di atas menggunakan rumus 𝑃 = 𝑓 / 𝑁 × 100% yang dijelaskan sebelumnya. Berikut hasil perhitungannya: 

𝑃 = 𝑓 / 𝑁 × 100%

𝑃 = 138 / 144 x 100% (catatan: nilai 138 didapat dari total jawaban hasil kuesioner, sementara nilai 144 didapatkan dari nilai jawaban keseluruhan. Dimana total ada 9 pertanyaan untuk 16 siswa, maka nilai sempurna adalah 16 x 9 = 144 poin). 

𝑃 = 95,83%. 

Melalui hasil perhitungan tersebut, didapatkan angka 95,83% yang menunjukan bahwa media pembelajaran ular tangga dianggap “sangat menarik” oleh siswa SD yang menjadi subjek penelitian. 

Dalam skala Guttman, titik kesesuaian adalah di 50%. Jika hasil perhitungan data menunjukan skor di bawah 50% maka hasilnya media pembelajaran ular tangga “tidak menarik”. Sebaliknya, jika di atas 50% seperti contoh di atas maka hasilnya “sangat menarik”. Sebab mendekati 100%. 

Kelebihan Skala Guttman

Skala pengukuran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Hal ini juga berlaku untuk skala Guttman. Berikut beberapa kelebihan Skala Guttman: 

1. Menghasilkan Data yang Sifatnya Kumulatif 

Kelebihan pertama dari skala pengukuran Guttman adalah mampu menghasilkan data yang sifatnya kumulatif. Meskipun dalam satu kuesioner ada beberapa pertanyaan, akan tetapi akan fokus meneliti 1 aspek. 

Misalnya pada contoh di atas, peneliti ingin mengetahui efektivitas media pembelajaran ular tangga. Maka semua pertanyaan mengacu pada tingkat efektivitas media tersebut di mata para siswa SD. Sehingga jawaban pertanyaan pertama akan sejalan dengan jawaban di pertanyaan kedua, ketiga, dan seterusnya. 

2. Bisa Menunjukan Tingkat Sikap dan Pengetahuan 

Skala pengukuran Guttman bisa menjadi skala pengukuran yang membantu menunjukan tingkat sikap dan pengetahuan. Berhubung pilihan jawaban untuk responden hanya 2, maka jawaban lebih jelas dan tegas. 

Peneliti bisa memastikan responden secara keseluruhan memiliki tingkat sikap suka atau tidak suka, setuju atau tidak setuju, dan sebagainya secara jelas. Begitu juga dengan tingkat pengetahuan, bisa langsung diketahui apakah terbilang tinggi atau rendah. 

3. Makna Data Lebih Jelas 

Kelebihan ketiga dari skala Guttman adalah mampu memberi data penelitian yang maknanya jelas karena tersedia 2 pilihan jawaban yang sifatnya sudah jelas. Ya dan tidak. 

Tidak ada pilihan netral, sangat, dan kurang. Sehingga, data lebih mudah dipahami oleh peneliti. Ketika disajikan atau dipublikasikan, data penelitian juga lebih mudah dipahami oleh pembaca. 

4. Membantu Mengukur Konsistensi Jawaban Responden 

Kelebihan keempat, skala pengukuran Guttman juga efektif dalam mengukur konsistensi jawaban responden. Sesuai penjelasan sebelumnya, jawaban pertanyaan pertama akan sejalan dengan pertanyaan kedua, ketiga, dan seterusnya. 

Misalnya, jika jawaban di pertanyaan pertama setuju. Ketika pertanyaan positif diubah menjadi negatif, jawabannya menjadi tidak setuju. Hal ini menjadi bukti, skala pengukuran Guttman efektif memastikan jawaban responden konsisten. Apalagi hanya ada 2 jawaban, yang tidak membuat responden bingung dan kehilangan fokus. 

5. Mudah untuk Disusun dan Dianalisis 

Skala pengukuran Guttman juga mudah untuk disusun dan dianalisis oleh peneliti. Pertanyaan dengan pilihan jawaban hanya 2, tentu lebih mudah disusun. Bandingkan jika ada 4 atau 5 pilihan jawaban, maka lebih sulit sedikit. 

6. Mudah untuk Dipahami Responden 

Pertanyaan dengan hanya 2 pilihan jawaban tentu lebih mudah dipahami oleh responden. Sehingga, mereka bisa segera mengisi dan mengirimkan kuesioner yang sudah dijawab tanpa resiko pusing dengan pertanyaannya. 

Kekurangan Skala Guttman

Sementara itu, skala Guttman juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan peneliti sebelum memutuskan memakai skala pengukuran ini, diantaranya: 

1. Pilihan Jawaban Terlalu Sedikit 

Ciri khas dari skala pengukuran Guttman adalah pilihan jawaban yang hanya 2, positif atau negatif. Hal ini ternyata sekaligus menjadi salah satu kelemahan dari skala pengukuran Guttman. 

Dimana dipandang pada penelitian tertentu memberi pilihan jawaban terlalu sedikit. Sehingga membatasi pilihan dan jawaban dari responden. Dimana pada topik penelitian tertentu, hal ini kurang relevan. 

Misalnya pada penelitian yang ingin mengetahui sikap dari responden secara mendalam. Sehingga butuh jawaban lebih rinci yang benar-benar mewakili sikap mereka, penilaian mereka, dan sebagainya. 

2. Terbatas untuk Topik Penelitian Tertentu 

Kekurangan kedua dari skala Guttman adalah terbatas pada topik penelitian tertentu. Sesuai penjelasan di awal, penelitian tertentu cocok memakai skala pengukuran ini. Terutama penelitian tentang administrasi, pendidikan, dan sosial. 

Sementara itu, topik yang diteliti di 3 bidang tersebut cenderung lebih terbatas dibanding skala pengukuran lain. Misalnya jika dibandingkan dengan skala Likert. Pada skala pengukuran Guttman memang sering dipakai untuk mengukur sikap responden pada produk atau pada kebijakan pemerintah. 

Namun, skala pengukuran ini kurang cocok untuk penelitian sikap responden yang sifatnya tidak bisa disusun bertingkat karena kompleks dan dipengaruhi selera. Misalnya penelitian tentang musik. 

Contoh, peneliti ingin mengetahui respon masyarakat ketika lagu berjudul X dari penyanyi A diluncurkan di pasaran. Data yang didapatkan peneliti dijamin kompleks dan tidak bisa disusun bertingkat. Sebab dipengaruhi oleh preferensi selera musik masing-masing responden. 

3. Banyak yang Menganggap Skala Guttman Ketinggalan Zaman 

Kekurangan lain dari skala Guttman adalah banyak yang menilai sudah ketinggalan zaman. Hal ini karena terbatasnya pilihan jawaban yang bisa dipilih responden. Dimana pada penelitian tahun 1950-an sampai 1980-an masih relevan. 

Akan tetapi di masa sekarang, lebih sering dianggap kurang relevan lagi karena sikap dan penilaian responden bisa lebih beragam. Semakin beragam pilihan mereka, semakin kuat kualitas data. Dimana akan lebih merepresentasikan populasi. 

Kelebihan dan kekurangan dari skala Guttman tentu menjadi bahan pertimbangan penting para peneliti. Meskipun ada kekurangan, harus diakui pada kondisi tertentu skala pengukuran ini tetap ideal diterapkan. Misalnya saat berhadapan dengan responden yang secara karakteristik butuh pilihan mudah dan sederhana. Seperti siswa SD, lansia.

Baca artikel terkait:

Artikel Penulisan Buku Pendidikan